Untuk seseorang yang baru saja mengobati sebilah hati.
Pagi ini, pipit bertengger lagi di jendela sebelah kiri.
Paruh kecilnya mengapit sebilah padi.
Lincahnya kini tak bisa menyembuhkan luka dalam diri.Sedang dirimu teramat lihai mengobati sebilah hati ini.
Untuk seseorang yang baru saja mengerti.
Bilur luka kan tertutup seiring perjalanan nanti.
Perlahan namun pasti rasa sakit tak lagi menggerogoti.
Biarlah daku simpan luka ini sendiri.
Dengan bekas yang tak bisa terobati.
Untuk seseorang yang baru saja menyesali.
Lihatlah rimbun pohon di halaman samping.
Rimbunnya daun bermandikan sinar surya yang mengintip dari celah-celah awan putih.
Tempatku berlindung dari pelukan surya yang membuatku gugup berkeringat lagi.
Rimbun yang menemani ragaku dalam penantian ini.
Dalam penantian aku belajar dahsyatnya makna kata sabar, yang ditempa di relung hati.
Seperti kesabaran lateral yang membuat batang pohon terlihat begitu gagah.
Untuk lelaki yang singgahnya di altar hati.
Tak perlulah engkau menyesali.
Tak perlulah engkau meminta maaf kepadaku yang sudah lelah menanti.
Hanya ragamu yang kunanti, dalam penantian yang panjang ini.
Hanya sajakmu yang kunanti, dengan segala kekosongan di altar hati.
Hanya rengkuhanmu yang kunanti, mengokohkan hati yang patah ini.
Untuk yang sudah kunanti cepatlah kembali.
Kembali hadir dalam hidupku yang fana ini.
Salviniamei
06.33
28/08/2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Beloved
PoëzieKamu yang lalu, kamu yang kemarin, kamu yang kusayangi. cover by @hidario