Bagian 1

50 8 0
                                    

"Krriiinggg" suara bel tanda masuk sekolah terdengar jelas di telingaku.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah dikelas 11 SMA. Setelah libur panjang selama hampir sebulan, karena dibarengi dengan libur lebaran.

Ini semua karena mimpi itu datang lagi.

Aku terus menggerutu sepanjang jalan dengan tergesa-gesa membuat langkah besar.

Ini kali pertama aku terlambat bangun pagi hanya karena sebuah mimpi tidak jelas. Meskipun tak bisa ku elakkan bahwa sekarang aku sedang tersenyum mengingat mimpi itu. Sebenarnya aku juga bertanya siapakah gerangan? Gy? Aku memanggilnya Gy? Siapa dia?

Entahlah. Ku buang jauh, semua itu. Aku harus segera sampai lapangan sebelum upacara dimulai. Beruntung aku masih bisa melewati gerbang sekolah dan dengan cepat menemukan namaku dimading pengumuman pembagian kelas.

"Kelas 11 IPA 4," gumamku sambil terus berlari mencari ruang kelas dilantai 3. Yang ku ketahui, lantai 3 memang disediakan untuk kelas 11.

"Hah? Penuh?" tanyaku pada diri sendiri ketika melihat seluruh bangku dikelas ini sudah terisi dengan tas semua murid.

Masa bodoh dengan semua ini, ku ambil topi abu-abu dari daypack tosca kesukaan ku. Lalu kembali berlari menuruni tangga.

Melelahkan. Harus naik turun dari lantai dasar ke lantai 3 kemudian balik lagi menuju lapangan upacara..

Semua sudah berbaris rapih tanpa ada suara lagi. Aku jadi ragu untuk tetap berlari mencari barisan kelasku. Tapi, bukan Avina namanya kalau sampai melanggar peraturan.

"Permisi. Kelas 11 IPA 4 dimana ya?" tanyaku. Dan hanya dibalas "disana," sambil menunjuk kearah yang ia maksud.

Alhasil. Disinilah aku sekarang, berdiri dibarisan paling belakang setelah berbisik-bisik menanyakan keberadaan barisan kelasku.

Tarik nafas. Buang. Tarik nafas. Buang. Tarik nafas.

Saat aku sedang fokus mengatur nafas ku, seseorang mencolek bahuku dan berkata "telat?"
Hanya kujawab dengan anggukan kepala. Kemudian menutup mata dan melanjutkan mengatur nafas lagi.

"Vin, kamu kenapa?" entah siapa lagi yang mencolek dan bertanya dengan berbisik padaku.

"Oh my .... Raras! Aku kira siapa. Ganggu aja," kataku saat aku membuka mata dan menemukan teman lama ku saat di SMP dulu.

"Heh.. tadi tuh aku nanya. Kamu kenapa?" tanyanya lagi dengan nada khawatir.

"Aku telat bangun, jadi dari rumah ke sekolah lari-larian deh," jawabku yang sudah lebih tenang mengendalikan debut jantungku yang rasanya mau keluar dari tempatnya.

"Rumah deket aja kamu bisa telat," katanya cepat. "Aku IPA 3 nih, gak bareng lagi deh." lanjutnya berbisik.

"Hah? Serius? Aku kira kamu disamping aku karena kita satu kelas. Terus gimana dong nasib aku? Pas aku ke kelas, bangku nya udah pada penuh. Aku duduk dimana? Sama siapa? Terus dikelas ada yg aku kenal gak? Terus nan.....ti.." tanyaku panjang x lebar sama dengan luas pada Raras yang langsung diberi tatapan ganas dari barisan depan, kanan dan kiriku.

Seketika aku bungkam seribu bahasa. Dan kembali fokus mengikuti upacara, yang entah sejak kapan sudah dimulai.

***

Selesai upacara dan beberapa sambutan dari wakil kesiswaan, pembina OSIS dan ketua OSIS. Aku sibuk dikenalkan dengan teman sekelas ku oleh Raras yang tahu banget bahwa aku pemalu tingkat dewa.

"Fina," ucapnya mengenalkan terlebih dahulu. Eh tunggu. Siapa namanya? Cewe putih berwajah imut versi dewasa dengan kepangan rambut yang rapih disampirkan ke bahunya.

"Ours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang