Dafreeya 3 : [3.1] Escapist

38 5 3
                                    






Ini pasti akibat semalam. Kepalaku terasa pusing dan wajahku pun terlihat kuyu sekali meskipun sudah ditutupi dengan polesan make-up yang tak terlalu tebal, tapi tetap saja wajahku terlihat agak mengerikan membuatku malas pergi kesekolah.

Aku pun segera beranjak pergi dari kamar menuju ruang makan untuk sarapan.

Sesampainya disana aku melihat Kak Rey tengah menyuapkan roti selai kemulutnya dengan pandangan kosong.

Aku menarik kursi berhadapan dengannya lalu mengambil roti isi dengan selai cokelat dan memakannya sambil memperhatikan Kak Rey.

"Kak Rai..." panggilku pelan.

Dia hanya bergumam sebagai balasan dari panggilanku lalu kembali terdiam seolah fokus pada sarapannya, tapi ku yakin bukan itu yang menjadi fokusnya sekarang mungkin dia memikirkan hal tolol yang aku -atau kami lalukan semalam oh ya dan tidak lupa dengan pengakuan bodohku.

Aku beranjak dari kursiku berlalu ke belakang kursi Kak Rey.

Aku gak peduli dengan kejadian semalam, aku juga gak menyesali pengakuanku, aku justru merasa senang sudah mengungkapkannya! Serasa ada bagian hatiku yang tergelitiki oleh kupu-kupu dan  melayang terbang, aku mencintainya. Mencintai kakak ku sendiri.

Aku merangkul Kak Reydari belakang menumpukan daguku pada pundaknya membuat wajah kami berdekatan dan terendus aroma lavender dan juga kayu manis dari tubuhnya.
            
Aku sangat menyukai aromanya...

"Aku cinta Rey." Bisikku tanpa embel-embel kakak.

Kak Rey terdiam lalu bangkit dengan wajah datarnya membuat rangkulanku terlepas dan ia berjalan berlalu mengambil kunci mobil yang tergeletak didalam bufet kaca.

"Ayo berangkat." Ujarnya dan pergi dengan sikap dinginnya.

Dia bahkan tidak menghabiskan sarapannya atau menungguku selesai sarapan seperti biasanya.

Sungguh percayalah aku tidak akan menarik ungkapan cintaku padanya dan berbohong kalau itu hanya ungkapan palsu saja, sekali lagi aku tekankan.

Aku tidak menyesali tindakanku!

Aku hanya menyesali kenapa aku dilahirkan dikeluarga ini karena semua orang yang aku cintai sekarang membenciku bahkan jijik padaku.

Aku tersenyum kecut lalu beranjak mengambil tasku dan pergi menusul Kak Rey.

***     

Didalam mobil ditengah perjalanan menuju sekolah suasana pun terasa canggung, saat Kak Rey memasukan perseneling dan tangannya belum beranjak dari perseneling aku pun menggenggam tangannya tapi dengan cepat dia menarik tangannya menuju stir dan bersikap seolah aku adalah makhluk astral.

Suasana pun jadi semakin canggung.

Aku tidak ingin diabaikan aku meraih tangan kirinya, menggenggam jemarinya lalu menempelkannya didada kiriku untuk merasakan detakan jantungku.

"Kak... coba kakak hitung detakan jantung Eeya."

"Eeya kamu apa-apaan sih?" Kak Rey mencoba menarik tangannya tapi ku tahan.

"Apa kakak gak ngerasain hal yang sama?" aku terus menggenggamnya didadaku.

"Aku cinta kakak sebanyak detakan jantung ini."

"Eeya berhenti bertingkah hal yang menjijikan!" berhasil melepaskan genggaman tangannya dariku ia mengibaskan tanganya seolah mengusir.
        
"Kakak gak sayang sama Eeya?"

Terdengar helaan napasnya lalu ia mengelus puncak kepalaku.

"Tentu aja kakak sayang Eeya, tapi kakak gak mau Eeya-nya salah paham sama perlakuan kakak ke kamu."

"Karna kita saudara." Lanjut Kak Rai lalu membelokkan stirnya.

"Tapi aku gak peduli. Aku gak peduli meskipun kita saudara kandung!" teriakku sambil memukul dashboar.

"Aku cinta sama kakak, bisa gak kakak gak bawa status kita?!"

"Itu kenyataannya Eeya!"

"Aku gak akan berhenti kak bahkan sampai kakak merasakan hal yang sama ke Eeya."

"Terserah kamu Eeya, kayaknya kamu butuh waktu sendiri buat ngerenungin tindakan bodoh kamu."

Apa katanya?

Tindakan bodoh seperti apa? Karena aku mencintainya begitu? Apa mencintai seseorang adalah tindakan bodoh? Apa ada yang bisa menjawab! Aku tidak akan membawa statusku dengan Kak Rey, aku gak peduli, gak peduli, gak peduli!!

Tidak ada yang membuka percakapan lagi setelah itu sampai kami tiba disekolah pun Kak Rey enggan berbicara atau sekedar menatapku. Dia seolah benci padaku atau hanya ingin menghindar dariku? Aku mengamit tangannya dan menguncinya dalam lingkaran tanganku awalnya dia bersikap tak nyaman tapi masa bodoh toh akhirnya dia pun merelakan saja seperti ini. kami berjalan bak seorang raja dan ratu dengan diiringi tatapan mendamba dari setiap insan yang kami lewati, sampai akhirnya kami pun terpisah untuk sampai dikelas masing-masing.

"Eh bego! Kerjain PR gue cepet!!" aku melempar bukuku pada si cupu yang selalu mengerjakan PRku, dan sehabis itu aku pun langsung berbaur pada obrolan teman-temanku.

BRAK!!
Searah gebrakan yang sangat kencang membuat kami semua menoleh kesumber suara.

Apa-apaan nih orang?!

###

Terus berlari melupakan kenyataan yang ada tidak akan mengubah apapun, sampai kapanpun tak akan mengubah segalanya! kenyataan hanya ingin dicintai dan diterima saja layaknya manusia! Bukannya dijauhi.


Bersambung...
VOTE & COMMENTS YA

yang cocok buat meranin Rey siapa ya?

Tania Swan

18/09/2016 [do not copy]

LONELYWhere stories live. Discover now