Part 8

3.6K 246 1
                                    

Maaf kalo masih banyak typo atau penempatan tanda baca yang salah ( tidak sesuai EYD atau EBI ).

Enjoy my story, guys!!!

Rhey POV

Semakin hari, Aislie semakin banyak bertingkah aneh.Entah kenapa.

Waktu istirahat, ia lebih memilih menghabiskan waktunya di taman belakang sekolah ketimbang menikmati makanan kesukaan kami di kantin sekolah.
Sudah beberapa kali aku menanyakan tentang masalah apa yang tengah ia hadapi saat ini. Tapi, sekalipun ia tak pernah mau memberitahuku.

Ia selalu saja mengelak dan mengatakan bahwa ia baik-baik saja, tapi jelas-jelas wajahnya menunjukkan ia tak baik-baik saja.

Dan kenyataan kaget menghampiriku ketika dengan agak ragu ia bilang bahwa ia dan keluarganya akan pindah ke Kanada, Amerika Serikat.

Tentu saja aku kaget, beberapa hari ini intensitas komunikasi kami juga agak jarang.

Ia lebih tertarik untuk berdiam diri di rumahnya dan melakukan sesuatu -entah apa aku tak tahu-, aku semakin penasaran sekarang.

Well, aku orangnya bawel dan pantang menyerah, sebelum aku mendapatkan apa yang aku inginkan.

Siang ini, sepulang sekolah, seperti katanya bahwa ini hari terakhirnya. Aku segera mengajukan acara jalan-jalan terakhir antara kami bertiga -aku, Aislie, dan Adriel-, dan untung saja Aislie menyetujui usulku.

Dan disini lah kami sekarang, di salah satu taman hiburan di kota kami. Setelah puas bermain dan mencoba berbagai wahana permainan, kini kami tengah menikmati makan siang kami.

Sehabis makan dan melepas lelah, kami duduk-duduk mengelilingi sebuah meja di taman hiburan tersebut.

Setelah berdiam beberapa saat, ia mulai menghela nafas dan menatap kami satu persatu.

Sebelum kemudian berkata,
"Maafkan sikapku akhir-akhir ini, aku tau aku keterlaluan, aku tak mengacuhkan kalian, yang jelas-jelas mengkhawatirkan keadaanku. Kurasa, aku hanya terlalu shock dengan kenyataan yang telah kuketahui sekarang," Ucapnya sambil menatap jari-jari tangannya yang saling bertautan satu sama lain.

Itu menandakan bahwa ia tengah berusaha mengatakan sesuatu yang berat.

Lalu tanganku terulur dan menggenggam tangannya, secara reflek, Aislie mengangkat wajahnya dan menatap ke arahku.

"Heyyy sobat, kau tak perlu merasa bersalah karena kau tak memberitahukan kami apa masalahmu, kami mengerti bahwa kau perlu waktu untuk memikirkan segalanya. Dan kalau sampai saat ini kau belum sanggup mengatakannya, tak apa. Aku tak akan memaksa," Ucapku lembut.

Aku memang penasaran tentang apa yang mengganggu sahabat satuku belakangan ini. Tapi, aku cukup tau sifatnya, ia tak suka di paksa mengatakan sesuatu yang berat. Atau mungkin sesuatu yang ia sendiri belum paham betul dengan hal tersebut.

Tapi kemudian, ia menatapku dalam dan mengulas sebuah senyum seraya berkata,
"Tak apa Rhey, kau dan Adriel adalah sahabat terbaikku, kalian berhak tau tentang hal ini. Karena, jika aku tak mengatakan semuanya sekarang, aku takut kita tidak akan pernah bertemu lagi," ucapannya terpotong dengan teriakkan Adriel.

"Apa maksudmu berkata begitu Aislie, jangan berpikir yang bukan-bukan, kau jangan bilang seolah kau akan segera wafat!!" ucapnya dengan mata terbuka lebar.

Aislie melepaskan genggaman sebelah tangannya dan meraih tangan Adriel dengan sebelah tangan lainnya, membuat pandangan Adriel melunak.

"Adriel, aku tau, ini berat untuk kalian, bahkan untuk diriku sendiri. Hanya saja, aku tak tau pasti tentang apa yang akan aku hadapi nanti. Sekarang, tolong kalian dengarkan penjelasanku. Dan tolong jangan di potong sampai aku selesai, oke?" Ujarnya memohon.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang