Hari Kedua

602 23 2
                                    

"Yani, sudah jam setengah 6 loh , ayo bangun" sapaan lembut dari wanita berambut sebahu yang berumur 42 tahun itu membuatku terbangun dari bunga tidurku.

"Engh.. Santai aja mah, jugaan rumah deket dari sekolah." jawabku sambil menyatukan lagi kelompak atas dan bawah mataku.

"Katanya kamu mau buat roti bakar biar gak makan ke kantin?" perkataan ibuku sukses membangunkan diriku 100%.

Aku bergegas menuju dapur, menyiapkan alat dan bahan secara tergesa-gesa sampai rotinya hampir jatuh dari genggamanku.

"ADUH! KAMU KENAPA SIH YANIII?! SINI MAMAH SAJA YANG BUAT! MANDI SANA! " Pekik ibuku sambil mendorongku menjauhi dapur. Aku hanya mengangguk menuruti titah wanita berkulit kuning langsat ini.

Aku bergegas pergi ke kamar mandi kemudian memakai seragam dan tentu saja makan semua yang disajikan oleh ibuku di atas meja makan. Setelah itu aku langsung mengambil tasku dan menuju ke luar rumah.

"YANI INI ROTINYAA. HADUUH MASIH MUDA MALAH PIKUN!"
- Omel ibuku Pt. II.

"Ehehehehe maaf, makasih ya mah. " Aku mengambil kotak plastik yang berisi sekitar 6 potong roti dengan selai strawberry itu. Tak lupa aku berpamitan pada ibuku dan langsung pergi ke garasi untuk mengendarai motor bebek kesayanganku.

Waktu tempuh ke SMA ku hanya 10 menit, itu pun aku berangkat saat pukul 06:14 sehingga sekolah masih sepi.
Saat aku berjalan, aku terkejut karena tiba - tiba ada lengan seseorang yang merangkulku, dengan segera aku mendorong tangan itu dan menyiapkan kuda-kuda karate ku untuk menghajar orang yang kuanggap kurang ajar itu.

"Eitss mau ngapain mbaknya?" ternyata itu Eli, ada raut ketakutan saat ia mengucapkan kalimat itu karena melihat kuda-kudaku.

"YAELAH AKU KIRA ORANG MESUM TERNYATA KAMU!"

Dengan segera Eli menutup kedua telinganya karena suaraku.

Entah mengapa, hanya bertemu sehari saja aku dan Eli mampu seakrab ini. Kami bercanda sampai - sampai aku hampir terjatuh ke kolam ikan karena tak kuasa menahan lelucon yang dilontarkannya. Untung saja, gadis tinggi ini cekatan menarik tanganku, membuatku terhindar dari air amis itu.

Jujur, Diana Eli Puspita adalah orang yang menyenangkan. Pantas saja banyak orang yang menyapa gadis berambut hitam kecoklatan ini di sepanjang jalan kami menuju ke kelas.

-----------

Ketika sampai di kelas, aku tidak melihat Aria padahal sudah ada tas di kursinya dan buku pelajaran pertama di atas mejanya.

"Dia biasanya ke perpustakaan sih kalau jam segini, aneh 'kan?" kata Bella yang sepertinya mengetahui isi pikiranku.

"Yaelah Bel, orang nimba ilmu dikata aneh. Yang itu 'tuh baru namanya aneh! " Jawabku sambil menunjuk Ahmad, ketua kelas kami yang sedang meniru gerakan fotosintesis Spongebob Squarepants. Teman-temanku yang melihatnya pun juga tertawa.

"WOY GAN BANTU GW BAWA DIA KE UKS GAN DIA KUMAT LAGI INI!" Teriak Rony sambil memanggil para siswa di kelasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"WOY GAN BANTU GW BAWA DIA KE UKS GAN DIA KUMAT LAGI INI!" Teriak Rony sambil memanggil para siswa di kelasku. Kemudian mereka membawa Ahmad menuju UKS.

"LEPASIN GW ANJ*R, GW CUMA BERCANDA!" Teriak Ahmad sambil memukul punggung Rony saat ia dan 2 siswa lainnya membopong tubuh kurusnya.

Semua murid di kelasku, bahkan beberapa murid yang melewati kelasku yang sedang tertawa melihat ini semua terpaksa kembali ke tempat asal mereka karena melihat Pak Agus, guru matematika wajib kelas 11, memasuki kelasku setelah ikut serta melihat tingkah konyol empat siswa itu. Untung saja beliau tidak marah melihat kelakuan anak-anak di kelasku ini.

Saat aku kembali ke kursiku,aku terkejut melihat Aria yang sudah anteng di bangkunya, membaca materi yang akan dibawakan Pak Agus untuk kelas ini. Aneh, Aku bahkan tidak melihat dia melangkah ke kelas kami.

"Dia manusia atau bukan sih?" Gumamku dalam hati.

Bel istirahat berbunyi. Aku menolak ajakan 3 teman baruku itu ke kantin dengan alasan aku lupa membawa uang dan ibuku sudah memberikan aku bekal.

Tentu, Aku sengaja membawa bekal agar makan bersama Aria di kelas. Namun....

Tok tok tok tok

"Permisi, apa Maria Vanyasari ada di kelas? Dia disuruh Pak Murni ikut Technical Meeting untuk lomba poster. " Tanya seorang siswa yang mengetuk pintu kelasku. Dengan sigap, Aria menghampiri laki-laki pendek itu sambil membawa tas kain yang sepertinya berisi alat gambar. Mereka berdua pun meninggalkan kelas.

"TAU GINI AKU GAK USAH BUAT BEKAL!" Teriakku dalam pikiran sambil mengunyah kasar sepotong rotiku.

Topeng yang 'Sempurna'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang