Bagian 3

28 7 0
                                    

Lama kami hanya bertatap. Hingga satu tepukan dibahu ku mengalihkan dari laki-laki yang baru saja aku kenal.

"Woy! Av... hellooo," ucap Fina.

"Ah iya Fin," balasku dengan nada kaget. Apa yang aku lakukan? Baru saja aku memujinya? Memuji cowo so cool itu? Yang baru kukenal? Sejak kapan aku berani berbuat seperti itu?

"Kalian kenapa? Bengong berduaan" sahut Fina.
"Tatap-tatapan lagi," sahut Satria dengan santainya.

Benarkah yang mereka berdua katakan? Memalukan.

"Apasih lu berdua? Jelas deh," ucap Avel. "Kasian tuh Av jadi malu kan," lanjutnya membela ku yang buatku semakin malu.

Yang ku lakukan hanya diam dan menundukkan kepala. Tapi, sungguh aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

Pelajaran selanjutnya pun dimulai. Obrolan kami seketika terhenti karena datangnya Bu Pur, guru biologi.

***

Dua minggu sudah kita berteman baik semenjak diantara kita berempat berkenalan. Kami berempat menjadi sebuah geng yang kompak, solid, dan tak terpisahkan begitu saja. Bahkan yang tadinya aku selalu istirahat bersama 4 sahabatku, sekarang aku selalu istirahat bersama teman baruku ini.

Seperti saat ini. Semenjak aku resmi berteman akrab sama Fina, Aric dan Avel yang ternyata sudah lama kenal sejak SMP atau Aric dan Avel yang semenjak kecil.

Disinilah aku, tengah bersiap mengenakan leging dan hoodie hitam serta sneakers putih untuk berangkat pergi. Hari ini aku diajak Fina untuk ikut ke acara JakCloth di Plaza Tenggara, GBK Senayan.

"Siang guys, sorry gue telat nih," ucap Avel yang baru saja keluar dari mobil Jazz Putih dengan raut wajah santai.

"Ah lu mah kebiasaan mis. Sok ganteng, kebanyakan gaya, tapi telat mulu. Begini ditakutin? Helehh bisa-bisaan lu," balas Aric dengan ocehan nya yang meledek.

Hari ini mereka kumpul di rumahku, tentu saja untuk meminta izin pada ayah dan ibuku.

"Bacot lu gedein. Gue emang ganteng kali. Lu aja yang iri sama gue," balas Avel dengan nada santai dan so' cool nya itu.

"Sial. Ogah gue iri sama lu. Dasar tua," balas Aric yang mulai sewot.

Duuhh, ini semua harus segera dihentikan. Atau mereka akan kembali adu jotos karena hal sepele seperti 3 hari yang lalu.
"Eh. Udah yaa udah adu bacot nya. Gue gak mau liat kalian adu jotos disini," kata Fina mendahului peringatan dalam pikiranku.

"Dia duluan nih. Iri aja sama gue," kata Avel tak mau kalah.

"Heh. Lu duluan ya. Siapa yang iri sama lu. Dasar tua," balas Aric masih tak mau kalah juga.

"Eh. Ssstt udah ya berantem nya. Kalian berdua tuh kaya anak kecil aja," ucapku melerai mereka berdua.

"Tau nih lu berdua kaya bocah," ucap Fina yang setuju dengan perkataanku.

"Ya ya ya. Tetep aja dia bocah yang ketua-an," kata Aric memancing kemarahan.

"Aric!!!" kataku dan Fina kompak dengan nada sebal dan Fina mulai menjewer telinga Aric agar berhenti bicara.
"Aw sakit Fin, lu mah masa gue doang yang dijewer. Kan dia juga bacot," rintih Aric tak terima.

"Ours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang