Vela pov
Hari ini luke pulang. Gue pengen rasanya main ke pamulang dan ketemu luke. Terus ajak makan eskrim lagi. Dengan semangat gue pulang ke pamulang. Gue pun memesan ojek online. Dan gak lama ojek nya datang dan gue pun akhirnya melesat ke pamulang secepat mungkin. Karena, luke kayaknya udah sampe.
Selama perjalanan, gue membayangkan rencana-rencana nanti yang akan gue laksanakan saat bertemu dengan luke. Mulai dari makan eskrim, cerita, main, nonton film, dan lain-lainnya! Walau selama perjalanan gue dilanda katuk yang amat super duper berat. Tapi, rasa kantuk itu hilang saat membayangkan gue ketemu luke.
Perjalanan kurang lebih selama 1 jam, akhirnya tiba. Kali ini gue gak turun tepat dirumah gue. Melainkan turun agak jauh dari rumah gue dikarenakan ada banyak kursi dan tenda yang berjejer didepan rumah gue. Lalu, gue melangkah masuk kerumah dan menemui ibu gue. Tapi nihil. Ibu gue gak ada dirumah. Gue cari seisi rumah, cuma mendapati ponakan gue yang asik bermain hp. Lalu, gue melangkah kerumah luke yang terbuka lebar dan mendapati jack disana bersama ben yang menangis. Gue menatap heran siapa yang mereka tangisi saat ini. Jantung gue berdebar kencang. Seakan-akan sesuatu yang gue gak inginkan terjadi.
"Jack? Ada apa?" Tanya gue gugup. Lalu, jack menatap gue dengan penuh kesedihan yang teramat dalam. Jack memeluk gue dan gue pun dibawa masuk kedalam kamar luke. Gue menatap muka luke yang amat pucat. Tapi ada sebuah senyum yang lebar yang terukir dibibir luke. Senyuman yang sangat indah. Gue masih menatap bingung apa maksud dari semua ini.
"Jack... ini kenapa sih? Ini luke tidurnya kenapa senyum gitu sih?" Kata gue polos dengan memasang muka agak ketakutan lantaran melihat luke yang tidur tersenyum. Dan gue menatap jack dengan heran yang masih diselimuti kesedihan dan tangisan.
"Luke udah pergi, vel" jawab jack sambil terisak-isak.
Pergi kemana? Jelas dia masih disini tapi dibilang pergi. Apa maksudnya?
"Pergi apaan sih? Nih dia disini kok. Tidur" jawab gue yang masih agak bingung dengan semua ini.
"Dia udah meninggal vel. Dia tuh selama ini sakit vel. Dia kanker"
Gue menatap heran jack. Gue mencoba mencerna perkataan jack yang sedari dari tadi gak bisa gue cerna.
"Haha, apaansih? Gak usah bercanda ah. Bercandaan lu gak lucu, jack. Dia masih sehat kok. Dia semalem baru facetime sama gue dan seneng-seneng." Kata gue yang masih gak percaya dengan perkataan jack yang menurut gue itu lelucon paling kocak. Tapi gue gak ketawa.
"Gak vel... dia tuh sakit selama ini. Dia ke singapur tuh buat berobat. Bukan jalan-jalan kayak apa yang lu pikir!" Teriak jack sambil agak nge-gas lantaran terlalu kesal dengan gue karena gue terlalu sok tahu degan semua ini.
Gue diam tertegun dan akhirya gue berhasil mencerna perkataan jack. Luke telah meninggal. Meninggak untuk selamanya. Dan gue sejak kemarin udah dibohongi selama ini sama luke. Seketika air mata gue jatuh membasahi pipi gue. Gue jatuh berlutut sambil memandangi jasad luke yang terbujur kaku diatas tempat tidur. Tetes demi tetes air mata jatuh membasahi pipi gue dengan deras. Meratapi semua ini dan tidak percaya dengan semua yang gue lewati. Gue gak kuat berdiri dan menghadapi semua ini. Ini semua berlalu begitu cepat. Belum setahun mengenal luke, tapi kepahitan ini melanda gue.
Ia pergi. Untuk selamanya.
Gue memeluk luke untuk yang terakhir kalinya sambil terisak-isak dan mengingat kejadian semalam saat facetime. Dan gue sadar, semalam adalah ketawa bareng dan cerita terakhir semasa hidup luke. Isak tangis gue makin pecah.
Jasad luke dibawa keruang tamu yang sekarang sudah lapang karena sofa, meja dan sejenisnya sudah dipindahkan ke teras. Jasad luke yang sudah terbalut kain kafan, dan kapas yang menyelimuti lubang-lubang itu terkapar dilantai. Orang-orang sibuk membacakan yasin tiada henti. Isak tangis keluarga tiada henti sampai sekarang. Gue menatap luke nanar dan penuh dengan tangisan. Gue masih gak percaya dengan semua ini. Gue terdiam disamping luke sambil memegang pipinya dan sedikit mengusap. Senyuman itu terukir dibibirnya seperti khusnul khatimah.
Setelah pembacaan yasin selesai, jasad dimasukan kedalam keranda yang akan dibawa kepemakaman san diego hills.
Tangisan gue masih belum berhenti. Teman-teman luke berusaha menghentikan tangisan gue. Tapi, satupun dari mereka gak ada yang bisa menghentikan sedikitpun. Mereka hanya bisa mengucapkan kata sabar berkali-kali. Gue bisa sabar tanpa harus mendengar perkataan itu.
Keranda yang berisikan jasad luke sudah dimasukan kedalam ambulans. Gue pun ikut kepemakaman luke. Teman-teman semasa SMA luke itu dengan berbaik hati memberi gue tumpangan. Ashton-teman baik luke sibuk menghentikan tangisan gue. Sedangkan si rambut warna-warni itu fokus menyetir.
Perjalanan kurang lebih satu setengah jam ditempuh, akhirnya sampai ditempat terakhir luke akan singgahi sampai hari akhir nanti. Orang-orang membopong keranda itu dan memasukkan jasad luke. Lalu membaringkan menghadap kiblat dan tak lupa ditutup dengan papan dan tanah. Batu nisan itu tertancap diatas makam luke, bertanda ini adalah rumah luke yang baru.
Luke robert hemmings
Lahir: Sydney, 16 juli 1996
Wafat: pamulang, 9 september 2016Gue menatap sedih makam luke. Hari ini benar-benar hari terakhir gue bertemu dia. Terakhir melihat senyuman yang terukir dibibirnya tadi sebelum dikubur.
Yang tenang ya luke disana. Gue akan selalu mendoakan lu. Sekarang, lu gak perlu kesakitan lagi. Lu udah sembuh dialam sana. Tanpa merasakan gimana sakitnya kanker. Tuhan udah angkat penyakit lu.
Gue kembali menangis. Tangisan gue kembali pecah. Dan gue masih gak bisa terima semua ini. Kemarin papa yang ninggalin. Sekarang? Luke. Kenapa harus yang disayang yang ditinggal?
Orang-orang pergi meninggalkan makam luke. Begitupun orang tua luke. Saat ini hanya yang tersisa gue seorang.
Tiba-tiba jack datang menghampiri gue dengan membawa paperbag dan memberikan kepada gue. Lalu, dia pergi meninggalkan gue.
Gue pun membuka isi dari paperbag itu. Ada boneka penguin, foto-foto gue dan luke selama gue berteman baik dengannya, dan sepucuk surat yang tertutup rapat didalam amplop biru langit. Seketika air mata kembali jatuh untuk kesekian kalinya karena pemberian ini. Luke benar-benar menepatinya. Menepati akan memberikan hadiah. Tapi tidak menepati untuk tidak meninggalkan gue.
Tangis makin deras. Pemakaman sudah sepi. Hanya gue sendiri menatap batu nisan yang baru tertancap beberapa menit yang lalu sambil sesekali melihat boneka penguin. Kejadian-kejadian yang berlalu itu kembali datang kian menyelimuti kesedihan ini. Kesedihan ini tiada henti datang.
Luke, aku akan menyusul. Cepat atau lambat.
.
.
.
.
.
.
.
Halo. Maaf ingkar janji yg katanya gua triple update :(
Maaf ya ceritanya gadanta, kurang ngena sama alay.
Btw,
Jangan siders dong. Tinggalin jejak comment atau vote dong :(
Btw,(2)
Makasih ya udah ngebaca. Udah nginjak 700++ dan voters mendekati 200 hehehe.
Eh iya maaf. Kemaren update agak ngacak. Ceritanya udah ke update part 十 (sepuluh), cuma failed gitu gara" wifi lemot. Dan yang ke update malah part 十一 (sebelas). Vomments ya! Eheheh makasih loh
-asep
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Red Velvet •l.h• [Complete]
FanfictionRedvelvet; karenanya kita dipertemukan. Lalu dipisahkan. Dipisahkan lebih jauh dari antar benua.