vol 02

342 23 4
                                    

Alarm Tatiana berdering, ingin rasanya dia mematikan alarm itu. Setelah kemudian dia teringat akan janjinya dengan Fiko, lalu dia beranjak dari tempat tidurnya, Tatiana mengusap matanya dan menarik tirai jendela kamarnya, Tatiana tertegun sebentar setelah itu iya sadar didapatinya sosok Fiko dengan sepedanya tepat di depan pagar Tatiana, Tatiana bergegas mengganti piamanya dengan baju santainya, sedikit kesal Tatiana merasa bahwa sahabatnya itu keterlaluan mengapa terus berjanji sepagi ini, bukannya Fiko tahu bahwa Tatiana sangat sulit bangun pagi apalagi setelah dia kuliah.

Tatiana membuka pintu pagarnya, tak lupa ia mengambil sepedanya yang ia taruh di garasi. Fiko tersenyum ia sangat senang dapat membangunkan Tatiana sepagi ini, hal yang biasa dia lakukan dulu.

"Lu , kurang kerjaan yah fik, dari kapan lu nangkring disini, harus yah lu nunggguin jam 6 di rumah gue"

"Santai na, selagi gue senang dengan hal ini, gue nggak ngerasa itu kurang kerjaan kok" Fiko merapikan jaketnya sebab udara terasa dingin pagi itu.

"Hmm terserah deh" ujar Tatiana.

"Ciee ngambek ni yeee, merah tu pipi nyaa" goda Fiko, Tatiana mendorong Fiko hingga sepedanya sedikit oleng, kemudian dia tertawa melihat reaksi Fiko akan dorongannya itu.

"Jadi rute kita kemana nih?"

"Gue pengen tantang lu na , 6 bulan yang lalu gue akuin gue kalah, tapi kali ini gue yakin menang, rutenya kali ini berubah kalo biasanya kita cuma keliling kompleks, sekarang gue pengen ngajak lu sampai ke taman kota" rupanya Fiko masih belum merasa puas akan kekalahan nya itu, andai saja dia tau bahwa kemenangan Tatiana saat itu adalah kecurangan, yah tatiana memotong rute yang dibuat Fiko, dia menemukan gang kecil sehingga dengan mudah sampai digaris finish. Tatiana tersenyum mengingat kejadian itu.

"Ok siapa takut, kalau nyatanya gue menang lagi lo mau ngasih gue apa"

"Tenang na, itu semua udah gue siapin kok, gue tau di taman kota lagi ada bazaar makanan tradisional, siapa yang menang dia yang traktir"

"Tapi gue punya request nih lu harus mengakui kemenangan gue dan teriak di taman kota kalo gue emang jago main sepeda nah sebaliknya kalo gue kalah gue akan lakuin hal yang sama ke elu fik"

"Siapa takut" ujar Fiko.

Kemudian Fiko mengambil aba aba dan kedua sepeda itu melaju, senyum terlihat mengembang di wajah mereka hal yang sudah lama tidak mereka lakukan, kini terulang lagi, pagi itu sangat indah mereka rasakan, bahkan orang yang berpapasan dengan mereka sangat yakin bahwa keduanya adalah pasangan serasi, Tatiana yang juga memiliki wajah manis dan Fiko memiliki wajah yang tampan membuat iri pasangan lainnya yang bersepeda pagi itu.

Tatiana mulai merasa lelah, posisi sepedanya sudah mulai menjauh dari Fiko dia yakin bahwa kali ini dia tidak akan bisa menang. Tunggu sebuah ide jahil terlintas lagi , Tatiana ingin mengulangi kejahilannya lagi, dia tau ada jalan pintas untuk menuju taman kota, maka dari itu ketika di perempatan jalan tanpa disadari Fiko yang terus melaju lurus, Tatiana membelokkan sepedanya ke kanan, setelah itu Tatiana memasuki kompleks melati jaya, ada rasa puas dihatinya, Fiko memang hebat tapi dia lebih hebat batinnya. Kemudian tatiana senyum sendiri dia membayangkan wajah Fiko saat menerima kekalahan bahwa Tatiana lah yang paling hebat.

Tatiana terus melaju tanpa dia sadari sebuah bola basket melambung jauh dan mengenai kepalanya.

"Wadaww" Tatiana mengusap kepalanya.

Sementara itu bola basket bergulir menjauh. Tatiana kesal belum pernah dia merasakan hal yang memalukan seperti ini , kejatuhan bola basket dan di senyumi orang di sekitarnya , bahkan diantara mereka ada yang berkata

"Hati hati mbak, liat liat kalo ada bola yang jatuh"

Tampaknya orang sekitar sudah tau disini ada lapangan basket, tatiana yang baru pertama kali lewat kompleks itu sama sekali tidak menyangka kalau disana ada lapangan basket.

My Choice My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang