Salju turun begitu deras pagi itu. tidak banyak orang yang beraktivitas di pagi yang terasa menggigit. suasana pasar dan jalan – jalan di desa tampak sepi. Hanya beberapa orang yang terpaksa harus berlalu lalang ditengah derasnya butiran salju yang turun.
Dibatas desa menuju hutan, nampak jejak langkah seseorang membuat tanda ditengah hamparan salju yang menutupi tanah joseon. Didekapnya sebuah gulungan kain tebal. Tanpa kenal lelah, orang tersebut berusaha keras melawan salju yang turun begitu lebat pagi itu.
Akhirnya usaha keras seseorang itu terbayar. Ia berhasil memasuki hutan dekat desa yang tanahnya terlihat memutih karena ditutupi salju. Seseorang itu membuka penutup kepala yang selama ini melindungi wajahnya. Seseorang itu ternyata adalah seorang wanita. Mata wanita itu menatap sekelilingnya, sebelum akhirnya meletakkan gulungan kain tebal yang dibawanya.
Gulungan kain tebal itu ternyata berisi seorang bayi yang tampak tertidur pulas. Wajahnya sepucat warna salju. Tetapi bibirnya seranum dan semerah mawar merah yang sangat kontras dengan warna wajah bayi kecil tersebut.
Wanita tersebut memandang penuh benci pada bayi yang baru saja diletakkannya tersebut. ia benci setengah mati dengan bayi yang ada dihadapannya. Airmata turun membasahi pipi wanita itu mengingat bagaimana bayi tersebut bisa hadir kedunia ini. tangan wanita itu bergerak menggosok tubuhnya. Merasa jijik dengan tubuhnya yang telah mengandung dan melahirkan bayi tersebut.
Tidak sanggup lagi menatap lama – lama bayi itu, wanita tersebut berbalik untuk pergi. Membiarkan bayi kecil nan malang tersebut tertimbun salju yang terus menghujani tanah joseon.
Wanita tersebut tidak mempedulikan bayi kecil yang kini mulai menangis karena merasakan hawa dingin menyelimuti tubuh mungilnya. Wanita itu terus bergerak menjauh. Baru saja ia pergi beberapa langkah dari tempat dimana ia meninggalkan bayinya, terdengar suara – suara aneh di kepalanya.
Wanita itu berhenti dan menatap sekelilingnya dengan pandangan nyalang. Perasaan takut mulai menghinggapi hati wanita tersebut. ia mengingat rumor menyeramkan tentang hutan di dekat desa tersebut. hutan yang konon dipenuhi oleh makhluk tak kasat mata yang menjadi penghuni hutan.
Kutukan akan menghantui seluruh keluargamu! Bawa kembali bayi itu! langit akan membencimu dan seluruh keluargamu!
" S-siapa ? Siapa disana ?" teriak wanita itu dengan suara bergetar karena ketakutan.
Langit akan menghukummu! Kau akan mendapat kutukan tidak akan pernah bisa melahirkan anak! Bawa kembali bayi tersebut!
Tubuh wanita tersebut kembali bergetar. Wanita itu bahkan sudah jatuh terduduk karena ketakutan mendengar suara – suara tersebut. Wanita itu takut setengah mati dengan kata – kata misterius tersebut. Buru – buru, wanita itu kembali berbalik dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk meninggalkan bayi yang masih terus menangis dan kini bibir kecilnya telah membiru kedinginan.
Dengan tergesa, wanita tersebut berjalan meninggalkan hutan tersebut sambil membawa kembali bayi tersebut dengan hati kesal setengah mati.
@ACH@
Nyonya Song berjalan cepat ditengah badai salju yang terjadi pagi itu. Wanita bangsawan tersebut membawa gulungan tebal di dalam dekapannya. Wanita itu terus berjalan menunduk dan berusaha agar jangot nya tetap menutupi wajahnya.
Baru saja wanita itu berbelok ke kanan, langkah wanita tersebut terhenti. Dihadapannya ada seseorang yang menghalangi jalannya. Nyonya Song menghela nafas kesal. " Minggir dari jalanku." Ucapnya dingin tanpa berniat membuka jangot yang menutupi kepala dan wajahnya.
Seseorang yang menghalangi jalannya itu tidak bergeming. Seseorang itu adalah seorang wanita. Dan wanita tersebut melangkah mendekati Nyonya Song. Wanita tersebut membungkuk hormat pada Nyonya Song. " Mohon maaf hamba menganggu perjalanan anda,Manim." Sapanya.
" Apa yang kau inginkan ? Cepat minggir. Aku mau kembali ke rumah." Perintah Nyonya Song dingin.
Shaman In hanya tersenyum mendengar jawaban tak bersahabat dari Nyonya Song. Dengan tenang, kepala sangsucheon itu melangkah mendekati Nyonya Song. Tatapan Shaman In mengarah pada gulungan selimut yang didekap oleh Nyonya Song. " Agasshi, akan memiliki takdir untuk mengubah keluarga anda,Manim."
Nyonya Song tersenyum sinis mendengar ucapan dari Shaman In. " Hah! Aku malah tidak mengharapkan bayi ini lahir ke dunia! Aku sudah berkali – kali ingin membunuhnya. Bahkan semenjak ia masih berada dalam kandungan."
Mata Shaman In menatap tajam kearah Nyonya Song. " Agasshi tidak ditakdirkan untuk mati secepat itu,Manim. Kutukan akan menghantui keluarga anda jika anda menyalahi takdir langit."
Nyonya Song terkejut mendengar apa yang diucapkan Shaman In. mata wanita itu terbelalak kaget sekaligus ketakutan. " Tapi aku tidak menginginkan kehadiran bayi ini! aku benci bayi ini! kau tidak tahu bagaimana bayi ini bisa hadir di dalam rahimku! Kau tidak tahu bagaimana benci dan jijiknya aku setiap kali melihat bayi ini. jika memang kau mengatakan itu, ini urus saja bayi ini. aku tidak peduli." Nyonya Song menyerahkan bayinya pada Shaman In.
Shaman In menggeleng dan menyerahkan kembali bayi tersebut pada Nyonya Song. " Tidak bisa. Hamba tidak bisa mengambil anak anda. Agasshi harus dibesarkan dan dirawat oleh anda, jika ingin menghindarkan keluarga anda dari sesuatu yang buruk."
Airmata membanjiri wajah Nyonya Song mendengar jawaban dari wanita dihadapannya itu. demi apapun, yang ia inginkan hanyalah melenyapkan bayi yang ada di pangkuannya apapun caranya. Tapi, kenapa ? Kenapa selalu ada saja yang mengingatkan dirinya untuk tidak melenyapkan bayinya.
" Rawatlah agasshi dengan baik,Manim. Keberuntungan akan selalu menyertai keluarga anda." Ucap Shaman In setelah itu pergi meninggalkan Nyonya Song yang terdiam sambil menatap kepergian Shaman In dari hadapannya.
@ACH@
Korean Glossary
Jangot : mantel panjang yang digunakan oleh wanita untuk menutupi wajah mereka ketika keluar. Jangot menyerupai jeogori panjang, dengan kerah dan lengan.
Shaman : semacam dukun yang dipercaya memiliki kekuatan magis untuk bisa terhubung dengan roh
Sangsucheon : Puri Bintang. Tempat yang dihuni oleh seluruh dukun Istana. (Praktek dukun sebenarnya dilarang pada zaman Joseon, terutama pada masa Raja Jeongjo karena dinilai akan merusak spiritual rakyat Joseon. Hanya dukun kerajaan saja yang diperbolehkan untuk melakukan praktek tersebut.)
Manim : sebutan hormat untuk seorang wanita bangsawan yang telah menikah.
Agasshi : sebutan untuk nona muda dari keluarga bangsawan.
@ACH@

KAMU SEDANG MEMBACA
A Cold Hearted Crown Princess
Fiksi SejarahFollow me first before you read and enter my book universe. [SEBAGIAN CERITA TELAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] Pada musim salju yang membekukan tanah Joseon. Seorang gadis lahir tanpa cinta dari kedua orangtuanya. Tanpa di duga, takdir mem...