Hari ini, Patricia sudah masuk sekolah.
"DIMANA ARIA?" Volume suaranya yang besar membuatku harus menutup mulutnya itu karena kami sedang berada di gudang sekolah.
"Sssst! Dia di rumahnya lah!"
"Astaga, apakah bully yang diterimanya separah itu?!"
"Eli yang juga dibully tidak kau khawatirkan, eh?" Sinisku padanya.
"Aku tidak ingin peduli pada setan itu." Ucapnya sambil mengepalkan tangannya.
"Baiklah. Apakah kau sudah meminum obatmu?" tanyaku sembali mengelus pucuk rambutnya.
"Tentu. Ah ya, apakah kau tahu di mana rumah Aria?"
"Mau ngapain?" Tanyaku.
"Aku ingin mengecek keadaannya. Aku merasa bersalah padanya karena perbuatanku waktu kelas 10 yang selalu sinis padanya. Aku merasa hidupnya menderita sekarang dan aku ingin menjadi sahabatnya juga." Jelas Patricia.
"Juga? Memang dia punya sahabat?" tanyaku memancing.
"Ah? Mungkin saja dia punya satu di dunia maya?" Jawabnya dengan sedikit memunculkan aura yang terkesan aneh.
"Mungkin..."
"Kau belum jawab pertanyaanku! Bukankah ia pernah mengajakmu ke rumahnya? Kau seharusnya tahu alamatnya kan?" sepertinya Eli atau teman di kelas ku yang cerita kepadanya.
"Aku menolak ajakannya. Kalau mau tahu, aku akan mengantarmu ke Bu Sintia agar ia memberi alamat Aria."
"Tapi temani aku juga waktu ke sana ya? Aku pasti akan benar-benar canggung jika sendirian." mohon gadis bertubuh pendek itu. Aku hanya mengiyakan.
--------------------
Aku berangkat ke sebuah pasar swalayan setelah berbincang dengan Laksmi. Aku dan Patricia memutuskan untuk bertemu pukul 4 sore, lalu berangkat bersama-sama menuju rumah Aria. Aria sudah diberitahu sebelumnya oleh Patricia mengenai kedatangan kami yang disanggupi olehnya.
"KOK LAMA BANGET SIH?!" Bentak Patricia dengan sisa mie cup di meja.
Sepertinya ia sudah selesai makan."Apaan dah? Ini kan baru ja- ASTAGA SORI AKU NGARET!" jam di gadgetku menunjukkan pukul 16:34.
"BURUAN KE RUMAH ARIA!" Kami pun segera menghidupkan motor kami masing-masing dan aku mengikuti motor Patricia, ia menggunakan bantuan maps online untuk menemukan rumah gadis berkulit pucat itu.
Syukurlah, kami sampai dengan selamat. Aria yang mendengar deru motor kami dengan segera membukakan pintu pagarnya.
Suasana menjadi sangat canggung. Aria yang memang pendiam, aku yang harus berpura-pura tidak akrab
, dan Patricia yang sempat membuat masalah dengan Aria memang paket komplit untuk menyebabkan suasana ini. Namun entah bagaimana, sekarang kami benar-benar cerewet, kecuali Aria sih. Setidaknya ia bersedia mencari topik pembicaraan jika suasana menjadi hening.Jarum jam pendek sudah mengarah ke angka 7, menyebabkan kami berdua harus meninggalkan rumah Aria.
"Gak nyangka, ternyata seru juga ya!" Senang Patricia di seberang. Kami telponan setelah sampai di rumah masing-masing.
"Setuju banget, lain kali kita ke sana
lagi, yuk! ""Btw, tadi kok aku lihat ada foto cowok ganteng di rumahnya?"
"SERIUS?! LIHAT DI MANA? " jujur, aku sedikit panik.
"Di meja belajarnya. Ganteng banget! Pacarnya mungkin?"
"Tanya ke dia pas ke rumahnya, yuk!" Ajakku.
"Okay, besok kita tanya dia! Terus kita suruh traktir Mekdi kalau cowok itu beneran pacarnya, hehe." kekeh Patricia.
"Kok besok? Besok mau ke rumahnya lagi?"
"Iya. Sebenarnya aku sudah chat dia untuk mengajak Eli dan Bella. Sejak kejadian perusakkan tasnya itu, mereka merasa iba dan pembullyan ini akan terus merugikan diri mereka satu sama lain." tutur Patricia.
"Aria setuju?" Pertanyaanku dibalas oleh deheman Patricia.
"Kita ke sana berlima habis pulang sekolah, kamu bisa 'kan?"
"Tentu. Aku mau tidur, selamat malam. "
"Too." dan dengan segera, aku memutuskan sambungannya dan menghubungi Laksmi.
"KAK YANI! BUKA PINTUNYA DONG!"
Orang yang kutunggu akhirnya datang. Aku memang harus mendiskusikan hal ini dengannya. Instingku yang menyuruh ini.Flashback, jam 3 sore :
"HAH? JADI KAKAK SAMA KAK ARIA TAU SIAPA PELAKUNYA?!" Laksmi yang sedang menjamu kedatanganku di rumahnya sangat terkejut.
"SSST! Iya kami berdua tau. Sebenarnya Aria sudah tau sejak tiga tahun yang lalu."
"Bukanny-" "Dengar dulu. Apakah kamu tau kasus hilangnya seorang siswa SMA XY 3 tahun lalu?"
"He'emh! Apakah sudah ketemu? " jujur, saat Laksmi tadi menganggukan kepalanya, membuatnya terlihat sangat lucu.
" Sudah, yang ditemukan adalah bangkainya dengan penuh belatung. "
"HAH?! KENAPA SIH BANYAK KASUS ANEH DI SMA KITA?! Terus, kenapa tidak ada media yang memberitakan ini? "
" Karena keluarganya menyuruh tutup mulut untuk itu. Bagusnya, adiknya sudah mengetahui pelakunya."
"Kenapa belum dipenjara? Apakah adiknya tidak melaporkan si pelaku? "
"Ia tidak memiliki banyak bukti. Apalagi keluarganya si pelaku mempunyai jabatan dan kekuasaan, mudah bagi mereka untuk menyuap hakim dan memutarbalikkan fakta melalui media."
"Apa kaitannya dengan pembunuhan kakak Patricia?"
"Sebentar lagi kau akan tau. Boleh aku minta tolong? Jika aku menghubungimu di nomor simcard kedua mu, segera telepon polisi dan ambulan. Aku akan kirimkan alamatnya sekarang." Laksmi pun langsung menolaknya. Namun,
Setelah berdebat cukup panjang dengan Laksmi,akhirnya ia mengalah.Laksmi, semoga argumenmu tadi tidak ada yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng yang 'Sempurna'
Mystery / ThrillerAku yang terbiasa pindah sekolah, pertama kalinya aku mendapatkan teman sebangku yang membuat instingku aktif dan bisa kupahami dengan jelas, ditambah kejadian mengerikan di sekolah baruku ini lantas membuatku mencurigai teman sebangku ku yang anti...