Ajalku?

429 21 0
                                    

"Maafkan aku Hal, mereka berdua yang ternyata adalah ketua mafia dan anak buahnya ini menyuruhku menuruti mereka untuk mengumpulkan segalanya mengenai Aria dan kamu. Mereka juga menempel penyadap di bajuku" isaknya di pojok, sambil memegang golok milik Eli. Auranya penuh rasa takut dan bersalah.

Aku sudah siap mati, sungguh.

Maafkan Aku yang sudah melawanmu, ibu. Maaf aku belum menjadi anak yang berguna untukmu.

Tuhan, terima kasih atas segalanya, hamba-Mu sudah siap.

"AAAAAARGHHH!" Pemandangan terakhir yang aku lihat adalah Patricia yang menancapkan golok ke paha Eli. Sayangnya, ia harus menahan sakit karena peluru dari Bella yang bersarang di dadanya.

Semuanya, menghitam.

-------------------

"HALYAAAAA!" teriak Aria sambil berlari ke arahku.  Ia kemudian memelukku. Aku membalas pelukannya dengan wajah kebingungan.

"Kita di mana?" Aria hanya menggeleng sambil tersenyum. Ia tak berniat menjawab. Bisa digambarkan jika tempat ini adalah taman. Kemudian aku bersama Aria memutuskan duduk di atas bangku.

Setelahnya,  aku melihat banyak manusia bersayap putih di jalan, mereka menuntun manusia tak bersayap menuju sebuah gerbang.  Aku akhirnya tau ini tempat apa.

"Rencana kita gagal ya." lirih diriku tiba-tiba.

"Mungkin sudah jalan dari-Nya." jawab Aria tenang.

"Walaupun begitu,  kamu sangat cerdas! Kamu bisa mengetahui pelaku dari semua pembunuhan ini."

"Instingku. Haha. Karina si bos mafia yang baru diangkat alias Eli itu juga ceroboh. Tiga tahun lalu,  emblemnya jatuh saat kabur setelah melakukan transaksi morfin itu."

"Kakakmu yang membuatnya dan kliennya kabur 'kan?"

"Hahaha, sebenarnya Kak Puspa dan Kak Erika juga,  tapi karena kakakku mengambil emblem itu dan ia mencari info tentang emblem itu di forum online. Setelah seminggu, seseorang mengomentari postingannya dan mengatakan bahwa itu emblem dari organisasi mafia. Karena ini juga, ia menjadi korban pertama."

"Dari mana orang itu tau?"

"Karena orang itu adalah Bella, atau nama lainnya Evelina. Dia kaki tangan Karina yang berasal dari Rusia. Kau sadar 'kan jika wajah mereka berdua tidak oriental?" aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Klien yang diajak bertransaksi adalah salah satu aktor ternama yang mempunyai banyak perusahaan besar dan juga koneksi dengan pemerintahan. Karina tentu saja ingin menjalin kerjasama jangka panjang dengannya. Karena itulah,  kakakku, kak Puspa, dan kakaknya Patricia sebagai saksi harus dilenyapkan, meskipun mereka tidak tahu apapun. Minus kakakku sih."

Aku bengong karena harus mencerna semua informasi mengerikan ini.

"Apakah tiga tahun lalu kau pernah melihat wajah Eli? " Gadis pucat itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku dan kakakku saling terbuka satu sama lain. Hal yang membuatku yakin jika Eli adalah orang yang sama dengan Karina adalah,  korbannya memiliki relasi, mereka terbunuh karena golok, dan adanya simbol yang gambarnya mirip dengan emblem miliknya. Sepertinya ia melakukan ini untuk memancing semua saksi mata transaksinya. Kakaku juga pernah menceritakan postur tubuh Karina. "

"Bagaimana kau tahu semua ini?"

"Selain dari analisisku dan kakakku, wanita itu juga mengoceh semuanya sembari menyayat badanku dengan golok kesayangannya yang berkarat. Haha, sakit." Aria sedikit gemetaran saat mengatakan hal ini. Aku langsung memeluknya untuk sedikit menenangkannya.

"Memang ya, mereka pasti sudah menyiapkan identitas palsu agar bisa satu sekolah dengan Kak Puspa dan Kak Erika. Mengerikan sekali." Pikirku.

"Sebenarnya,  aku bingung harus berterima kasih kepada dua siswa yang hampir melecehkanku di gudang atau tidak. Satu sisi,  karena jarum bius,  tali,  kamera kak Erika di kolong meja di gudang itu, dan kamera cctv,  serta bantuanmu selama ini untuk mempersiapkan bukti, aku bisa menyeret mereka ke kepolisian. Sisi lain, aku jadi kehilangan nyawaku sendiri."

"Ya, walaupun bukti itu jadi tak terlalu berguna. Mereka menyadarinya lebih cepat karena menggunakan Patricia sebagai mata-mata. But hey, nyawaku juga hilang. Ternyata persahabatan kita sampai ke alam baka ya." Kami berdua tertawa lepas.

"Hahahaha, tapi kamu dan Patricia tidak mati. Nanti jelaskan saja kepada pihak kepolisian sambil menyerahkan barang buktinya."

Hah? Apa?

Sudahlah, aku lelah mencerna ini semua.

Topeng yang 'Sempurna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang