"Saya punya tugas baru untuk kalian. Dikerjakan secara kelompok, satu kelompok terdiri dari 10 orang. Tugasnya harus siap 2 Minggu dari sekarang," jelas Pak Budi sang guru olahraga.
"Tugas apa Pak?" tanya Ilham yang hanya diberi deheman tak suka dari Pak Budi karena memotong pembicaraan nya.
Aku baru tahu tadi pagi, bahwa hampir semua anggota Predator Fams juga sekolah disekolah yang sama denganku. Suatu kebahagiaan kecil di pagi hari yang akan merubah kehidupan ku.
"Tugasnya adalah membuat gerakan senam lengkap. Dari gerakan pemanasan, gerakan inti dan gerakan pendinginan. Durasinya 15 menit. Deal?" jelas Pak Budi melontarkan tugas yang ia berikan.
"Deal pak. Siap pak." itu jawaban pasti yang diberikan murid sekelas.
"Bagus. Kalau begitu, mulai sekarang tulis nama berkelompok kalian," suruh Pak Budi yang langsung
disanggupi kita semua. "Kumpulkan nama kelompok nya pada ketua kelas ya. Bapak dan guru lainnya sedang ada rapat, tolong kalian tetap tenang didalam kelas," tegas Pak Budi berlalu keluar kelas."Sama siapa aja Fin?" tanyaku pada Fina.
"Udah ada kok anggota kelompoknya. Intinya kita tetap berempat," bukan Fina yang menjawab, itu Avel yang duduk didepan ku.
"Yeehh malah kamu yang jawab," kataku meledeknya.
"Tau lu! Pengen diajak ngobrol yakk?" Ledek Fina dengan suara khasnya.
"Shit! Ngaco lu!" jawab Avel.
"Yeeehhh ha ha ha, makanya maap-an," tawa Fina
"Gak baik loh marahan lama-lama," ledekku menaik turunkan alis dan tersenyum meledek. Sejak pertengahan kecil di rumahku saat mau berangkat ke JakCloth itu, Avel dan Aric sama sekali tidak saling sapa. Kelakuan yang tak pantas dicontoh.
"Udah diem deh Av, gak usah ikutan. Ini tulis nama kelompoknya," kata Avel mengalihkan pembicaraan dengan memberiku selembar kertas dan pulpen.
"Yeeh, mengalihkan pembicaraan," ucap Fina terus meledek Avel.
"Hi hi gak boleh gitu ah Fin, kasian Avel diledekin mulu" bela ku. "Oh iya yaa-" kata Fina.
Sebelum Fina menyelesaikan ucapannya, aku sudah mendahului "Nanti tambah tua, ha ha ha," lanjutku lagi yang langsung disambut tawa dari Fina dan Aric yang daritadi mendengarkan saja.
Avel berdiri dari duduknya dan mengatakan "Oh... jadi Avina udah berani ngeledekin orang yaa," dengan seringai jahilnya.
"Iya dong berani, wle," kataku menjulurkan lidah, meledek Avel.
Dari sudut mataku, aku melihat Aric bangkit dan merespon seringai jahil dari mata Avel "Oh... jadi Avina udah berani nih," berjalan ke arahku.
Mereka tampak sedang berbicara melalui tatapan. Begitupula dengan Fina. Tiba-tiba gerakan mereka bertiga kompak mengarah padaku.
"Kalian kenapa?" tanyaku panik.
Dan alarm pada diriku berbunyi, mengajakku untuk segera menjauh dari mereka.
"Aiiihhh kalian kenapa sih? Aku takut nih," kataku saat melihat mereka bertiga seakan ingin melahap ku sebagai hewan buruan, tangkapan mereka.
"Ha ha ha kena nih,"
Sebelum aku benar-benar ditangkap mereka, dengan gerakan cepat aku pun berdiri dan segera berlari "Avin!" teriak Avel kemudian mengejarku."Ahahahaha," tawaku saat berhasil lolos. Selagi Pak Budi dan guru lainnya rapat, keluar kelas ajadeh. Gumamku berlari ke arah pintu kelas.
"Eh mau kemana?" tanya Dio, ketua kelas kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Ours"
Teen FictionJangan pernah katakan "tidak" jika memang jawabannya "ya" atau kau katakan "ya" padahal jawabannya "tidak". Suatu hari kamu harus belajar menerima, suatu hari juga kamu harus belajar untuk menolak. Hidup tak semudah kau bayangkan. Atau bahkan kau p...