Tatiana kembali merogoh sakunya, untuk ketiga kalinya ia mengambil permen karet dan kembali mengunyahnya. Setidaknya perasaannya kembali tenang sejenak, dia merasakan kembali bahwa beban yang ada di kepalanya saat ini menghilang ketika permen karet itu masuk ke mulutnya. Kemudian dia menghirup napasnya dalam dalam dan mengunyah permen karet itu perlahan demi perlahan, dia menikmati lagi pemandangan yang ada di depannya, yah Tatiana sedang berada di taman kota hal ini yang selalu dia lakukan ketika permasalahan demi permasalahan datang kehidupnya.
Tidak tahu kapan tepatnya kebiasaan ini dia lakukan namun, almarhum kakeknya lah yang mengajarkan hal tersebut padanya. Tatiana terkenal temperamental sejak kecil atau lebih tepatnya miss arrogant apabila sedang marah dengan seseorang, dia selalu meledak ledak tak tahu kenapa seperti itu. Bahkan kedua orang tuanya pun tak paham dengan kelainan itu. Kakeknya yang tahu akan hal tersebut menyuruhnya untuk pergi kesuatu tempat, dimana di tempat tersebut ia dapat tenang dan mengontrol emosinya.
Tiba- tiba Tatiana merasakan sesuatu dipundaknya, sebuah tangan terjulur disertai dengan suara yang mengagetkannya.
"Na are you okay? Lu nggak kenapa napa kan na" Pipi Tatiana terasa panas kembali wajah nya berubah merah.
"Gue nggak kenapa- napa kok, gua cuma mau sendiri aja" Tatiana mencoba untuk menahan emosinya dan mengkontrol desahan napas yang keluar dari hidungnya.
"Gue senang kok kalo lo jadian sama dia, gua paham kalo kalian saling mencintai satu sama lain, makasih udah jadi temen curhat gue selama ini" Tatiana mengambil ransel yang iya taruh di sampingnya kemudian bangkit dari kursi taman tersebut, tanpa menoleh kepada alika teman yang ia anggap sahabatnya itu, Tatiana pun bergegas pergi.
Dia kembali teringat akan kejadian tadi siang. Saat itu Tatiana kembali dari perpus menuju kelasnya, ketika ia sadari sesorang tengah berduan di koridor. Tatiana kenal sosok itu, yah dia adalah alika dan sosok yang satu lagi adalah pujaan hatinya Alan. Alan yang beberapa hari belakangan ini selalu muncul dihatinya, Alan yang selalu membuatnya rindu jika tidak pergi kekampus dan segalanya tentang Alan.
Kemudian semua fikiran itu hancur, pemandangan didepan matanya siang itu membuat hatinya kecewa, bukan pada Alan tapi pada sahabat yang ia anggap dapat menjadi teman curhatnya, teman tempat mencurahkan perasaan hatinya tentang alan pujaannya. Bukti itu menjadi jelas ketika Mia menyuruh nya untuk meminta pajak jadian kepada Alika.
Sepanjang jalan Tatiana masih mengingat kejadian tadi, hingga pada sebuah pojok jalan tiba tiba kaki nya tersandung bola basket dan disertai tawa seseorang.
"Jangan ngelamun aja, untung cuma bola basket, coba kalo lo ketabrak motor, masa iya cewek cantik mati sia sia hanya karena ngelamun"
Tatiana merasakan emosinya kembali mengalir entah apa yang terfikir olehnya saat itu sebuah pensil yang sangat runcing ia keluarkan dari dalam tasnya kemudian bola basket itu sudah ada di tangannya sekuat tenaga Tatiana mencoba untuk menjebol bola basket itu dan berhasil, sementara itu cowok yang ada dihadapannya hanya bisa bengong melihat kejadian itu sampai akhirnya bola basket itu menyusut dihadapannya.
"Yah yah apa apaan nih, kok jadi bocor gini"
Entah mengapa dengan bocornya bola itu emosi Tatiana mereda, namun ada rasa bersalah yang muncul pada Tatiana ia merasa telah keterlaluan pada cowok itu, apalagi setelah melihat kepanikan di wajah cowok itu
"Lo saiko atau psikopat sih ini bola basket buat latihan gue" cowok itu mulai terlihat kesal
"gue nggak mau tau lo harus ganti bola ini" Tatiana mencoba memutar otak, dia tau harga bola basket itu cukup mahal.
Jujur dia bisa saja membelinya pada saat itu, tapi ada setan kecil yang membisikan sesuatu padanya jika dia harus mengganti bola itu ia merasa rugi dua kali setelah pengkhinatan dari sabatnya tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice My Love
Teen FictionApa yang kalian rasakan jika cewek biasa seperti mu harus dihadapkan dengan sebuah pilihan?? Terkadang dihadapkan dengan beberapa pilihan membuat kita bingung, apalagi pilihan itu berhubungan dengan seseorang yang kita cintai yang memiliki kriteri...