Lonely 2 : [2.1] They are (never be) together

19 5 3
                                    

Ada typo mohon krisar

****Lonely****

       
           
Rey sedang berdiskusi dengan  kelompoknya membahas penelitian apa yang cocok untuk tugas biologinya. Bersama keempat orang anggota kelompoknya yang sudah ditentukan oleh guru, entah mengapa Rey merasa kurang nyaman saat tahu bahwa Bella juga ditempatkan dalam kelompoknya.
           
Mengapa Rey bisa merasa tidak nyaman seperti itu? Bella siswi yang baik dimata guru maupun disekolah ini. Sudahlah Rey tidak ingin ambil pusing.
           
"Gimana kalau ngambil bahan diskusi dari zoologi atau botani aja?" usul Tania ia adalah salah satu anggota kelompok Rey. Tania menatap mantap meminta pendapat semua anggota.
           
"Tapi gimana kalau histologi aja?" Bella memberi pendapat sambil menatap Rey meminta persetujuan.
           
"Tapi menurut gue sih Bell lebih gampang zoologi atau botani." Tania mengkedikkan bahunya.
           
"Yah kitakan bisa juga ambil sempel dari itu, tapi kita fokuskin sama histologinya  aja."  Sanggah Bella.
           
"Gue sih terserah kalian aja enaknya gimana" Sisy bertopang dagu.
           
"Kalau gue sih bodo amat serah ketuanya aja." Nico merangkul Rey yang hanya sedari tadi lebih banyak menjadi pendengar.

"Gimana Rey?"
           
"Kita ambil sempel zoologi aja, karna menurut gue itu yang paling gampang." Rai pun akhirnya mengutarakan pendapatnya.

"Kita analisis tentang habitat, sama prilakunya aja."
           
"Tapi Rey kalau kita analisis tentang jaringannya juga bakalan lebih bagus lagi."
           
Bella tetap menyanggah dia tetap kekeh pada pendapatnya tapi Rey berpendapat jika menganalisis jaringan juga dibutuhkan alat khusus untuk dapat melihat jaringan yang berukuran mikro, meskipun disediakan LAB biologi tak sembarang orang dapat meminjam peralatan disana, tidak ingin mengambil risiko yang akan membuat kelompok mereka kesulitan Rey pun mengambil keputusan mutlak seperti yang di utarakannya tadi. Dan Bella pun akhirnya pasrah.
           
Saat guru yang memberikan mereka kesempatan waktu untuk berdiskusi sudah habis, kelompok Rey berencana untuk melanjutkan diskusi mereka sehabis pulang sekolah nanti.

****   
           
"Permisi dek, Dafreeya nya ada gak?" sapa Rai pada salah satu teman Dafreeya yang ia ingat adalah teman sebangku Dafreeya, kalau Rey tak salah ingat namanya Berlin.
           
Berlin yang seperti dapat berlian runtuh, tiba-tiba dapat disapa oleh Rey hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, disapa oleh cowok terganteng disekolah ini merupakan anugerah.
           
Reu yang melihat reaksi Berlin seperti itu hanya mengrenyit, lantas berdehem keras membuat Berlin pun sontak menegakkan badannya, layaknya seorang prajurit.
           
"Siap kak! Dydy barusan pulang bareng Revon kak."
           
'Dydy? Yang dia maksud Eeya?' pikir Rey.
           
Kalau Berlin berkata barusan, berarti Dafreeya belum jauh dari sini mungkin dia masih berjalan menuju parkiran, yah mungkin saja.
           
Setelah mengucap terimakasih Rey pun langsung menuju parkiran dengan sekuat tenaga ia berlari.
         
Sesampainya diparkiran Rey melihat adiknya memasang helmetnya dan menaiki motor yang akan dikendarai oleh Revon.
           
"Eeyaa!!" teriak Rey sebelum motor yang ditunggangi oleh Dafreeya pergi.
           
Dafreeya menoleh, Revon juga menoleh. Mereka berdua melihat Rey berlari menghampiri mereka.
           
"Eeya ikut sama kakak." Rey berdiri melihat Dafreeya tanpa memperdulikan Revon.
           
Revon menaikan sebelah alisnya jadi Eeya itu adalah Dafreeya?lucu juga.
           
Dafreeya hanya bingung menatap Rey. Saat dirinya hendak menjawab untuk menolak ajakan Rey, Rey pun berkata "Dad ada dirumah." Maka Dafreeya mengurungkan niatnya untuk menolak ajakan Rey.
           
Dia takut, Dafreeya takut jika dirinya tidak bersama dengan kakaknya saat Daddy nya sedang ada dirumah, dia takut, takut dirinya akan hancur kembali.
           
Dafreeya pun turun dari motor Revon lalu menyerahkan helmet yang dipinjamnya kepada Revon, Revon menerimanya dengan mimik wajah 'kenapa' pada Dafreeya. Dafreeya hanya bergumam maaf lalu pergi dengan Rey.
           
Revon hanya mengedikkan bahu saja lalu pergi.

LONELYWhere stories live. Discover now