Siang yang panas menyerika tubuh. Zul sedikit lega, emas yang diberikan pada sang peramal sedikit terlupakansemenjak ia mendapatkan kesempatan untuk bertugas ke tanah suci beberapa waktu lagi. Sebulan lagi Anak muda itu akan berangkat ke negeri para Nabi.
Menjelang sholat Dhuhur, Zul pergi ke sebuah masjid yang indah, masjid Darussalam. Di situ Zul ingin menemui Abu Wazir, imam Masjid yang selama ini sudah dianggapnya sebagai kakek sendiri. Anak muda itu bermaksud menceritakan tentang penugasan dirinya menjadi petugas haji. Apalagi Abu Wazir adalah seorang pembimbing haji yang setiap tahun berangkat menemani jamaah hajinya.
Pria tua itu lalu mengajak Zul ke ruanganya di sambing masjid, dia menyodorkan segelas air putih. Zul meminumnya rasanya memang berbeda sangat menyegarkan.
"Itu air zam-zam diambil dari sumur Zam-zam di Mekah," ucap lelaki tua brejanggut putih,
"Saya insyallah akan ke Mekah musim haji ini..." Zul bicara lepas.
"Oh syukurlah ...... masih muda bisa berangkat haji. Insyaallah kita bertemu di sana,"
Zul menceritakan muasalnya bisa mendapat anugerah panggilan haji ke tanah suci.
"Itu namanya rezeki yang terduga dan itu bukan kebetulan," ujar sang kakek.
Zul juga percaya bahwa di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Sepertinya kakek ini mempunyai pemikiran yang sejalan dengannya.
"Dalam Al quran dikatakan wa maa yataqillaha wayarzuqu min haisu laa yahtazib.... barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka akan diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka....."ujar Abu Wazir.
" Bagaimana kamu bisa mendapat laa yahtazib?"
Karena ditanya, maka Zul pun menceritakan pengalamannya, termasuk kondisi pekerjaannya, keuangannya yang sederet masalah lainnya.
"Ya, ada pepatah kuno mengatakan "malam yang paling gelap itu menjelang fajar", dan kamu sudah memasuki fajar itu. Kamu pun bisa mendapatkanfajar dengan lebi cepat "
"Maksudnya?" Zul kurang paham
"Allah menguji seseorang sesuai dengan kemampuan hambanya. Dan kamu sudah melewati ujian itu, nah Allah pun memberi nikmatnya. Namun jika kamu mau bertambah nikmat itu mmaka akan diganti Allah dengan pahala berlipat ganda"
Zul masih belum paham.
"Kamu punya janji untuk membelikan seseorang, kenapa tidak kau tunaikan dulu itu.."
Zul kaget karena ia belum mengutarakan pikiranya, namun pria tua bisa membaca isi hatinya. Anak muda itu tahu maksud sang kakek. Namun uang yang ada disakunya tinggal 300 ribu rupiah, sementara kebutuhannya ke depan masih banyak. Kalau dihitung sebenarnya malah tidak cukup.
"Aku tak bisa membaca hatimu, aku hanya melihat pertanda di wajahmu..."
"Pertanda apa Kek " tanya Anak muda .
"Pertanda kamu tak punya uang heheh..."kakek itu tertawa lirih.
"Kalau mikir kebutuhan maka kita tak pernah cukup, maka lunasi dulu kalau ada hutang..:
"Ya itu juga bagian dari sedekah....." pikir Zul.
Anak muda itu malu. Tak lama kemudian Abu Wazir menceritakan menganai kondisi musim haji di tanah suci dan berbagai tantangan yang dihadapi jamaah. Zul menyimak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Bukit Cinta
RomanceSINOPSIS Senandung Bukit Cinta adalah sebuah kisah roman yang berawal dari mimpi. Ketika seorang anak muda bermimpi bertemu dengan pujaan hatinya di sebuah Bukit di dataran yang luas. Anak muda itu meyakini mimpinya akan menjadi kenyataan dan beru...