Akhir

55 11 3
                                    

Happy reading

#

#

#

Semua masalah sudah terselesaikan. The star tidak akan berani lagi berulah. Lagipula, Ayahnya Era adalah pemilik sekolah yang ditempati The star. Walaupun anggota the star juga sebagai donatur sekolah, itu semua tidak memengaruhi kedudukan Era yang lebih tinggi. Awalnya, the star mencoba berulah lagi. Tapi, mereka bungkam saat Al, Dhega, Khanza, Naufal, dan Athan ikut bertindak guna memberhentikan tindakan the star yang bisa melukai LIFAE. Masalah the star clear.

Hari ini semua tidak menyangka sudah empat bulan berlalu. Mereka yang membuat kesepatan empat bulan yang lalu kini telah duduk di taman belakang. Duduk berhadapan dengan orang yang sama. Orang yang sama dengan orang yang ada di hadapan mereka empat bulan lalu. 

"Oke, karena peringkat gue ada di atas Alma, berarti sekarang dia harus mengaku secara lisan bahwa yang nabrak empat bulan yang lalu adalah dia!" ucap Athan memecah keheningan. Sebelumnya, mereka semua diam memandang orang di hadapan masing-masing dengan pikiran sendiri-diri. Entah apa yang ada di pikiran mereka satu-satu.

Alma menatap Athan dengan pandangan sebal, "iya-iya gue ngerti. Yang lain dululah, gue masih bingung mau ngomongnya gi mana?"

"Dari pasangan Era ama Khanza aja!" usul Al yang langsung mendapat tatapan tajam dari Era serta Khanza.

"Eh, kenapa pada natap gue kayak gitu?"

"Pasangan?" tanya Khanza dan Era kompak.

"Ohh, gara-gara kata-kata gue itu? Emang kenapa? Apa lagi kata yang lebih cocok dari pasangan?" tanya Al acuh.

Khanza sebenarnya senang dikatai pasangan bersama Era. Tapi, ia bahkan belum menembak Era, ia jadi merasa tersindir dengan ucapan Al.

"Rival. Di sini kita bersaing. Kenapa jadi pasangan?"

Setelah berkata demikian ,Era merasa ada yang salah. Ia memandang Khanza sebentar. Merasa sedikit bersalah setelah melihat wajah Khanza yang memancarkan kesedihan.

"Seharusnya gue sadar kalo Era nggak mungkin suka sama gue!" Batin Khanza.

"Seharusnya gue sadar kalo gue sebenernya suka dengan kata 'pasangan' dari Al!" Rutuk Era dalam hati.

Suasana jadi hening.

"Ekm.." Khanza berdehem pelan. "Gue yang nabrak Era empat bulan yang lalu dan akan menraktir Era sepuasnya di starbucks plus makan sepuasnya di warung padangnya teh u'un."

Khanza dan Era sudah mengambil keputusan sendiri bahwa yang kalah akan mentraktir di starbucks tambah makan di warung padangnya teh u'un yang terkenal enak. 

"Gue yang nabrak Athan empat bulan yang lalu dan akan nraktir dia di starbucks plus potong rambut di salonnya kang i'in."

Era menatap Alma aneh. "Lho, kenapa potong rambut segala? Di salon suaminya teh i'in lagi."

Alma mengernyitkan dahinya dalam, "nah, mana gue tau. Kan itu permintaan Athan."

"Gue aja nggak tau kalo kanh i'in udah punya istri," ucap Athan dengan polosnya. Wajah Athan yang putih membuat ekspresi polosnya terlihat menggemaskan. Bulu mata Athan yang paling lentik di antara ke-empat sahabatnya membuat daya tarik tersendiri.

"Emangnya penting ya ngomongin kang i'in kang i'in itu?" Tanya Fathia dengan wajah sebal.

"Enggak sih, lanjut lo aja!" Perintah Era dengan wajah jutek. Walaupun wajahnya jutek, ia memiliki bibir yang sensual. Tapi, bukan itu yang membuat Khanza menyukai Era. Tapi, sifat dewasa dan juga sifat kepedulian yang dimiliki Eralah magnet cinta yang sebenarnya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang