Sebagai petugas media center haji, Zul mendapat tugas melakukan liputan di tanah suci. Karena masih masa kedatangan jamaah, maka yang menjadi fokus tim media center adalah bandara King Abdul Aziz.
Seperti biasa pagi itu Zul dan Kohar sudah memakai baju dinas dan berkeliling mencari berita di bandara. Sebenarnya Anak muda itu ingin berjumpa lagi dengan pramugari yang dilihatnya tempo hari. Ia pun mencoba bertanya kepada toko roti di sudut bandara tentang gadis itu. Tukang roti mengatakan rombongan pramugari dari Mesir itu biasa mendarat setiap tiga hari sekali di Jeddah. Biasanya mereka mampir membeli roti. Zul puas dan senang dengan jawaban si tukang roti, tiga hari lagi dia bisa melihat gadis bermata jeli itu. Zul ingin memastikan sekali lagi, benarkah gadis itu yang ada dalam mimpinya. Setelah itu, dia pun melanjutkan pekerjaannya.
Di musim haji bandara Jeddah sangat sibuk. Jamaah yang datang silih berganti dari berbagai negara. Jamaah haji Indonesia jumlahnya termasuk besar dan mudah dikenali dari bentuk fisik dan warna kulitnya. Sesuai dengan kuota Organisasi Konferensi Islam atau OKI, Indonesia mendapat jatah seper seribu dari jumlah penduduk muslim untuk menunaikan haji setiap tahun. Misalnya jika jumlah penduduk muslimnya 200 juta berarti mendapat kuota 200 ribu, angka yang sangat besar.
Sebagai petugas liputan, jatah setiap wartawan hanya menulis 3 berita untuk dimuat di situs informasi haji. Biasanya rutinitas petugas media center, pagi sampai dengan siang para jurnalis melakukan peliputan atau wawancara, kemudian selepas dhuhur mengetik berita dan sehabis ashar mengirim berita ke mas Imam yang bertugas mengupload berita ke web. Mas Imam sehari-hari bertugas di Badan Urusan haji Konjen RI Jeddah. Sore hari para wartawan shift pagi, bisa santai sambil menunggu jemputan yang mengantar wartawan shift malam sebelum maghrib. Untuk shift malam bertugas dari Magrib hingga selepas subuh.
Nah sore itu, Zul dan Kohar selesai melakukan tugas peliputan, mereka duduk menunggu di gate kedatangan. Di sana para petugas bisa membantu jamaah yang membawa barang bawaan banyak. Maklum jamaah haji Indonesia disamping posturnya kecil rata-rata berangkat haji di usia yang menapak senja. Mayoritas jamaah berusia di atas 50 tahun.
Mungkin sudah menjadi budaya masyarakat Indonesia rata-rata menunaikan haji pada usia yang matang atau lanjut, karena kebanyakan masih sibuk dengan urusan dunia. Kalau ada uang, maka yang pertama kali dipikirkan adalah membeli rumah, mobil dan sebagainya kemudian membayar ongkos haji. Namun tak sedikit yang sudah kaya atau mampu tapi belum juga terpanggil hatinya untuk melaksanakan rukun islam kelima. Hmm.
Zul dan Kohar membantu mengangkat tas tentengan khususnya jamaah berusia lanjut. Ada kabar, hari kakek angkatnya Abu Wazir akan mendarat bersama rombongannya. Zul pun menunggu di pintu kedatangan. Tak lama ekemudian ia melihat Abu Wazir, memimpin rombongan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Anak muda itu segera menyambutnya dan membawakan tas sang kakek yang kecapekan. Zul menuntunnya ke balai pengobatan haji Indonesia di bandara Jeddah. Mungkin karena jumlah jamaahnya yang cukup besar sehingga pemerintah Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mempunyai pos balai pengobatan di bandara Jeddah.
Abu Wazir duduk di kursi pasien. Seorang bidan yang sudah dikenalnya menyapa dan mempersikahan masuk. Bidan itu meminta mereka menunggu sang dokter. Abu Wazir lalu diperiksa tensi dan suhu badannya oleh bidan. Tak lama kemudian datang seorang gadis muda berpakaian putih datang mengucap salam. Dokter muda itu langsung memeriksa pasien kemudian membuatkan resep. Dengan sigap sang bidan sudah memberi obat-obatan.
Zul masih melihat dokter yang ada di depannya. Seorang dokter muda yang cukup cantik. Tertulis namanya Zalwa. Wajahnya hampir sama dengan pramugari Mesir yang dilihatnya. Zul melihat alis mata dokter ketika menulis resep, namun si dokter sepertinya kurang suka diperhatikan seperti itu. Anak muda itu hanya ingin memastikan apakah dokter itu gadis yang ada dalam mimpinya.
"Maaf dokter Zalwa, saya baru melihat anda ?"
"Saya baru datang tadi pagi, .."
"Oh pantesan, saya tidak melihat dokter di Pondok Gede, kenalkan saya Zulfikar"
Zul menjulurkan tangannya. Namun dokter itu sudah keburu menutup kedua telapak tangannya, rupanya dia tidak mau bersentuhan.
"Saya dokter haji senang bertemu anda"
Bidan Gayatri memperhatikannya setelah memberi resep si bidan mempersilakan Zul meninggalkan ruang dokter karena ada pasien yang akan berobat. Kemudian Zul dan Abu Wazir meninggalkan ruang balai kesehatan. Namun raut bidan Bidan Gayatri kurang bersahabat.
"Terima kasih Zul, apakah dokter muda itu yang ada dalam mimpimu, dia gadis yang pintar dan cantik.." ujar kakek.
Zul tidak langsung menjawab, ia masih ragu-ragu. Anak muda itu berjalan bersama Abu Wazir menuju rombongan jamaahnya.
"Oh ya Zul, rombongan haji saya menginap di Aziziah, Mekah, barangkali ada kesempatan mampir.." ujar Abu Wazir.
Anak muda itu mengangguk.
"Jangan lupa, salam buat dokter tadi....kakek berterima kasih " ucap sang kakek.
Setelah bertemu rombongan hajinya, Zul pun pergi kembali bertugas.
****
Malam harinya, beberapa petugas haji Daker Jeddah mengadakan ramah tamah di sebuah Aula wisma Haji. Hadir perwakilan petugas dari berbagai bidang baik dari pelayanan jamaah, kesehatan, media center dan sebagainya. Kemudian Kepala Daker Jeddah. Pak Tohir, memberikan sambutan dan meminta masukan dari petugas untuk meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji. Faizal kemudian berdiri sambil memegang pengeras suara ia menyampaikan sesuatu.
"Pak, saya mendengar sendiri ada petugas MCH yang dihukum di bandara. Ada dua kesalahannya, pertama dia tidak membawa ID Card, kedua dia tidak bisa berbahasa Arab. Mestinya kita merekrut petugas tidak asal-asalan. Ini kan membuat malu kita di mata pemerintah Saudi," kata Faisal.
Tiba-tiba dari arah belakang, sebuah sepatu melayang menerpa muka Faisal. Zul menoleh ke belakang, ternyata Kohar. Muka pemuda gempal itu memerah karena merasa dipermalukan di depan orang banyak, meski Faisal tidak menyebut namanya tapi Kohar tahu ia menjadi sasaran tembaknya.
Beberapa orang temus tidak terima dan berdiri menghampiri Kohar. Petugas MCH tak tinggal diam untuk melindungi Kohar. Faisal pun ikut memprovokasi teman-temannya. Dia maju dan sempat meninju muka Kohar. Petugas MCH membuat pagar dan mendorong mereka mundur. Melihat situasi kurang kondusif Kadaker memerintahkan stafnya memisahkan mereka.
"Berhenti, saya tidak mau rumah saya dijadikan sarang preman," bentak pak Daker melalui pengeras suara.
Mereka pun kembali ke tempat duduk. Setelah situasi agak reda, pak Kadaker memperlunak bicaranya.
"Saya mengundang kalian ke sini untuk beramah tamah bukan untuk berantem. Apalagi ada yang melempar sepatu segala. Untuk itu, acara ramah tamah ini saya bubarkan saja. Sekarang tolong kalian berdamai..." ujar Kadaker marah besar dengan kejadian itu. Kadaker lalu meninggalkan ruangan, sementara pak Mahmud dan pak Batubara mendamaikan mereka. Kadaker minta agar pelempar sepatu dihukum, yakni dipotong honornya selama 3 hari.
-0-
{HB8
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Bukit Cinta
Roman d'amourSINOPSIS Senandung Bukit Cinta adalah sebuah kisah roman yang berawal dari mimpi. Ketika seorang anak muda bermimpi bertemu dengan pujaan hatinya di sebuah Bukit di dataran yang luas. Anak muda itu meyakini mimpinya akan menjadi kenyataan dan beru...