#6 Flares

1.9K 165 4
                                    

- Did you see the sparks filled with hope? And you're not alone 'cause someone's out there sending out flares -


"Oppa! Siapa gadis ini?" Irene bertanya seraya menyodorkan ponsel Soohyun di depan wajah laki-laki itu. Soohyun segera merebut ponselnya cepat-cepat.

"Apa itu gadis yang sedang oppa dekati? Kenapa sekarang oppa menggunakan password? Apa password-nya? Cepat beritahu aku!" seru Irene.

"Ya! Jangan berisik, aku sedang menonton," ujar Soohyun tanpa mengalihkan pandanganya dari televisi.

"Heol, jadi oppa sudah mulai main rahasia-rahasiaan ya denganku?"

"Aniya, siapa juga yang main rahasia-rahasiaan. Jangan bicara sembarangan,"

"Lalu siapa gadis itu? Kenapa menjadi lock screen ponsel oppa?" tanya Irene penasaran.

"Ne ne ne, iya dia gadis yang sedang kudekati. Wae?" Irene hanya tersenyum penuh arti.

"Kapan oppa akan mengenalkannya padaku?"

"Aku masih dalam tahap pendekatan, Bae Irene. Lebih baik kau doakan oppamu ini, ne?"

"Kalau kalian jadian nanti, oppa harus mentraktirku. Janji?" Soohyun hanya mencibir lalu mendorong kepala adiknya pelan.

"Jangan hanya memikirkan makanan. Belajar sana," Tepat ketika itu, bel rumah mereka berbunyi. "Sana bukakan pintu. Cepat!" Kini giliran Irene yang manyun.

Irene melihat seorang gadis berdiri di depan pagar rumahnya dan sebuah tas yang cukup besar melalui layar intercom. Ia sedikit bingung, namun mengenali gadis itu segera. Yeri. Segera dibukakannya pintu dan menyuruh gadis itu masuk.

Mata Yeri terlihat sembab, sepertinya gadis itu habis menangis lama tadi. Begitu berhadapan dengan Irene, Yeri langsung memeluknya erat.

"Yeri-ya, wae geurae?"

"Eonni, bolehkah aku menginap?" tanya Yeri lirih.

"Eoh? Memangnya ada apa?"

"Irene-a, nugu?" teriak Soohyun yang masih sibuk dengan tontonannya.

"Temanku, oppa!" Irene balas berteriak. "Kajja kita ke kemarku," ajak Irene.

Begitu sampai di kamar Irene, Yeri hanya terduduk di tepi kasur dengan lesu.

"Kau mau ceritakan padaku?" Irene duduk di sebelah Yeri dan menggenggam tangan kanan gadis itu lembut.

"Aku.. Aku hanya lelah eonni. Aku lelah melihat appa terus memukuli Sehun oppa," Irene terkejut mendengar perkataan Yeri, namun ia diam saja, menyiratkan agar Yeri melanjutkan ceritanya.

"Appa tak pernah berhenti membandingan Sehun oppa dan Junho oppa. Appa selalu menuntut agar Sehun oppa bisa menjadi Junho oppa, padahal itu tak mungkin kan? Setiap appa di rumah, ia selalu memarahai Sehun oppa, bahkan seringkali Sehun oppa menjadi target pukulannya. Saat Sehun oppa hanya diam, appa akan memukulnya, tapi jika Sehun oppa balas berbicara, appa juga akan memukulnya. Tadi appa memukul Sehun oppa lagi dan aku mencoba melerai, tapi appa justru malah menamparku. Sakit sekali eonni rasanya," Yeri tak lagi menangis, hanya memandang lantai dengan tatapan kosong.

Irene merengkuh Yeri dalam pelukan kecilnya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Irene bukanlah seseorang yang pandai menghibur, ia bahkan tidak tahu harus melakukan apa. Ia hanya berharap pelukannya bisa membuat gadis itu tenang.

"Tidurlah di sini kalau kau memang tak ingin pulang. Aku akan bicara pada oppaku nanti. Kau bisa tidur di kamarku. Apa aku perlu memberitahu Sehun?" Yeri menggeleng pelan.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang