Part 13

1.9K 123 2
                                    

Seorang lelaki nampak keluar dari sebuah hotel di kawasan Pegunungan Rocky.

Matanya menatap tajam ke arah sebuah restoran mahal yang kini ada di depannya, ia lalu masuk ke dalam, dan mendudukkan diri di salah satu meja yang mengarah langsung ke sebuah ruangan kaca yang tengah diisi oleh dua orang muda-mudi di dalamnya.

Keduanya nampak bahagia dan saling menyayangi satu sama lain.

Sudah sejam lebih sejak kedatangannya ketika dilihatnya sang lelaki memegang tangan si wanita dengan lembut.

Berbicara kepada si wanita, entah bicara apa, si wanita terlihat terkejut, lalu si lelaki tersebut mengulurkan sebuah kotak kecil berbentuk kotak dari sakunya, dan membukanya di depan si wanita itu, wanita itu terlihat terkejut melihat benda dalam kotak itu.

"Cih,mereka benar-benar membuat aku muak," ucap lelaki tersebut sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

Tak lama kemudian, ia menolehkan kepalanya ke arah ruangan kaca tadi, lagi. Kini, ia melihat wanita dan lelaki tersebut tengah berpelukan, ia sudah tak tahan, dan segera bangkit menuju ke ruangan tersebut.

Bbrraakk!!!

Suara pintu yang di buka paksa membuat pasangan tersebut seketika melepaskan pelukan mereka dan menolehkan kepala mereka ke arah pintu yang terbuka lebar.

Lelaki yang merasa moment nya terganggu -Ivery- terlihat mengeraskan rahangnya dan menatap tajam ke arah seorang lelaki yang kini tengah berdiri dengan tenang di muka pintu yang terbuka. Yup, dia adalah Elwyn.

Ivery tampak mengepalkan kedua tangannya hingga jari-jari kedua tangannya memutih, tanda ia tengah menahan kemarahan dan gejolak yang ada dalam dadanya.

"Lama kita tidak berjumpa yah, sobat," ucap Elwyn yang nampak santai dan mendekati mereka.
"Apa aku telah mengganggu acara kencanmu, dengan ... heyy, siapa wanita ini, dia begitu cantik,bluar biasa," ucap Elwyn dengan nada sinis sambil mendekati Aislie.

Melihat hal itu, Ivery segera memposisikan dirinya diantara Elwyn dan Aislie.
"Jangan dekati dia,!!" kecam Ivery dengan tajam.

"Wow, wow, sabar, tenang kawan. Aku datang dengan damai kesini, aku hanya ingin menyapa kawan lamaku yang menurut informasi kau ada di dunia ini, apa aku salah?" tanya Elwyn dengan tampang tak berdosa miliknya.

"Aku tak memerlukan sapaan sok manismu itu," ucap Ivery dengan sinis.

"Haha, baiklah, ngomong-ngomong, apa aku telah mengganggumu?" tanya Elwyn dengan senyuman sinis merekah di bibirnya.

"Kalau kau pandai, kau tak akan menanyakan hal itu, brengsek!" Jawab Ivery dengan sengit.

Melihat Ivery yang nampak begitu terganggu dengan kehadiran Elwyn, Aislie segera mengusap lengan Ivery untuk menenangkannya.

Ivery sedikit melunak ketika merasakan sentuhan telapak tangan Aislie di lengannya.

"Haha, baiklah. Aku tau aku mengganggumu. Oh iya, sepertinya kita perlu kenalan, siapa namamu? Namaku Elwyn," ucap Elwyn sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Aislie yang mematung sambil memandang ke tangan Elwyn yang terulur padanya.

Aislie hendak menerima uluran tangan Elwyn ketika dengan sedikit keras Ivery menarik tangan Aislie dan memandang tajam ke arah Elwyn.

"Tak perlu bersentuhan kalau kau ingin berkenalan. Aislie, ini Elwyn. Dan kau, ini Aislie, mate-ku, cukup?" ucap Aislie dengan tatapan tajam yang terarah pada Elwyn.

"Haha, kau ini sensitif sekali yah. Kau harus banyak bersabar menghadapi mate-mu yang protektif ini," ucap Ivery sambil mendelik ke arah Ivery.

Aislie hanya menatap datar ke arah Elwyn.
"Baiklah, aku pergi dulu, lanjutkanlah lelucon mu itu, Ivery. Dan satu hal lagi, jaga dia baik-baik, kau tau kan apa maksudku?" ucap Elwyn sambil membalikkan badan dan keluar dari ruangan tersebut.

"Bedebah sialan!" maki Ivery dengan keras.

Aislie pun sedikit kaget dengan makian itu, ia segera kembali mengusap lengan Ivery, Ivery pun menatap lembut ke arah Aislie dan mengulas senyum manisnya.

"Maafkan aku," ucap Ivery sambil memegang kedua pundak aislie.

"Kenapa kau meminta maaf?" tanya Aislie dengan raut bingung.

"Mungkin kau kaget dengan kemarahanku tadi. Aku hanya terlalu terbawa emosi -walaupun memang aku selalu emosi jika melihatnya-, mungkin ini pertama kalinya kamu melihatku semarah itu," ucap Ivery lembut.

"Memang dia itu siapa?" tanya Aislie penasaran.

"Dia ... Elwyn, musuh bebuyutanku,"Bucap Ivery lirih.

"Tapi, dia kelihatan baik, kenapa kau memusuhinya?" tanya Aislie dengan kening berkerut.

"Jangan tertipu dengan pembawaannya yang sok manis, dia memang pandai berakting baik di depan semua orang," ucap Ivery dengan dingin.

"Benarkah?" tanya Aislie,matanya memicing seakan tak percaya.

"Tentu saja," jawab Ivery.

"Dan maksud kata-katanya tadi supaya kau menjagaku dengan baik, itu apa?" tanya Aislie.

"Itu peringatan, intinya kau ada dalam bahaya," ucap Ivery lirih.

"Bahaya semacam apa?" tanya Aislie dengan raut muka cemas dan takut.

Melihat hal itu, Ivery segera menangkup kedua pipi Aislie dan memandang bola matanya dengan dalam, seulas senyum menenangkan terlukis di bibirnya.

"Aku tidak tau pasti, tapi kau tak usah cemas, aku akan ada disisismu untuk menjagamu, percayalah," ucap Ivery sambil menarik Aislie ke dalam pelukannya.

Aislie menyandarkan kepalanya ke dada bidang Ivery, sebersit rasa takut, gelisah, dan perasaan terancam menyeruak dalam dadanya.

Jujur saja, ia belum siap jika harus menghadapi pesuruh Melkor secepat ini. Ia belum cukup memiliki keberanian dalam dirinya.

Kadang ia merasa menyesal harus terlahir dengan takdir rumit seperti ini, ia ingin menjalani hidup normal seperti dulu, bercanda dengan sahabatnya, ia juga ingin hidupnya seperti dulu.

Tapi apa daya, ia tak bisa mengubah kenyataan tentang jati diri yang sesungguhnya.

Setelah merasa cukup dengan acara date mereka malam ini, mereka pun meluncur meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke rumah.

Setibanya di rumah, perasaan gundah gulana Aislie belum kunjung membaik, ia benar-benar merasa cemas luar biasa.

Selama di perjalanan tadi, Aislie hanya terdiam menatap jalanan di depannya. Ivery hanya terdiam dan fokus menyetir, ia tahu, perasaan Aislie terganggu dengan penjelasannya tadi.

Well, selama ini hidupnya selalu tenang-tenang saja, dan tiba-tiba sekarang ia merasa terancam dengan bahaya yang bisa menimpanya kapan saja.

Setelah membersihkan diri di kamar mandi, ia segera merebahkan diri di tempat tidur, berharap perasaannya membaik esok pagi.

Orangtuanya hanya melongo dan memandang Ivery dengan isyarat mata mempertanyakan keadaan putrinya, Ivery hanya membalas pandangan orangtua Aislie dengan senyum menenangkan seolah ia berkata ' Aislie akan baik-baik saja'.









Haloha readers, ini dia part selanjutnya.
Maaf tambah gaje. But, makasih buat yang udah baca and vote.

Untuk kedepannya di usahain lebih baik lagi.
Maaf momentnya nggak romantis sama sekali, aku gak pandai bikin adegan yang romantis.

Oke deh, jangan lupa vote and komennya.
See you next part my story, guys!!

Terima kasih.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang