Part 27

1K 73 1
                                    

-

Enjoy my story, gaes!
-
-
-
*****

Setelah merasa cukup beristirahat selama satu malam di tepi hutan, Ivery dan Aislie kembali melanjutkan perjalanan mereka. Jalanan setapak yang mereka lewati terasa sepi sunyi hanya desiran angin dan gesekan dedaunan kering yang terdengar.
"Ini aneh, kemarin kita melewati hutan yang amat rimbun, tapi kini kita berjalan di jalanan yang gersang dan panas yang menyengat, padahal hutan dan padang ini berdampingan," ucap Aislie membuka percakapan.

Ivery tersenyum dan mengusap puncak kepala Aislie dengan sayang. "Iya, kau benar. Tapi yang terpenting lihat ke depan, sebentar lagi di padang pasir luas itu kita akan menghadapi saru rintangan lagi."

Aislie segera menolehkan kepalanya mengikuti pandangan Ivery. Tanpa disadarinya, mereka kini berada di tepi sebuah padang pasir yang sangat luas. Sejauh mata memandang hanya hamparan pasir yang terlihat.

Aislie menatap hamparan pasir di depannya dengan tatapan pasrah. "Ayolah bergegas, aku ingin semua ini segera berakhir," ajak Aislie seraya menggamit tangan Ivery untuk mengikuti lamgkahnya yang mantap. Sedangkan Ivery, ia hanya tersenyum menatap punggung Aislie yang berjarak beberapa langkah di depannya. Aku juga ingin semuanya segera berakhir, Aislie, bisik hatinya.

Langkah demi langkah terus membawa mereka melewati padang pasir maha luas itu, di sini hanya ada mereka berdua dan tak ada orang lain.

Hingga...

Suara rintihan seorang wanita terdengar di telinga mereka, Aislie sontak menghentikan langkahnya dan tertegun, mencoba menajamkan pendengarannya dengan suara rintihan tersebut.

Ketika kakinya hendak melangkah menelusuri asal suara rintihan tersebut, tangan Ivery dengan sigap menahan pergerakan Aislie. Aislie menatap Ivery heran, "Ada apa?"

"Itu hanya ilusi, ingat?" Ivery menatap Aislie lembut.

Aislie mengerjapkan matanya dan teringat tentang ucapan Jasmaso tentang tantangan mereka kali ini. Aislie segera kembali ke jalan setapak yang dilewatinya tadi dan tak menghiraukan rintihan itu lagi meskipun suaranya masih terdengar di telinga mereka.

Entah sudah berapa lama mereka berjalan di padang pasir tersebut, peluh sudah menetes dan menghiasi wajah mereka, dilengkapi dengan deru napas yang terasa sesak seolah akan berhenti.

Aislie merunduk sejenak dan menumpukan kedua telapak tangannya di atas kedua lututnya. Rambutnya basah oleh keringat, wajahnya memerah diterpa sinar matahari yang semakin meninggi.

Melihat hal itu, Ivery memutuskan untuk duduk sejenak di samping Aislie yang tengah berjongkok. Seketika, Ivery teringat dengan ramuan yang diberikan Jasmaso saat mereka akan pergi kemarin.

Ia lalu segera merogoh sakunya dan mengeluarkan botol kecil tersebut dan membuka tutupnya. "Minumlah sedikit, mungkin ini bisa membuat rasa lelah kita berkurang." Ivery mengangsurkan botol itu ke arah Aislie yang masih berjongkok.

Aislie mulai menegakkan badannya dan menegak setetes cairan itu diikuti oleh Ivery. Seketika saja, mereka merasa tenaganya kembali terisi dan rasa hausnya pun hilang.

"Luar biasa," ucap Aislie takjub. Ivery hanya tersenyum tipis dan menggamit tangan Aislie untuk meneruskan perjalanan mereka, lagi.

Kali ini, suara teriakan minta tolong yang sangat menyayat hati lagi-lagi sempat membuat Aislie diam sesaat di tempat. Namun kali ini ia sadar itu hanya ilusi, hingga ia tidak memperdulikanya sama sekali.

Untuk selanjutnya, banyak penampakkan beberapa orang yang merupakan orang terdekat mereka berdua, mencoba untuk menarik simpati mereka. Tapi mereka mencoba menguatkan hati untuk tidak tergerak dengan adanya berbagai ilusi yang hadir di depan mata mereka.

Boyfriend Fairy Guardian [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang