01

113K 5.6K 84
                                    

GADIS itu duduk di atas kursi. Matanya sejak tadi masih fokus pada laptop yang ada di hadapannya. Jarinya sama sekali tak berhenti menekan satu persatu keyboard yang ada pada laptop itu. Padahal baru dua minggu ia menjabat sebagai ketua OSIS, akan tetapi ia sudah disibukkan dengan tanggung jawabnya ini. Bahkan di saat bel istirahat berbunyi, ia tidak berniat bangkit dari duduknya. Gadis itu tetap fokus menyelesaikan proposal untuk acara ulang tahun sekolah yang akan diselenggarakan satu bulan lagi.

"Udah, deh, Jun ... ulang tahun sekolah masih satu bulan lagi. Tapi kenapa lo udah nyiapin sampe segininya banget, sih?" tanya Aya bingung. Gadis dengan rambut bergelombang itu duduk di sofa yang disediakan di ruangan OSIS. "Heran gue, padahal yang lainnya masih pada santai-santai, tapi lo malah serius banget. Mana jam istirahat lo lewatin lagi. Lo gak kasian apa sama perut lo?" omel Aya.

Gadis yang dipanggil Juni itu masih fokus pada laptopnya. Rupanya ia sama sekali tidak peduli dengan omelan temannya itu. Sampai akhirnya ia menaikkan tangannya, tanda pekerjaannya telah tuntas. Juni meregangkan badannya sejenak untuk mengatasi rasa pegal di sekujur tubuhnya.

"Juni, ah!" rengek Aya yang merasa diabaikan.

Gadis itu menghela napas pelan kemudian menoleh ke arah temannya. "Lo taulah alasan gue, gue enggak-"

"Gue enggak mau apa pun yang gue lakuin enggak sempurna," sambung Aya dengan gaya bicara yang mengikuti gaya bicara Juni. Lebih tepatnya gadis itu mengejek alasan Juni yang tak pernah berubah sedari dulu.

"Nah, itu lo tahu." Juni kembali menatap ke arah laptopnya. Ia menyimpan file-file penting yang telah berhasil ia selesaikan. Kemudian Juni mulai mematikan laptopnya itu. Ia menutup pelan laptop tersebut dan memasukkannya ke dalam tas hitam miliknya. Tak butuh waktu lama, akhirnya Juni beranjak dari duduknya sambil membawa tas laptop tersebut di tangannya.

Aya pun ikut berdiri. "Tapi Jun, lo juga harus mentingin kesehatan lo. Gimana kalau lo sakit gara-gara terlalu sibuk sama tugas OSIS? Kenapa enggak lo kasih tugas ke anggota OSIS yang lain aja? Atau lo juga bisa ngasih tugas ini ke gue. Anggota OSIS itu enggak cuma lo doang, Jun," celoteh Aya panjang lebar. Gadis itu dengan susah payah menyamai langkahnya dengan Juni.

Juni memang mempunyai sebuah kebiasaan. Sedari kecil ia terbiasa untuk berjalan dengan cepat. Makanya Aya terlihat kewalahan mengikuti Juni dari belakang.

Juni menghentikan langkahnya, kemudian menghembuskan napas panjang. Gadis itu lalu menoleh ke arah sahabatnya sambil berdecak. "Gue enggak percaya sama kalian, apalagi sama lo. Gue tahu lo itu ceroboh. Gue enggak mau karena hal itu, acara sekolah jadi enggak sempurna," tegas Juni. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Aya di belakang.

"Juni! Juni! Tunggu! Gue enggak seceroboh itu kali!" teriak Aya tak terima sambil mengejar Juni.

Juni menghentikan langkahnya, lalu membalikkan badannya. "Udah, deh, Ya. Jangan ganggu gue dulu, gue masih sibuk. Banyak yang harus gue siapin dan gue juga harus ngasih tahu anggota lainnya untuk segera nyelesaiin tugas-tugas mereka," ujar Juni.

Aya hendak membalas ucapan Juni, namun sayangnya Juni sudah terlebih dahulu meninggalkan Aya. Gadis itu berdecak sebal. "Sifatnya itu masih sama, keras kepala!" gerutu Aya kesal.

×××××

LELAKI itu menjatuhkan bokongnya di bangku sebelah teman-temannya. "Jadi ini target gue selanjutnya." Juna menunjukkan foto seorang gadis cantik dari layar ponselnya.

Veno dan Anji pun menatap penasaran ke ponsel Juna. Mungkin mereka ingin tahu secantik apa target temannya kali ini. Juna memang tipe orang yang suka gonta-ganti pacar. Tiap putus pasti ada saja gadis yang ia siapkan untuk dijadikan pengganti gadis sebelumnya. Karena bagi Juna sendiri, menaklukkan seorang perempuan adalah hal yang sangat menantang. Apalagi ketika perempuan itu benar-benar takluk kepadanya.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang