Mereka sama-sama seorang pembunuh. Karasuma Tadaomi yang melindungi negaranya dan Irina Jelavic yang menjadi pembunuh bayaran terhebat di negaranya. Dulu keduanya bekerjasama untuk membunuh Korosenai-sensei yang di duga mengancam bumi.Kini mereka dipertemukan kembali dengan misi yang berbeda.
------
"Kau kembali," ujar pria tersebut dengan datar.
"Ya," jawab gadis berambut pirang tersebut. Suasana keduanya canggung. Berapa lama mereka tidak bertemu? 1 tahun? Ah tidak 4 tahun sudah mereka tidak bertatap wajah. "Bagaimana keadaan Jepang?"
"Jepang aman terkendali. Bagaimana dengan misimu di Belgia, Irina?"
"Tentu berhasil baka!" jawab Irina pada Karasuma. Hening. Entah kenapa keheningan selalu mendominasi keduanya. Kapan keheningan ini hilang?
"Lalu untuk apa kau ke Jepang?" tanya Karasuma. Irina menunduk dengan matanya yang terpejam. Sungguh dia lelah menghadapi misi kali ini. Dia tidak sanggup. "Kau kelelahan, tidurlah di kamarmu seperti biasa. Aku akan pergi sebentar,"
Sepeninggalannya Karasuma yang baru keluar dari apartement membuat Irina ingin mengejarnya. Tapi apa daya jika dia tidak bisa menjangkau punggung itu lagi?
"Irina berhentilah menjadi pembunuh bayaran. Sebagai pembunuh kau telah memakai perasaanmu sejak bersama mereka,"
Entah apa yang merasukinya, kata-kata Karasuma 4 tahun yang lalu teringat kembali di pikirannya. Dia masih mencintai lelaki itu. Tapi bagaimana dengan Karasuma? Apakah selama 4 tahun dia menemukan pengganti Irina? Andai dia bisa memilih antara membunuh diri sendiri dan lelaki yang dicintainya, dia pasti telah membunuh dirinya sendiri.
Tapi, sanggupkah dia menjalankan misi ini?
---------
Kelas 3-E
Bangunan tua itu masih berdiri dengan kokoh. Apakah para muridnya membangun kembali tempat ini? Karasuma melangkahkan terus kakinya ke makam guru terhebat yang dikenalnya. Sekolah itu makam kedua guru hebat yang berjasa.
Tapi, bagi Karasuma sekolah itu juga kebahagiaannya sendiri. Bertemu dengan Irina dan melatih anak-anak yang bertekad keras. Sungguh dia merindukan hal itu.
Irina Vich Jelavic.
Nama itu membuat hatinya yang dingin menjadi cair bersama dengan jalannya hari di kelas 3-E.
Sanggupkah dia kembali berhadapan dengan Irina? Bisakah dia kembali ke masa-masa seperti dulu?
"Karasuma-sensei!!" tegur murid-muridnya. Karasuma menengok, ah betapa dia merindukan murid-murid pintarnya itu.
Sayang, dia bukan lagi seorang guru.
Bukan dia, bukan Irina. Maupun Korosenai."Kalian tumbuh besar dan kuat," ucap Karasuma pada murid-muridnya yang mulai kuliah.
"Ini juga berkat Sensei, pelatihan yang Anda ajarkan membuat kami tahu cara melimdungi diri," tutur Isogai.
"Dan berkat Bitch-sensei, Nakamura-san kini kuliah di Inggris. Koro-sensei juga... kalian semua berjasa bagi kami, kelas pembunuh, 3-E.
Karasuma hanya tersenyum tipis. Pikirannya kini hanya ada Irina.
---------
Malam. Irina belum juga bisa menutup matanya. Dulu, dia tidur bersama Karasuma. Dulu ada Karasuma yang bisa dia peluk. Sekarang? Bahkan menatap orangnya saja tidak mampu.Dia menyelipkan belati di belakang punggungnya. Dengan langkah pelan dia berusaha tidak membangunkam pria itu. Ya, dia harus cepat melaksanakan misinya. Bila lama, mungkin ia tak sanggup lagi.
Tap... Tap... Cklek
Irina masuk ke dalam kamar Karasuma. Tidak ada yang berubah. Apakah Karasuma tidak pernah merubah letak apapun? Bahkan tata buku yang ada di rak buku pun masih sama seperti 4 tahun lalu ia bereskan. Mungkin saja. Karasuma tidak pernah menyentuhnya.
"Gomen ne," Irina terus menggenggam belati itu dengan tangannya yang gemetar. Ini bukanlah taruhan dengan gurunya seperti saat itu. Ini juga bukan ketakutan yang sama saat masuk ke terowongan.
Irina takut...
Ia takut kehilangan.
Ya, kehilangan Karasuma."Kau tau, Karasuma, aku masih mencintaimu. Tapi, aku harus mencuri nyawamu sekarang,"
Tanpa ba-bi-bu-be-bo dan apalah itu, Irina segera menikam jantung Karasuma sambil menutup matanya. Dia merasa aneh. Harusnya dia merasakan sesuatu jika belati itu menancap di dada Karasuma bukan?
"Hmm, jangan curi jantungku, Irina. Aku akan senang jika kau mengurungkan niatmu," itu dia. Irina membuka kelopak matanya melihat Karasuma dihadapannya. Didorongnya Irina ke tembok dan diciumnya. Oke, kali ini ciuman keduanya harus berhasil.
10 hit
11 hit
16 hit
30 hit
Berhenti. Irina masih kaget, tapi entah mengapa dia sangat menikmati ciuman mereka ini.
45 hit
Belati yang digenggamnya jatuh. Dan tangannya entah sejak kapan memeluk leher pria itu.
50 hit...
Karasuma menarik dirinya. Dia mengambil belati itu dan masukkannya ke laci. Wajah Irina masih memerah.
"Kau tau, kau sudah mencuri sesuatu dariku," tutur Karasuma.
"Apa maksumu? Aku bahkan tidak pernah mengambil apapun darimu!" jawab Irina tidak terima.
"Kau, pembunuh? Kurasa kau pencuri? Kunci hatiku tidak bisa kuberikan pada orang lain, karena kau mencurinya,"
"Hah?" Irina bingung. Kenapa pria ini selalu membuatnya bingung sih?
"Sudahlah. Pakai baju yang sopan untuk besok. Jika kau memakai pakaian terbuka lagi... siap-siap saja,"
Karasuma lalu menarik Irina ke kasurnya dan memeluknya erat.
"Tapi Karasuma... apa maksudmu? Dan memangnya kita mau ke mana besok?"
"Mencari pakaian pengantin yang pas untukmu," kata Karasuma lalu tidur.
Irina mengerjapkan matanya.
Dia berhasil?....apakah dia berhasil mencuri hati pujaannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story Ansatsu Kyoushitsu
FanfictionBerbagai cerita mengenai karakter Ansatsu Kyoushitsu bersama karakter lain ataupun Original Character. Original Character sendiri dapat di anggap diri sendiri kok ^-^.