Bab Sembilan - Annoying

6 1 0
                                    

Mengkuti kedua gadis ini bukanlah hal yang menyenangkan. Bagaimana tidak? Devis benar-benar lebih memilih untuk pulang dan mengurung dirinya di kamar dari pada harus mendengar kedua gadis ini kadang berdebat hanya karena urusan kecil. Kepalanya terus berdenyut-denyut karena harus menghadapi kedua gadis ini, sekarang ia tahu alasan kenapa L'Clat sangat membenci dekat-dekat dengan kedua gadis ini. Dan bahkan ia lebih memilih untuk berjalan-jalan seorang diri di bandingkan harus pergi beramai-ramai seperti ini. Jika memang ada kesempatan, ia akan mengambil kesempatan tersebut untuk kabur dan menjauh dari sini secepatnya.

"Aku ingin ke toilet sebentar." Tanpa memedulikan Nicolas yang terlihat ingin ikut, Devis langsung melangkah dengan cepat agar kedua gadis itu tidak mengikutinya ke toilet. Ia berjalan kembali ke Queen Street, dan menikmati kesendiriannya. Setidaknya ia sudah bebas dari kedua gadis tersebut untuk sementara ini. Kakinya terhenti dan ia kembali mundur ke belakang ketika melihat seorang gadis yang di kenal olehnya. Gadis tersebut sedang melamun, sambil melihat keluar melalui kaca kedai teh tersebut. Devis lalu masuk ke dalam dan memesan secangkir teh, ia duduk di depan gadis tersebut yang masih menghadap ke samping. Devis duduk santai sambil menyenderkan tubuhnya ke bangku kayu dan menatap gadis yang berada di depannya, yang masih belum sadar dengan kehadirannya. Gadis itu mendesah pelan lalu menengok dan menatap gelas yang berada di depannya. Dia diam sesaat ketika sadar bahwa di depannya ada sebuah gelas lagi, dia lalu mendongak dan langsung mundur ke belakang sambil menahan nafasnya. "Jangan terlalu lama menahan nafas, kau bisa pingsan nanti." Kata Devis lalu tersenyum menatap Lucy, gadis itu berkedip beberapa kali dan menghembuskan nafasnya. "Kenapa kau selalu muncul sampai membuat ku hampir jantungan?"

"Jangan salahkan aku," sahut Devis sambil mengangkat bahunya dengan santai. "Kau yang selalu melamun, ketika aku tidak sengaja melihatmu." Lanjutnya lagi sambil menikmati teh yang sudah ia pesan tadi. Lucy hanya mendesah sambil menatapnya, "di mana yang lain?" tanyanya sambil melihat di sekelilingnya memastikan kedua gadis itu tidak berada di dekat sini. "Tenanglah, aku kabur dari mereka berdua." Kata Devis yang tahu siapa yang sedang di cari oleh Lucy. "Dan kau membiarkan Nicolas sendiri bersama mereka berdua?" Devis tidak menjawab dan mengangkat bahunya dengan santai. Lucy mendesah keras, dan menatap Devis. "Lebih baik kau menjauh dari ku, sebelum mereka menemukan kita." Lucy lalu berdiri hendak ingin pergi, Devis langsung memegang pergelengannya membuat gadis tersebut menghentikan langkahnya.

"Lepaskan." Lucy mencoba melepaskan tangannya dari Devis, "aku akan ikut dengan mu." Devis lalu berdiri dan menatap gadis tersebut yang terlihat tidak menyukainya. "Tidak." Tanpa memedulikan Devis, Lucy langsung pergi keluar dari kedai teh tersebut. Devis mengikutinya dari belakang, sambil terus menatap punggung Lucy. Mereka berjalan menelusuri setiap tempat, Lucy memasuki salah satu toko kuno yang terdapat di salah satu di Queen Street. Ia masuk ke dalam, sambil melihat barang-barang bersejarah di dalam sana sambil sesekali membaca buku sejarah di dalam sana tanpa memedulikan Devis di belakangnya. Setelah melihat seluruh toko tersebut, ia keluar dan kembali lagi berjalan.

"Ya Tuhan! Berhentilah mengikuti ku! Itu benar-benar mengganggu ku, kau tahu!" Seru Lucy lalu menengok ke belakang. Devis hanya mengangkat bahunya santai, "kenapa? Aku bahkan tidak mengganggu mu. Lagi pula sepertinya kau tahu banyak tentang desa ini, jadi aku ingin mengikutimu."

"Kau punya ponsel?" Devis mengangguk dan mengeluarkan ponselnya, Lucy langsung mengambil ponsel Devis dari tangan laki-laki itu. Dia lalu mengutak-atik ponsel tersebut, "apa yang sedang kau lakukan?" tanya Devis ketika melihat gadis itu sangat sibuk dengan ponselnya. Lucy lalu membalikkan ponsel Devis dan Devis hanya menatap Lucy dengan bingung. "Aku sudah mencarinya di google maps, kau bisa mengunjungi di setiap tempat yang terkenal di desa ini. Jadi, berhentilah mengikuti ku. Lagi pula, kau memiliki Vila di sini, tidak mungkin kau tidak tahu daerah sini." Devis hanya mengangkat bahu dengan santai, ia memang memiliki Vila di sini, namun ia jarang berjalan-jalan di daerah sini karena terlalu sibuk di kota New York. Lucy langsung melangkah pergi tanpa memedulikan Devis yang masih berdiri diam. Devis hanya tersenyum kecil sambil menatap kepergian Lucy. "Gadis yang aneh." Bisiknya tanpa sadar.

"Di mana semua orang?" tanya Garcia ketika mereka sudah sampai ke vilanya. Jessica mencoba memanggil-manggil dan mencari orang di dalam vila tersebut tapi ia tidak menemukan ayahnya.

"Selamat datang nona. Ayah kalian mengatakan mereka pergi ke hotel The Fallsview Casino Resort. Mereka mengatakan akan kembali besok atau besok lusa." Kata seorang pelayan yang baru saja turun ke bawah.

"Apa? Mereka menyuruh kita datang ke sini dan mereka meninggalkan kita begitu saja?" seru Jessica kaget. Pelayan tersebut hanya tersenyum lalu meminta izin pergi meninggalkan ruangan tersebut. "Aku akan menghubungi mereka." Seru Garcia sambil mengeluarkan ponselnya, dan menelepon ayahnya. "Ponselnya mati, mereka tidak dapat di hubungi."

Lucy baru saja kembali, menatap mereka semua yang sedang berkumpul di bawah. "Ada apa?" tanyanya, sambil menatap satu persatu. "Ayah kita mengatakan mereka sedang pergi ke hotel The Fallsview Casino Resort dan mereka tidak bisa di hubungi." Sahut Nicolas, Lucy hanya mengangguk pelan dan naik ke atas. "Apa kau tidak khawatir?" seru Garcia ketika Lucy berada di tengah tangga, Lucy menengok dan menatap Garcia yang berada di bawah tangga. "Memang aku harus khawatir tentang apa?" tanyanya santai.

"Bagaimana mereka bisa meninggalkan kita?" sahut Jessica.

"Lalu kenapa?"

"Kau tidak khawatir jika terjadi apa-apa pada kita?"

Lucy hanya mendesah keras, sambil bersabar menghadapi kedua gadis yang terlihat sangat manja ini. "Kalian bukan anak kecil lagi, lagi pula ini desa. Jika kalian berteriak semua orang pasti akan keluar. Dan kalian pikir, apa gunanya Devis dan Nicolas di sini?" Lucy menatap mereka sesaat lalu pergi menuju ke lantai dua. Ia masuk ke kamarnya dan menguncinya, lalu meraba tubuhnya di atas ranjang sambil kenyamanan ranjang tersebut. Tanpa sadar ia tertidur karena seharian ini ia sudah banyak beraktivitas hingga membuatnya kelelahan.

Life is HopeWhere stories live. Discover now