15

29.9K 2.5K 30
                                    

"ITU dia orang yang ngelempar rokok ke bos!" ucap salah satu pria cungkring yang berdiri di sebelah pria yang memiliki badan kekar itu.

Pria yang berambut cepak mengarahkan pandangannya pada Juna. "Bukannya dia anak laki-laki yang waktu itu ngalahin Bos?" Pria itu ikut-ikutan berkata, sehingga membuat pria yang dia sebut bos itu semakin emosi.

"Gue harus ngasih pelajaran ke anak yang satu ini karena udah buat gue malu di depan umum!" Pria dengan otot-otot besar di tubuhnya itu segera berjalan ke arah dua anak muda yang berdiri tak jauh dari mereka.

Juna menoleh ke arah sumber suara. "Shit," umpat Juna saat melihat para pria itu berjalan ke arahnya. Dengan cepat lelaki itu menarik tangan Juni dan membawa gadis itu pergi dari situ.

"Woi jangan lari lo!"

Juni menoleh ke belakang, dan menemukan tiga bapak-bapak sedang mengejar dirinya. "Dia masih ngejar kita, Jun," ucap Juni sambil terus berlari.

"Gue juga tahu kali kalau dia ngejar kita," balas Juna.

Lelaki itu mempercepat langkahnya, sehingga membuat Juni kewalahan. Tetapi mau bagaimana lagi, Juna, kan, tidak mau kalau sampai dihajar habis-habisan oleh preman-preman itu. Waktu itu Juna bisa menang dari mereka karena lelaki itu membawa pasukan yang jauh lebih banyak. Kalau sekarang mana bisa, hanya ada dirinya dan Juni di sini.

"Gue capek," ucap Juni. Langkah gadis itu melambat seiring dengan napasnya yang sudah mulai tersengal-sengal.

Juna menoleh ke belakang sambil terus berlari. "Baru juga lari bentar. Lo mah cupu banget, makanya rajin-rajin olahraga." Bahkan di saat-saat seperti ini Juna masih sempat-sempatnya meledek Juni.

"Capek, Nat," rengek Juni sambil memperlambat langkah kakinya.

Juna lagi-lagi menoleh ke belakang. "Lo enggak liat kalau mereka masih ngejar kita? Lagian lo nyari masalah sama orang yang kayak gitu," gerutu Juna.

Namun, bukannya mempercepat langkah, Juni malah berhenti. Gadis itu menarik napas lalu membuang napas secara perlahan. Juna pun tersadar dan ikut memberhentikan langkahnya. "Astaga, lo ngapain masih di sana?" tanya Juna saat melihat Juni berada cukup jauh di belakangnya.

Mata lelaki itu makin melotot saat melihat tiga pria berbadan besar yang sedari tadi mengejarnya semakin dekat. Tanpa basa-basi, Juna langsung berlari menuju Juni dan menggendong gadis itu layaknya karung beras. Juna kemudian segera membawa Juni pergi dari sana.

"Eh, Juna! Lo ngapain?" tanya Juni terkejut.

Juna mendengus kesal saat mendengar pertanyaan gadis yang sedang ia gendong itu. Laki-laki itu mempercepat larinya hingga sampai di tempat mobilnya diparkir. Juna pun menurunkan Juni dari gendongannya secara tiba-tiba, membuat gadis itu hampir terjatuh. Juni pun bersiap untuk mengeluarkan sumpah serapahnya, akan tetapi sebelum hal tersebut keluar terjadi, Juna sudah terlebih dahulu membuka pintu mobilnya dan mendorong tubuh Juni agar masuk ke dalam mobil. Lalu lelaki itu dengan cepat berlari ke sisi mobil satunya untuk masuk ke dalam sana.

Tak perlu menunggu lama, mobil berwarna putih itu pun mundur dan keluar dari parkiran rumah sakit. Sementara itu, tiga pria berbadan besar yang sedari tadi mengejar Juna dan Juni, tampaknya belum menyerah. Dengan cepat, mereka masuk ke dalam mobil dan mengejar mobil Juna.

"Gue enggak mau tahu! Pokoknya kita harus nemuin bocah itu! Dan gue pastiin dia bakalan habis di hadapan kita," ucap pria yang memiliki badan yang paling kekar di antara yang lainnya.

×××××

MOBIL Juna melaju dengan sangat kencang, begitu juga dengan mobil di belakangnya yang berusaha mengejar mobil Juna. Jalan yang lumayan sepi, membuat mereka menjadikan jalanan tersebut sebagai arena balapan dengan leluasa.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang