- 'Satu, dua, tiga. Sudah belum?' 'Belum, Sepertinya detak jantungku tak akan pernah bisa normal setiap berada di sampingmu' -
Gemuruh teriakan supporter memenuhi lapangan indoor SNHS begitu peluit tanda pertandingan telah usai dibunyikan. Sehun tak mampu menyembunyikan rasa gembiranya karena akhirnya telah berhasil mengalahkan Namsan High meski dengan skor tipis. Ia bahkan sempat melemparkan senyun sinis pada Jinyoung ketika bersalaman dengan rivalnya itu.
"Lain kali aku tidak akan kalah. Dan akan kupastikan aku mendapatkan namanya," kata Jinyoung.
"Ah, akan aku pastikan hasilnya akan selalu sama seperti hari ini. Dan jangan harap bisa mendekatinya selama masih ada aku di sini," balas Sehun dengan santai.
Sehun mengalihkan pandangannya dan mendapati Irene dan Chanyeol tengah berpelukan meluapkan rasa bahagia mereka. Hal ini masih terasa aneh untuk Sehun. Memang sih, Chanyeol sudah lebih bisa melepas Irene, tapi tetap saja rasa takut itu masih ada. Rasa takut Irene akan kembali pada Chanyeol dan meninggalkan Sehun.
Sehun berjalan mendekati mereka dengan pelan. Di sekitar mereka memang banyak orang, teman-temannya dan juga anggota tim lainnya.
"Oh Sehuuuunnn!" Teriak Irene seraya berlari kecil menghampiri Sehun. Wajahnya tampak begitu berseri-seri dengan senyum lebar yang tak kunjung luput dari wajahnya. Ah, Sehun begitu menyukai pemandangan ini. Ingin rasanya ia menatap wajah gadis itu lama-lama.
"Selamat!" Sehun menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Irene.
"Hanya itu? Tak ada pelukan? Atau mungkin kecupan?" Irene memukul lengan Sehun dengan kencang.
"Ya! Sakit!" Erang Sehun sambil memegangi lengannya yang memerah akibat pukulan maut Irene.
"Belum boleh!" Sahut Irene cepat.
"Lalu kapan bolehnya?"
"Kalau waktunya sudah tepat," Irene nyengir lebar lalu menggamit lengan Sehun dan menariknya untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain, melanjutkan euforia yang masih menghiasi lapangan indoor SNHS.
*
Irene melangkah dengan buru-buru mencari siapapun yang dikenalnya dalam kerumunan ini. Tadi Irene berjalan-jalan mengelilingi bazaar yang di selenggarakan sekolah bersama Sehun, tapi tiba-tiba saja lelaki jangkung itu hilang entah ke mana. Sebenarnya Irene tak masalah dengan hal itu. Yang jadi masalah adalah, siswa-siswa asing yang mengikutinya dan terus meminta nomor ponselnya. Irene berusaha menghiraukan mereka namun mereka terus mengejar dan mengikuti Irene, membuat gadis itu kesal dan mendadak takut sendiri.
Dalam hati, ia terus-menerus menghujani Oh Sehun dengan berbagai sumpah serapah karena tiba-tiba menghilang. Bahkan tingginya itu tak membantu Irene untuk menemukannya. Benar-benar tak terlihat. Yang membuatnya semakin kesal adalah ia tak menemukan satu orang pun temannya. Irene seolah ingin berteriak frustasi dengan keadaannya saat ini.
"Bae Irene-ssi," panggil siswa-siswa tersebut yang nampaknya masih belum menyerah, begitu pun dengan Irene yang tak akan menyerah untuk kabur dari mereka. Ia memikih berkeliaran di bazaar yang padat ini untuk mempersulit langkah mereka, meski juga tentunya mempersulit langkahnya.
"Irene-a!" Irene mengenal suara itu. Kai! Irene segera berlari menuju Kai, tak peduki dengan omelan orang-orang yang ditabraknya.
"Wae? Kau terlihat senang sekali melihatku. Tumben," ya, Irene memang senang sekali. Ia bahkan berlari menghampiri Kai sambil tersenyum, hal yang tak akan pernah ia lakukan pada Kai jika saja kondisinya tidak seperti sekarang ini.
"Kau harus menolongku!" Sahut Irene cepat. Kai menatap Irene dengan bingung. Belum sempat lelaki itu buka suara, seseorang sudah mendahuluinya.
"Irene-ssi, boleh aku minta nomormu?" Kai mengangguk-angguk paham dengan perkataan Irene sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You & I
FanfictionBae Irene. Seorang gadis yang terkesan cuek dan pemalu sebenarnya adalah sosok yang hangat dan perhatian. Sifatnya yang sulit bergaul membuatnya memiliki hanya sedikit teman dekat meski ia begitu populer karena paras cantik dan prestasinya. Irene ha...