Bab Satu - Life

100 3 2
                                    

☺☺☺

Lucy Clat membaca sebuah kartu undangan yang sedang di pegang olehnya dengan malas-malasan. Di hari liburnya, ia lebih memilih untuk bermalas-malasan di rumah, dari pada harus terus menghabiskan waktunya di luar dengan udara di musim panas yang begitu menyebalkan baginya. Ia tidur di atas sofanya sambil membalikkan kepalanya ke bawah dan kakinya di letakkan di senderan sofa. Sekarang ia benar-benar tidak ingin melakukan apa pun. Ia hanya ingin tidur seharian dan bersantai seperti seekor kucing. Suara pintu apartemen miliknya terbuka, tapi ia masih tidak bergerak dari posisinya, karena ia tahu siapa yang datang.

"Sampai kapan kau akan bermalasan seperti itu? Ke sini dan bantulah aku." Palvin Clat yang baru saja selesai berbelanja untuk mengisikan kulkas milik kakak perempuannya yang sedang bermalas-malasan di sofa. "Aku terlalu lelah untuk membantu mu." Jawab Lucy tanpa berniat membantu adiknya, Palvin hanya bisa menghela napas sambil berusaha membawa isi belanjaannya ke dalam dapur dengan susah payah. "Aku tahu ini adalah hari libur mu. Tapi, ini seharusnya bukan pekerjaan ku. Aku sudah hampir gila menjadi manajer mu saat ini dan kau masih saja menyuruh ku untuk berbelanja kebutuhanmu?" Lucy menggulingkan tubuhnya dan bangun dari sofa sebelum Palvin mulai mengoceh lagi. Ia lalu menghampiri Palvin yang berada di dapur sambil mengeluarkan isi belanjaannya dan memasukkannya ke dalam kulkas yang sudah hampir kosong. "Aku benar-benar tidak tahu bagaimana jika kau sudah menikah, dan suamimu tahu, kau adalah seorang pemalas yang benar-benar sudah tidak bisa di tolong lagi."

"Sayang sekali, tapi aku tidak ingin menikah." Lucy memutar bola matanya dengan malas. Ia melihat sebuah bungkusan makanan ringan dan ingin mengambilnya. Palvin dengan cepat mengambil makanan ringan tersebut sebelum tangan Lucy sampai pada bungkusan itu, membuat Lucy sedikit terkejut. "No! Kau tidak boleh memakan ini, nanti kau akan menjadi gemuk."

"Aku tidak akan langsung menjadi gemuk hanya karena makan makanan ringan seperti itu." Lucy menghela napas dengan berat, ia memutar tubuhnya dan berjalan dengan malas ke arah sofa. Pekerjaannya menjadi seorang model benar-benar menyiksanya. Bagaimana tidak? Ia harus melakukan diet yang sangat ketat dan harus selalu berolahraga keras membuatnya hampir mati.

"Sebentar lagi kau akan tampil di Fashion Show JJ Quinn. Jadi, kau harus banyak berolahraga setelah ini." Lucy tidak menjawab dan bergumam tidak jelas. Salah satu alasan ia harus menjaga tubuhnya tetap kencang dan indah, karena ia adalah salah satu Angel di perusahaan pakaian dalam JJ Quinn, model pakaian dalam ternama di dunia, karena sebentar lagi ia harus tampil di Catwalk JJ Quinn, jadi ia harus diet dan melakukan olahraga yang keras, agar tubuhnya bisa tampil secara sempurna. Lucy benar-benar sudah sangat lelah untuk menjadi seorang model, kadang ia berpikir untuk berhenti menjadi seorang model dan mencoba mencari jati dirinya. Ia ingin melakukan sesuatu yang membuatnya nyaman dan tidak tertekan. Meski sudah hampir empat tahun berada di dunia model, tapi ia masih tidak terbiasa dengan itu semua.

"Lebih baik kau latihan sekarang, ganti baju mu dan kita akan berangkat."

"Tapi ini hari libur ku!" Palvin tidak menghiraukannya dan hanya menatap Lucy sambil melipat tangannya di depan dada. "Menyebalkan." Lucy dengan jengkel masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil beberapa pakaiannya. Palvin hanya menatap kakaknya tersebut sambil tersenyum.

"Baiklah, aku sudah mengantar mu. Turun, masuk dan berlatih. Aku akan menjemput mu pukul 5." Palvin lalu tersenyum menatap Lucy yang duduk di sampingnya.

"Apa? Bukankah kau ingin menemani ku juga?"

"Aku tidak mengatakan ingin menemani mu. Aku hanya menyuruh mu untuk berlatih, sekarang." Balas Palvin dengan nada yang di tekankan di akhir kalimatnya. "Kau benar-benar menyebalkan." Lucy lalu keluar dari mobil dan menutup mobil Palvin dengan kasar. Palvin hanya mengangkat bahunya dan tersenyum puas. Kakaknya memang gadis yang keras kepala, ia sangat malas dan tidak pernah tertarik untuk melakukan sesuatu yang membuat dirinya repot. Selama ini Palvin yang selalu mengurus kakaknya sekaligus menjadi manajer kakaknya tersebut, tapi tidak ada yang tahu jika Palvin dan Lucy adalah saudara kandung. Palvin lalu menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut untuk bertemu dengan beberapa temannya.

Life is HopeWhere stories live. Discover now