Persis seperti pertama kali aku melihatmu di tempat itu. Tanganku gemetar dan menangis bahagia saat melihat dirimu dalam bentuk foto. Rasa bahagia yang tak mampu aku jelasakan. Seiring berjalannya waktu, tetap saja aku bangga padamu.
Aku bersyukur karena bisa melihat perjalananmu hingga tahap terakhir. Aku pernah berjanji akan selalu melihat ke arahmu sampai kau menyelesaikan perjalananmu. Aku menepatinya.
Tik...
Tok...
Tik.....
Tok...
Tik....
Tok....
Waktuku sudah habis. Selamat tinggal cinta pertama.
*******
Hello, ini adalah puisi terakhir di Semestaku, kamu.
Terima kasih yang suka membaca buku ini. Saya juga berterima kasih pada beberapa orang yang menjadi insprirasi dalam menulis puisi ini. Karena bukan hanya satu, jadi tidak saya sebutkan. Namun, teruntuk tomato yang menjadi tuan dari beberapa puisi, terima kasih.
Untuk semua yang ada di hidup saya, terima kasih.
Setelah selesai membaca ini, silahkan buat sejarah atas kenanganmu sendiri. Entah itu Bahagia, sedih, bingung, patah hati, rindu, dsb. Kelak bukalah kembali setelah beberapa tahun kemudian atau ketika kamu merasakan kejadian yang tidak mengenakkan. Kamu akan ingat, bahwa kamu pernah melewati ini dan hingga kini masih baik-baik saja. Maka kamu akan begitu pula di kemudian hari, asalkan tetap menjalani hidup dan bertahan seperti hari-hari yang sudah tertewati atau hari ini.
daaaaaaaahh....
KAMU SEDANG MEMBACA
Semestaku, kamu ( puisi )
Poetrykamu, dua kata yang membuat ribuan kata tersusun dan memiliki makna