"Kamu adalah yang selalu aku tulis, namun aku adalah yang tak pernah kamu baca."
-Anonim-
Kring ... Kring ....
Segera kuraba permukaan meja di samping tempat tidurku, tapi sedikit pun kutemukan keberadaannya. Kubuka mata perlahan dan segera bangun dari tidurku. Aku memandang sekeliling mencari letak jam beker yang deringannya sungguh memekakkan telinga.
"Ya, ampun mana sih alarmnya?" Kulihat benda tersebut tergeletak di bawah meja. "Kok bisa sih nyampe sana!"
Segera kutekan tombol untuk menghentikan bunyi menyebalkan itu dan meletakkannya ke atas meja. Namun, dengan cepat kulihat kembali jarum jam tersebut. Seketika mataku membulat. "Ya, ampun!"
Segera aku berlari mengambil handuk yang tersampir pada jemuran. Kuliahku 15 menit lagi dimulai.
"Gimana ini? Gimana!"
"Apa sih, Nan? Pagi-pagi udah teriak-teriak. Berisik tahu!" sewotan Fika terdengar dari balik selimut tebalnya. Dia tertidur di kamarku setelah kami lembur semalaman mengerjakan tugas.
"Aku ada kuliah pagi, Fik. Salah pasang alarm lagi. Aduh ... gimana ini? Mana katanya dosen killer! Mati aku!" teriakku panik dari kamar mandi.
"Slow, Nan. Kalo kamu panik gitu malah ribet sendiri kamu." Aku yakin sekarang wajahnya masih berwajah bantal, terlihat dari suaranya yang masih setengah teler.
Selesai membersihkan diri yang menjadi rekor tercepatku dalam mandi, aku langsung berlari meraih baju secara asal dari dalam lemari. Setelah merapikan penampilanku sesaat di depan cermin, segera kuambil tas dan berlari menuju pintu.
BRAK!
"Ya, ampun! Pelan dong, Nan. Kaget tahu!"
Aku terkikik mendengar gerutuannya di luar kamar. "Ups, sorry, babe!"
Kulangkahkan kaki menuruni tangga secepat mungkin. Langkahku makin lebar saat melintasi lobi dan kembali berlari setibanya di depan gedung housing. Secepatnya aku harus sampai di gedung seberang.
"Huh ... huh ... huh ... capek!"
Setelahnya, kembali aku berlari menuju kelasku berada.
"Oh, Tuhan ... semoga dia terjebak macet, sedang mengantarkan anaknya yang rewel atau mengantarkan istrinya yang cerewet atau apapun itu, semoga dia terlambat! Tolong aku ...."
Setibanya di lantai kelas perkuliahanku, makin kupacu langkahku untuk menuju pintu yang sudah terlihat di depan mata. Kalau dibilang capek, tidak. Tapi ini amat sangat melelahkan dan menyebalkan.
Aku berhenti sesampainya di depan pintu tersebut. Kuatur napas sejenak sebelum membukanya. Kulihat jam di pergelangan tangan, 08.29.
Oh, God!
Kubuka pintu perlahan dan mengintip suasana kelas yang terlihat tenang. Namun, secara serempak mereka semua memandangku. Aku menelan ludah menyiapkan apa yang akan terjadi.
Kubuka pintu makin lebar seiring dalamnya kernyitanku. Kulihat meja dosen yang ada di samping kiri. Kosong. Seketika kuhembuskan napas lega dan segera memasukinya.
Pintu langsung kututup dan sedetik kemudian aku terlonjak melihat seorang pria berdiri mematung di belakang pintu.
"Selamat pagi, Nona. Sepertinya Anda melupakan sesuatu."
Rahangku jatuh melihat pria itu di dalam kelasku.
Dia! Dia ngapain di sini?
Wajahnya begitu datar menatapku, menunggu responsku saat melihatnya seperti hantu. Mulutku terasa penuh dengan batu yang begitu sulit untuk kubungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERBORGEN LIEFDE (Available On Play Books)
General Fiction◽Genre : Romance & suspense. ◽Writer : Riantifebri. ◽Status : Completed at Nov 2016 & get full story on Play Books (bit.ly/VerborgenLiefde). Apa yang akan kau lakukan jika Tuhan merebutnya dari kehidupanmu...