Jatuh cinta sebelum pernikahan

15.5K 928 3
                                    

"Assalamu 'alaikum" Suara itu mengagetkan mereka berdua

"Wa'alaikum salam" Mereka berdua langsung berbalik melihat sumber suara.

"Kak Rahman" Kata Qanita

"Rahman" batin Qia. Qia sempat menatap manik mata yang sedang memandangnya sedetik. Dia kemudian tertunduk malu menyembunyikan raut wajahnya.

"Kalian masih disini. Mau shalat berjamaah magrib?"

"Hmm aku ngga sih kak. Udah mau pulang. Tadi kita ngobrol lupa waktu. Kalo Qia bagaimana?"

Qia yang tadinya tertunduk mengangkat wajahnya. Dia agak gugup berhadapan dengan laki-laki yang ada di hadapannya sekarang. "Hm. Aku.. aku juga mau pulang" katanya sambil tersenyum tipis kemudian tertunduk kembali.

"Ya udah kita bareng aja Qia.."

"Rumah aku deket kok mba, jalan kaki aja sampai. Ayo ke rumah dulu mba"

"Terima kasih. Ya udah sampe gerbang aja kalo begitu. Mobilku di parkir di depan"

"Oh iya mba"

"Kami permisi dulu yah Kak Rahman. Assalamu alaikum"

"Iya hati-hati. Wa'alaikum salam"

Rahman menatap dua wanita yang telah beranjak dari tempat dimana ia masih berdiri sekarang. Wanita yang menduduki tempat berbeda di hatinya. Yang satu adalah wanita yang mencintainya tapi dia tidak cintai dan hanya dia anggap sebagai teman. Dan yang satunya lagi adalah wanita yang dia kagumi, eh bukan tapi lebih dari kagum, yang mungkin hanya melihatnya sebagai uztadz sama seperti uztadz-uztadz yang lain di masjid ini.

"Ya Allah ini lah akibatnya jika Aku cinta sebelum pernikahan. Maafkan aku ya Allah tidak seharusnya aku jatuh dalam lingkaran ini" batinnya

*****
Sehabis shalat Magrib, Qia mengambil Al-Qur'annya dan membaca beberapa ayat. Dia membaca dengan tartil. Dia mencoba memahami satu demi satu makan dari ayat itu. "Ar-rahmaan.., 'allamal qur'an... khalaqal insan...Allamal bayan...

Bacaannya tiba-tiba berhenti. Dia mengingat kembali serentetan kejadian yang dia alami hari ini. Dia mengingat Imran, Rahman dan Qanita. Sungguh orang-orang ini sudah Allah tulis di skenario kehidupannya.

Sungguh Allah maha tahu segalanya. Qia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Apakah salah satu dari mereka akan masuk di kehidupannya atau malah numpang lewat saja.

Dia menopang jidatnya di atas lututnya tanpa terlebih dahulu membuka mukenahnya. Dia ingin hanyut dalam pemikirannya sendiri. "Ya Allah aku malu padamu. Aku sibuk berlabuh mencintai mahlukmu padahal jelas-jelas kau melihatku. Aku tahu kau cemburu ya Allah sehingga menghadirkan situasi seperti ini. Maafkan aku ya Allah..Rasanya aku ingin lepas dari rasa ini. Rasa yang tumbuh di hatiku dalam diam untuknya. Aku tidak ingin menyakiti siapapun. Apalagi Qanita. Dia sangat baik. Aku tidak mau menyakiti Pak Imran, beliau sangat baik pula. Apa yang harus ku lakukan Ya Allah. Haruskah aku mengatakan ya atas permintaannya. Tapi aku tidak mencintainya. Haruskah aku menikah tanpa cinta. Astagfirullah.. serumit ini kah jatuh cinta sebelum pernikahan. Jika aku tahu, aku tak berani jatuh di dalamnya. Tapi apalah dayaku Ya Allah" batin Qia. Dia bangkit dan mengusap wajahnya pelan. Berusaha untuk bersikap tenang.

*****

Di ruangan yang berbeda seorang wanita dengan jilbab ungu nampaknya sedang hanyut dengan buku bacaannya. Dia begitu menikmati cerita dalam buku itu yang berjudul "cinta sebelum pernikahan". Dia terdiam dan menyadari bahwa kisah yang ada dalam buku itu sama persis dengan apa yang dia alami.

Dia mencintai seorang laki-laki dalam waktu yang lama. Sementara laki-laki itu tidak menaruh hati padanya. Jatuh cinta sebelum pernikahan membuatnya sakit. Sakit di saat dia melihat laki-laki yang dia cintai memandang sekilas ke wanita lain, sakit ketika penantiannya tak berujung.

"Ya Allah bagaimana cara mengakhirinya. Aku ingin buang rasa ini, agar tidak ada luka dikemudian hari. Aku tidak mau melukai diriku sendiri dan dirinya. Sesungguhnya aku dan dia milikmu seutuhnya Ya Allah..Aku tahu inilah akibatnya jika aku jatuh cinta sebelum pernikahan. Aku sudah melangkah jauh. Ku mohon cabut perasaan ini untuknya." Qanita merasa air matanya kini mengalir di pipinya. Dengam isakan pelan dia berusaha menyekanya.

****

Tumpukan pekerjaan kampus harus dia kerjakan. Tapi sayangnya konsentrasinya sudah di rebut oleh wanita di seberang sana. Dia masih memikirkan wanita itu. Wanita yang sudah dia niatkan untuk dia lamar.

Tapi nyatanya wanita itu menggantungnya. Atau malah menganggap pertanyaanya angin lalu saja.

"Apakah dia sudah punya orang lain. Tapi rasanya telingaku menangkap kata belum ketika saya menanyakan perihal khitbah. Ya Allah, mengapa aku selalu kepikiran kejadian itu. Bantu aku melenyapkannya Ya Allah. Maafkan aku ya Allah, jatuh cinta pada dia, padahal dia belum halal bagiku. Jika kelakuanku mengundang murkamu, maafkan aku. Bantu aku meluruskannya. Aku tahu jika dia jodohku, dia akan bersamaku, jika tidak, pasti ada orang lain yang lebih pantas dariku untuknya"

*****

Wah wah... hehe keep reading.. di tunggu votenya :)

Ujung cinta Diamku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang