Prolog

91 7 0
                                    

Saat itu di siang hari, diperjalanan pulang. Entah darimana sebelumnya.

"Katanya mau ajak jalan-jalan. Kok gak pernah jadi?" tanyaku sinis kepada laki-laki di hadapanku ini.

"Yaudah ayo kita jalan. Mau kemana?" jawabnya enteng dengan suara khasnya. Dengan santainya ia membawa tanganku kedalam genggamannya.

Reflek. Aku merasa pipiku memanas diikuti ujung bibirku yang tertarik keatas. Melihat perlakuannya dan perhatian yang dia berikan, membuatku tambah tersipu.

Ah yaa, dia yang kucinta.

Perjalanan yang kami tempuh menggunakan sepeda motor dengan laju yang cukup kencang. Sepertinya akan jauh. Entah kemana dia akan membawaku jalan-jalan. Asalkan bersamanya, aku mau ikut.

Sesampainya disana, aku melihat ada beberapa orang yang tak kukenal tapi dia mengenalnya. Yang aku yakini adalah teman mainnya.

Tempat yang asri, sejuk dan hijau. Yaa walau ada banyak batu ditempat kita pijakkan kaki. Seperti biasa, selfie, difotoin, hingga foto berdua adalah saat-saat yang aku nikmati, ditambah lagi suasana tenang seperti di perkampungan. Aku suka.

Aku tengah duduk disalah satu batu yang terbesar sambil tersenyum bahkan tertawa geli karena tingkahnya.

"Ini dimana sih Gy? Aku suka tempatnya," kataku disela-sela tawa kami.

"Aku tahu. Bahkan sebelum kamu katakan," dia yang berada disebrangku pun menjawab dengan senyum penuh arti.

"Tahu apa?" Tanyaku sedikit sinis. Ahhh dia suka sok tahu tentangku.

"Aku tahu semuanya dear," katanya dengan nada manja diakhir kata. "Semua tentang mu...ya kan?" Lanjutnya disertai kerlingan mata.

Ya. Dia benar, sudah kuhabisan 3 tahun belakangan ini bersamanya. Hal yang wajar jika ia mengetahui hampir semua kesukaanku.

Kemudian ia bangkit dan berjalan ke arahku "Kita jalan kesana," ucapnya menjulurkan tangan kanannya.

"Yuk!" balasku dengan semangat meraih uluran tangannya. Kemudian berganti dengan rangkulan hangat darinya dipundakku saat kami berjalan.

Sampailah disebuah bangunan dengan ciri khas rumah adat Betawi. Seingatku, kita tengah makan berhadapan. Disebelah kanan ku terdapat kolam dengan eceng gondok yang terapung cantik menyebar. Tidak lupa sinar matahari yang mulai redup menuju peradaban. Sungguh indah bukan?

Aku benar-benar merasa menjadi perempuan terbahagia sejagat raya ini. Senyum serta tawa tak hilang dari wajahku saat bersamanya.

"Weittss bro.. udah lama gak mampir kesini," seseorang datang dari arah belakangku yang langsung disambut hangat si doi. Mereka bertosan ala laki-laki.

"Iya juga yaa, maaf gak pernah kesini lagi. Jauh sih," katanya dengan sesal.

"By the way..." kata seseorang itu sambil melirik ke arah ku.

Ups. Rasanya aku seperti mengenalnya.

"Vin? Kamu?" tanya seseorang itu kepadaku yang juga merasa kaget. Dia tau nama panggilan ku? "Kok disini?" tanyanya lagi.

"Dia Avina, my mind!" sebelum aku menjawab pertanyaan seseorang itu, sudah lebih dulu dijawab oleh Gy dengan tegas disertai rangkulan hangat dipundak ku. Menandakan aku miliknya.

Beberapa saat aku hanya terpaku, tiada hentinya menatap lekat manik mata seseorang yang baru saja mengakui ku sebagai miliknya. Sepertinya wajahku semakin merah layaknya kepiting rebus lantaran mendengar ucapannya.

Boleh kah aku hentikan waktu? Aku ingin seperti ini saja. Bersamanya yang kucinta.

Sampai akhirnya aku memutuskan pandangan kami dan beralih pada seseorang yang tak ku kenal itu. Sambil mengingat apakah aku mengenalnya?

***

Halloo para reader yang imut-imut, cantik-cantik, ganteng-ganteng. Salam kenal yaa dicerita pertamaku yang dengan susah payah aku pupuk rasa percaya diri aku buat terbitkan cerita. Daripada tersimpan rapih diword aja, sampe pada debuan dengan perangkap serangga. Ya mending dishare ajadeh. Bener gak bener gak? Hehehe😁😁😁
Intinya aku berharap kalian sukai ya dengan karyaku ini.
Byee...and enjoy your read😉😉

"Ours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang