Vol 17

88 3 0
                                    

Hujan begitu deras diluar sana, akhir akhir ini memang musim hujan, wajar saja setiap sore langit kota Jakarta selalu mendung.Tatiana melihat embun tipis dikaca mobil, kemudian jari jari lentiknya mulai mengukir sesuatu disana. Ukiran itu mengingatkan dia pada mural yang dia buat tadi, sedikit kecewa karena bidang yang dia gambar belum sepenuhnya selesai tapi pujian dari mas Danu kepadanya sebagai pemula membuatnya bersemangat untuk terus belajar. 

“Ram sekali lagi makasih yah buat hari ini gue seneng banget lu kenalin gue sama mas Danu, gue belum pernah ketemu sama orang yang punya pemikiran sama sebelumnya” ucap Tatiana jarinya kemudian berhenti lalu beralih menatap Rama yang focus dengan kemudinya.

“Santai aja Na, cuma mas Danu doang kok, sebenarnya ada satu orang lagi yang mau gue kenalin sama lo, dia gurunya mas danu, tapi orangnya lagi nggak ada ditempat”

“oh ya siapa Ram?” Tanya Tatiana penasaran.

“ Itu rahasia Na nanti lo juga bakalan gue kenalin, hmm Na dari tadi kan lu terus yang terimakasih sama gue...” Rama menghentikan ucapannya kemudian matanya melirik kearah Tatiana.

Tatiana mengerutkan keningnya wajahnya serius.

“gue punya satu permintaan buat lu...” rama menghentikan mobilnya karena traffic light.

Dia menghadapkan wajahnya kepada Tatiana. Sementara rasa parno kembali muncul dibenak Tatiana, wajahnya memerah seketika, hal itu karena wajah Rama jaraknya sangat dekat dengannya. ‘nih anak mau ngapain?’ bathin Tatiana was was.

Rama merasakan degup jantungnya dengan jelas, dia mulai yakin dengan apa yang dia rasakan sekarang. ‘Jatuh cinta itu nggak mengenal waktu dan nggak mengenal kepada siapa akan berlabuh’ bathinnya.   

“Jangan pernah bosen jalan sama gue.” Ucap Rama sambil tersenyum, wajahnya masih berada diposisi yang sama.

Tatiana menahan napasnya dia tidak tau harus berkata apa disisi lain dia merasakan sesuatu dijantungnya, situasi apa ini bathinya. Beruntung bunyi klakson mobil memecahkan suasana itu. Rama kembali fokus dengan kemudinya.

“Na maafin gue yah lu jadi pulang malam kayak sekarang.” Rama menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal dia sengaja melakukan hal itu agar mengurangi rasa saltingnya sementara Tatiana hanya diam saja setelah traffic light tadi.

“Nggak apapa Ram lagian itu juga kemauan gue kok, kan gue yang lama ngobrolnya sama mas Danu.” ucap Tatiana setelah itu hening kembali.

Mobil Rama berhenti tepat didepan pagar rumah Tatiana, Hujan masih sangat deras diluar sana beruntung Rama selalu menyediakan payung di dalam mobilnya untuk jaga jaga.

“Yuk Na gue anterin lu sampe dalem gue cuma bawa satu soalnya.” ucap Rama. Walau pada kenyataannya payung itu tetap saja tidak berfungsi, hujan deras malam itu tetap saja membasahi mereka.

Sedikit menggigil Tatiana tersenyum kearah Rama setelah mencapai teras rumahnya.“Sekali lagi makasih yah Ram."

Rama menganggukkan kepalamya. “Permintaan gue yang tadi jangan ditolak yah Na lo harus janji sama gue.” Rama mengulurkan jari kelingkingnya kearah Tatiana.

Tatiana mengerutkan keningnya melihat kearah jari Rama ‘Nih adegan kayak nya udh sering gue liat deh’ bathin Tatiana.

“Ok asalkan gue seneng, gue nggak bakalan bosen” Tatiana kemudian mengulurkan kelingkingnya.

***

Tatiana merebahkan badannya kekasur matanya terasa lelah setelah seharian pergi dengan Rama, dia sudah berusaha menahannya ketika makan malam tadi. Hari ini ibunya masih belum pulang ayahnya apalagi, sedangkan bik Asih tidak pernah mau diajak makan dengannya jawaban selalulu sama ‘Bibik udah makan non’. Jika difikir-fikir nasibnya sama dengan Rama kesepian di rumah sendiri  hanya saja dia masih beruntung punya bik Asih yang setia kapanpun diamanapun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Choice My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang