Obrolan

92 12 1
                                    

Happy reading

#
#

#

Di tempat lain, ada dua manusia berlawanan jenis sedang duduk berdekatan.

Dua cuil manusia itu adalah Alma dan Athan yang sedang belajar bersama di perpustakaan kota. Mereka berdua ternyata mempunyai tempat favorite yang sama yaitu perpustakaan kota.

Sekarang, Athan duduk dekat Alma karena sedang menjelaskan materi matematika dengan submateri matriks.

"Gue tau lo pinter, tapi masa' nyari invers ordo tiga aja bingung." Athan tidak habis pikir dengan otak Alma. Athan udah tau kalo LIFAE itu anak-anak yang cerdas banget. Tapi, ah... Athan bingung kenapa orang cerdas kayak Alma tidak bisa mencari invers matriks ordo 3.

"Nah, orang pinter mah bebas mau nggak bisa materi yang mana," kata Alma PD.

"Tapi lo beneran nggak bisa?" Tanya Athan memastikan.

"Bukan nggak bisa, tapi belum bisa. Ajarin!"

Alma merengek bagai anak kecil ke Athan.

"Ajarin, ajarin, ajarin! Ayo dong Athan, ajarin gue! Ajarin sekarang. Ajar........"

Cup

Athan mengecup cepat pipi Alma hingga membuat kicauan Alma berhenti.

"Jangan banyak omong, sini gue ajarin."

Alma masih mematung setelah menerima ciuman dari Athan. Jantungnya seolah berhenti.

"Almaira...."

"Eh, iya?"

Alma menjawab seperti orang linglung.

"Yang ini dicari determinan A dulu. Setelah itu nyari adjoin A. Nah, cara nyari adjoin ordo tiga itu nyari minor ama kofaktor dulu. Coba lo jawab pelan-pelan," jelas Athan yang udah bicara panjang lebar. Dan saat Athan menoleh ke Alma, Athan hanya bisa mengusap wajahnya sabar.

"Alma!" Panggil Athan sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Alma.

"Eh?" Alma baru bangun dari kehidupan alam lainnya.

Athan menggeram pelan, " jadi gue ngoceh kayak burung pipit tadi lo nggak ndengerin?"

"Sorry, Than. Gue agak nggak konsen," jawab Alma sedikit gugup.

Athan benar-benar tidak tau kalo efek ciumannya bisa bikin otak Alma geser.

"Ya udah, gi mana kalo kita jalan-jalan di sekitar pantai pribadi keluarga gue? Di sana suasananya tenang."

Athan memberi saran yang membuat dada Alma hangat. Entah kenapa saat Athan di dekatnya, ia merasa berada dalam dunianya.

Alma hanya bisa mengangguk merespon ucapan Athan.

Athan membereskan bukunya lalu menggenggam tangan Alma dan tersenyum.

"Jangan sampai berfikir terlalu berat. Nanti stress," kata Athan sambil mengelus pipi kiri Alma.

Lebih dari satu bulan mereka sering jalan bersama walaupun untuk belajar atau memang untuk jalan dalam arti yang sebenarnya.

Perasaan mereka siapa yang tau? Mereka memang sudah dekat, tapi hubungan masih menggantung seperti jemuran. Tidak jelas seperti pluto.

Awalnya Alma pasrah jika harus belajar bareng Athan yang menurutnya menyebalkan saat pertemuan pertama. Tapi, sekarang mungkin ia harus mulai sadar kalo perasaan pasrah harus diganti dengan perasaan ikhlas.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang