Last Photo (ChibaxRinka)

686 42 5
                                    

Chiba memotret Rinka-seorang model terkenal di Jepang. Ekpresi Rinka yang serius membuat orang lain menyukainya. Ya, begitupula dengannya.

"Sudah?" tanya gadis itu melihat Chiba menjauhkan kameranya.

"Hm,"

Rinka tersenyum ketika Chiba menyodorkan kameranya.

"Terimakasih atas kerja kerasmu, Chiba," kata Rinka padanya. Chiba menggeleng.

"Tidak, harusnya aku lah yang berterima kasih," Rinka hanya tersenyum dan membiarkan Chiba pergi.

Apakah memang perasaannya tidak bisa berbalas?

Gadis itu jatuh cinta pada pria dingin yang rambutnya selalu menutupi mata. Dia jatuh cinta pada semua itu...

Sampai kapan dia bisa menunggu?

---------------

Dia ditemani oleh secangkir kopi di ruang kerjanya. Waktunya untuk mengedit foto modelnya. Dia tersenyum tiap kali melihat gaya Rinka yang serius dan wajhnya yang cantik. Andai dia punya keberanian...

"Yo, Chiba!" dia segera menutup notebooknya dan melihat pada temannya waktu smp sekaligus tunangan Rinka.

"Maehara, datanglah dengan sopan ke rumah seseorang," keluh Chiba.

"Hehe... hei, kau sedang apa? Hmm pasti liat foto cewek yang kamu suka ya," goda Maehara. Chiba bungkam tidak mau menjawab pertanyaan Maehara. Dia hanya takut menyakiti perasaan Maehara.

"Chiba... Chiba... kudengar Rio sudah di Jepang, kamu gak menemuinya nih?"

"Tidak,"

Maehara bingung melihat Chiba yang agak mendingin padanya. Dia juga heran kenapa Chiba tidak mau menemui kekasihnya. Sementara bagi Chiba, kehadiran Maehara membuat sesuatu yang ada di dadanya terasa amat sakit. Dia hanya ingin Maehara pergi dari bayang-bayangnya. Tapi apa boleh buat, Maehara adalah bosnya.

"Ini foto Rinka," kata Chiba menyodorkan tiga lembar foto yang baru saja dia print. Maehara tersenyum kecut melihat foto itu, dia segera mengembalikannya.

"Aku dan Rinka tidak jadi menikah," ucapan Maehara membuat Chiba terkejut. "Yah, tidak apa juga,"

Chiba mendekat kearah Maehara dan menarik kerah bajunya. "Apa maksudmu?"

"Kamu kenapa Chiba?" tanya Maehara heran.

"Kenapa..."

Ting Tong

Chiba yang mendengar seseorang menekan bel rumahnya, segera melepaskan cengkramannya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Tampaklah seorang gadis berambut pirang. Kekasihnya. Ya, dia tahu. Dihadapannya berdiri sang kekasih yang tersenyum senang.

"Chiba! Aku sudah mengirimkanmu sms dan juga berulang kali menelponmu! Tapi kenapa kamu gak bales sih!" ucapnya pada Chiba.

"Maaf, aku sibuk dengan pemotretan. Syukurlah jika kamu sudah pulang, Rio,"

---/--------

Ting!

From : Rinka

Apa kamu punya waktu luang saat ini?

Chiba bingung harus menjawab apa. Benar, dia tidak sibuk. Tapi kekasihnya baru pulang dan kini sedang bersamanya. Di dalam lubuk hatinya, dia ingin pergi bersama Rinka saat ini. Namun, bagaimana dengan Rio?

"Chiba ada apa?" tanya Rio. Lagi. Kekasihnya hanya memandang layar hp.

"Rio, aku ada urusan, jadi...," Rio menghentikan Chiba bicara.

"Aku mengerti, pergilah!" jawab Rio. Gadis tomboi itu menepuk bahu kekasihnya, "Temuilah Rinka. Aku tahu kamu mencintainya, Chiba,"

Chiba terkejut, namun Rio tidak mengetahui itu. Dilihatnya sang kekasih yang tersenyum seperti biasanya. Meskipun Chiba ragu, tapi dia juga ingin bertemu dengan Rinka.

"Apa tak apa?" tanya Chiba.

"Aku tidak masalah. Pergilah, jangan buat dia menunggu. Sana pergi!" ucap Rio sambil mendorong tubuh tegap Chiba keluar.
-----

Chiba menemukan Rinka yang terlihat menunggunya. Hujan. Ya, Hujan deras yang membuatnya merasa bersalah. Sangat bersalah.

"Chiba."

Suara gadis yang sejak dulu terkesan cuek kini memanggilnya. Suara itu... Chiba menyukai suara itu. Dan dia mencintai gadis itu, gadis yang menjadi model terkenal.

Chiba berjalan mendekat, dia meraih tangan Rinka dan membawa gadis itu pergi. Dia tidak bisa membiarkan orang yang dia sayangi kehujanan.

"Akhirnya kau datang," ucap Rinka lagi. Chiba hanya bisa diam.

Di bawah tempat teduh, Rinka dan Chiba hanya saling bertatap. Meskipun kedua mata Chiba tersembunyi di balik rambut, Rinka tetap bisa melihatnya.

"Maaf membuatmu menunggu," satu kalikat yang Chiba ucapkan bersamaan dengan dirinya yang menyentuh pipi Rinka. Satu tetes air mata lolos dari pelupuk mata Rinka.

"Jadi?" ucap Rinka pada Chiba yang mengusap pipinya.

"Aku jadi kekasihmu?" jawab Chiba yang terkesan bertanya.

"Tentu saja, kenapa tidak?"

Lama mereka terdiam. Chiba tersenyum bahagia. Rinka menerimannya sebagai kekasihnya. Dan Rinka sendiri tersenyum dan menangis bahagia. Sungguh hari yang mengejutkan.

"Kudengar hari ini ada festival," ucap Rinka mencoba mencairkan suasana.

Chiba mengerti maksud Rinka. Gadis itu pasti ingin menantangnya untuk mengetahui siapa yang tembakannya paling jitu. Yah, setidaknya mereka ingin melupakan profesinya terlebih dahulu.... Dan bersenang-senang sebagai kekasih baru...

-------

My Story Ansatsu KyoushitsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang