Ingatkah
Saat kau pernah bercerita kepadaku. Tentang sepi yang merasuk dalam tiap-tiap rindumu. Atau tentang permintaan bintang agar membawa serta tawa yang menggema di kamar kecil sudut kota.
Aku hanya menertawainya bersamamu. Seakan itu hal yang renyah untuk menjadi bahan candaan. Padahal senyatanya kita tertawa di atas rindu kita masing-masing.
Aku dapat lakukan satu hal yang hanya bisa kulakukan denganmu selain dengan ayahku. Melepas penat dengan rengkuhanmu yang memaksaku tertawa lepas. Seakan lelah tak dapat menangkap raga utuh ini.
Kadang juga dengan senyum simpul mati di sudut bibirmu. Memaksaku juga menyuguhkan senyum tipis yang membuat ujung senyumku melengkung ke atas.
Kau dengan rengkuhanmu yang mengokohkan raga tak bertulang ini. Dengan semerbak parfum maskulin dari kemejamu. Dekapan tanganmu di pundakku. Dengan mesranya bahumu menjadi sandaran peningnya kepalaku.
Kadang kala ragu bergeming. Memaksa hening mendekap utuh ragaku. Menikmati selir angin yang berlalu-lalang.
Kini semua kurindu. Semua denganmu. Saat kerinduanmu telah tertambat padanya.
Salviniamei
10.28
12/09/2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Beloved
PoetryKamu yang lalu, kamu yang kemarin, kamu yang kusayangi. cover by @hidario