Hari dimana aku melangkah dan memulai hidup baru, meninggalkan segalanya jauh di belakang sana. Pekerjaan, teman, dan Bara. Aku meninggalkanmu sama seperti caramu pergi, Bara. Hanya saja aku tidak akan kembali sepertimu.
Seorang laki-laki yang menggenggam tanganku sekarang tidak akan pernah melepaskannya, cincin yang membingkai jari manisku jadi jaminan bahwa aku miliknya.
Berjalan di samping Reno dengan menarik koper berwarna merah, aku siap memulai hidup baru. Menemani Reno melanjutkan studinya di luar negeri dan menyiapkan pernikahan kami.
"Sera! Sera!" Suara yang sangat kukenal itu membuatku menoleh dan mendapati Bara berdiri dengan nafas tersengal-sengal akibat berlari.
Aku menggenggam tangan Reno lebih erat lagi. Menyadari ketakutanku, Reno mengelus genggamanku dengan tangan yang satunya.
"Ada apa, Bara?" Tanya Reno tenang namun matanya menatap tajam dan menantang.
"Sera, kembalilah. Kumohon." Ucapnya dengan wajah tertunduk dalam.
Aku tersenyum, melepaskan genggaman tanganku dan melangkah menghampiri Bara. Sekarangbia menatapku tajam dan penuh harap.
"Aku pernah memohon seperti ini, tapi yang kamu lakukan adalah meninggalkanku pergi. Hari ini aku melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan."
"Aku minta maaf, saat itu aku...."
"Bar, aku tidak mengharapkan penjelasan darimu." Ucapku memotong kalimatnya. "Semua sudah sangat terlambat Bara, biarkan aku memilih kebahagiaanku dan terimakasih atas apa yang telah kamu berikan padaku." Aku membalikkan badan, Bara menarik tanganku kasar.
"Aku mencintaimu Sera." Ucapnya lantang. Genggaman tangannya terasa sakit.
Menyadari ekspresi tidak nyaman dariku, Reno menghampiri dan menarik tanganku, merangkulku sebagai tanda bahwa aku miliknya. Aku tersenyum padanya, sesaat kemudian melepaskan rangkulannya.
"Biarkan aku menyelesaikannya." Pintaku, dengan lembut Reno menggangguk dan melangkah menjauh, memberi ruang untukku dan Bara. Sebelumnya ia membisikkan kata-kata padaku bahwa ia percaya padaku dan menungguku.
"Terimakasih Bara. Tapi sekali lagi kukatakan bahwa semuanya sudah terlambat. Aku memang pernah mencintaimu, pernah."
"Sera..."
"Tapi semua itu sudah hilang tak bersisa. Sekarang biarkan aku pergi, jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Melihatmu hanya membuatku terluka."
Dia diam seribu bahasa, aku tersenyum kaku dan berpaling tanpa menoleh lagi padanya. Berakhir sudah, kisah Sera dan Bara berakhir sampai di sini. Biarkan aku menghampiri lelakiku, yang tulus mencintaiku dan menerimaku apa adanya.
Aku bukan melakukan pembalasan padamu, Bara. Semua ini entah bagaimana bisa terjadi persis seperti yang kamu lakukan padaku. Bagaimana rasanya ditinggalkan seperti itu? Sungguh aku tidak peduli lagi padamu.
Aku melangkah mantap tanpa menoleh, mungkin saja Bara sudah pergi karena ia tidak memanggil ataupun mengejarku. Atau mungkin dia sedang berdiri mematung dengan curaian air mata, aku benar-benar tidak peduli.
Senyum merekah di bibirku, menatap punggung Reno yang perlahan berbalik dan menatapku.
Reno menyambutku dengan senyum dan tatapan hangatnya, dia melingkarkan tangannya di pinggangku dan menatap ke dalam manik mataku. Aku membalasnya, melingkarkan tanganku dan menatap jauh ke dalam matanya. Aku merasa sangat di cintai.
"Reno, aku mencintaimu." Biarkan aku mengambil bagiannya, mengatakan bahwa aku sangat mencintainya.
End
------
Hi... Terimakasih buat kalian yang sudah membaca "Away". Tulisan ini jauh dari kata sempurna karena author juga masih belajar nulis, tolong kritik dan sarannya ya biar kedepannya bisa menghasilkan karya yang lebih bagus.
Kalau banyak yang baca dan suka, saya akan menimbang untuk menulis bagian lain tentang cerita ini, dari sudut pandang Bara. Kalau ga ada yang suka... ╥﹏╥ #author ke laut ajah... Maksa amat yah (hehe)
KAMU SEDANG MEMBACA
Away
Короткий рассказSakit yang dia tinggalkan masih tersisa hingga kini, saat aku melihatnya terasa luka itu dirobek lagi. Dia mungkin tidak mengerti apa kesalahannya, hingga masih bisa tersenyum seperti itu padaku.