Kelas X-A. Harusnya orang-orang sudah pulang dan mengerjakan tugas sekolah mereka. Tapi, masih ada dua orang berbeda gender di dalam kelas.
"(Name) bisakah kau pinjamkan aku obeng?" tanya laki-laki berambut putih yang dulu pernah mengaku sebagai adik Koro-sensei.
"Tidak."
"Oke," Itona kembali menyibukkan diri. Begitupula (Name) yang kembali merakit elektroskopnya.
Salahkan Itona karena menghilangkan elektroskopnya dan malah sibuk dengan barang-barang aneh dihadapannya. (Name) terus berusaha agar alat peraga kelompoknya berhasil.
Kedua alumunium foil tolak-menolak. Akhirnya dia berhasil.
"Aku pulang," kata (Name)
"Hn, aku juga. Kita pulang bersama saja," (Name) tidak menolak ataupun setuju. Yang jelas, dia berdiri menunggu Itona.
---------
Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada satu pun yang mampu membuka pembicaraan. Tidak (name), tidak juga Itona.
'Ini sudah sore,' pikir (name).
---(Name) POV---
Aku melirik Itona yang sepertinya tengah mengecek hasil karyanya. Aku menghembuskan nafas kasar dan kembali melihat ke depan.
Bruk!
Aku melihat anak kecil yang baru saja menabrak Itona. Anak kecil itu terluka, segera saja aku berjongkok mencoba menyamakan tinggi kami.
"Sakura kenapa kamu berlari?" tanyaku. Sakura mendongkak dan mencoba berdiri.
"(Name)-nee, kepala sekolah mencarimu. Hari ini kenapa Nee-chan tidak datang?" tanya Sakura padaku.
"Aku ada tugas, bukankah Nagisa-nii datang hari ini untuk menggantikanku?"
"Tapi anak-anak lainnya hanya ingin bersamamu. Dan Nagisa, uh aku benci bocah itu,"
Aku tersenyum kepada Sakura sambil mengelus puncak rambutnya.
---Itona POV---
(Name) tersenyum. Senyumannya sangat manis. Aku bisa merasakan pipiku memerah, segera saja aku palingkan wajahku.
"Ne, (Name)-nee, bocah putih itu kenapa?" tanya Sakura yang pasti menunjukku.
(Name) berdiri dan menghadapku. Wajahnya datar seperti biasa. Ya, ampun... aku hanya ingin lihat wajahnya yang manis tadi...
-----------Author POV-----------
Kau melihat Itona aneh. Pasalnya Itona memalingkan muka sambil menutupi mukanya sendiri.
"Kau kenapa?" tanyaku.
"Tidak, aku tidak apa," jawab Itona yang wajahnya memerah. Karena kau mengira Itona demam, kau mencoba mengukur dengan suhu badanmu.
Itona makin memerah.
"Apa kau demam? Tapi suhu badanmu normal," keluhmu.
"Nee-chan, aku pulang dulu, jaa ne...," Sakura melambaikan tangannya padamu dan kamu membalasnya. Hingga kau merasa Sakura sudah pergi menjauh, kau kembali melihat Itona.
"(Name) aku...," kau melihat jam. Sudah jam 7. Gawat! Ibu bisa marah jika kau tidak segera pulang!
"Itona, aku duluan," katamu langsung melesat pergi.
-------------------------
Keeseokkan harinya kau melihat Itona sibuk dengan mesin yang kemarin ia buat. Kau mendekati bangku yang hanya berjarak 30 cm dengan bangku Itona.
"Itona, kemarin...," kau berhenti bicara ketika Itona menatap (color your eyes) milikmu. Warna matanya yang bagaikan mutiara membuat jantungmu tidak tenang. Ini tidak baik bagi jantungmu.
"Ada apa (name) ?" kau menggeleng lemah lalu mencari buku pelajaran yang mungkin mengembalikan detak jantungmu agar normal kembali.
Korosenai-sensei masuk ke dalam kelas dan memanggilmu. Kau berlari kearah Koro-sensei.
"Ada apa Sensei?" tanyamu.
"(Name)-san, bisakah bantu sensei membetulkan komputer di lab yang rusak? Ajak juga Itona agar pekerjaan cepat selesai," kata Koro-sensei dibalas oleh anggukkanmu.
Kau lau mendekati meja Itona. Sepertinya Itona masih sibuk.
"Itona, sensei menyuruh kita membantunya di lab," katamu.
"Hm," balas Itona. Kalian pergi bersama ke tempat lab komputer berada.
----
"(Name) bisakah kamu menyolder ini?" tanya Koro-sensei. Kau tidak menolak meskipun agak ragu. Kamu memang mengerti tapi tidak bisa menyoldernya.
Tanganmu bergetar dan menyulitkanmu fokus mengarahkan timah ke adaptor. Dia takut salah...
Dan...
"Akh!" kau menjerit dan Itona langsung membantumu. Tanganmu yang panas kena solder dikecup oleh Itona. Itona lalu menjilatinya berharap rasa sakitmu hilang.
"Apa masih sakit?" tanyanya.
"Tidak, terimakasih."
"Hm," kau bingung untuk menjawabnya. Dia kembali melihatmu. "(Name) aku menyukaimu,"
"Hah?" kau bingung. Pasalnya Itona mengucapkannya tiba-tiba. "Bisa kau ulang?"
"Aku akan menyolder ini, apa benar yang ini?" tanya Itona.
"Tidak... Itona jangan di sana!"
.
.
.
.
Omake
"(Nickname) apa jawabanmu?" tanya Itona.
"Jawaban apa?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story Ansatsu Kyoushitsu
FanfictionBerbagai cerita mengenai karakter Ansatsu Kyoushitsu bersama karakter lain ataupun Original Character. Original Character sendiri dapat di anggap diri sendiri kok ^-^.