Malam ini Vera tidak bisa diam.
Sesekali ia memandang keluar jendela rumahnya berharap jemputanya menjemput, sesekali ia melihat jam di dinding, sesekali pun ia keluar untuk duduk di terasnya.
Zylon berjanji akan datang jam 7 malam.
Vera pulang kerja jam 3 sore.
Jam 5 sore ia sudah siap.
Vera sudah mandi, ia pun sudah mencoba puluhan baju untuk dipakainya, dan serta Vera sudah berulang kali membetulkan make-upnya sambil memegang erat cermin berbentuk kipasnya itu.
Sesaat ia mengatakan blush-onnya terlalu tipis.
Tidak lama ia bilang terlalu tebal.
Sesaat ia mengatakan rambutnya lebih baik dikuncir.
Tidak lama ia bilang lebih baik digerai saja.
Eyes shadownya dan lipstiknya juga menjadi korban keplin-planannya.
Dan akhirnya, saat yang ia tunggu tiba.
Zylon menjemputnya.
“Hai Ver!”
Zylon yang berdiri di depan pintu rumah Vera menyapanya dengan ramah. Ia memakai kemeja kasual kotak-kotak berwarna dadu tua dengan setelan bawahnya blue jeans.
“Hai Zie...!!!”
Zylon sedikit terdiam melihat penampilan Vera saat ini.
“Kamu cantik sekali Ver?”
“Jangan mengombal deh!!!” kata Vera, senang sekali.
“Percayalah,” kata Zylon lagi, “aku benar-benar merasa kamu itu cantik sekali malam ini.”
“Ah...” kata Vera, “sudah. Kamu mau bawa aku ke mana?”
“Ke mana menurutmu?”
“Mmmm....Mana bisa aku tahu?”
“Coba kamu tebak!”
Vera berpikir sejenak. Ia jelas-jelas tidak ingin menebaknya sama sekali. Ia butuh sekali tempat yang romantis. Itu sudah cukup. Lagipula, ke mana pun Zylon membawanya, ia pasti akan ikut.
“Aku menyerah.”
“Kita ke pantai.”
“Pantai?”
“Iya,” kata Zylon, “dekat pantai Mutiara, ada sebuah restoran yang cukup romantis.”
“Oh ya?”
“Tentu saja.”
“Baiklah,” seru Vera,”kita kesana!”
* * *
Tempat yang Zie, (panggilan dari Zylon) pilih adalah sebuah restoran atas laut yang romantis.
Terutama waktu malam hari.
Penerangan di restoran itu hanya sebuah lampu berwatt rendah berwarna kekuningan ditambah lilin aroma terapi yang mengapung pada permukaan gelas di tiap mejanya.
Pemandangan laut malam hari dan alunan musik syadu adalah tawaran yang menarik sekali untuk mengajak seseorang untuk candle light dinner.
Vera memesan nasi goreng ditambah segelas air kelapa muda, sedangkan Zylon memesan cordon blue chicken steak ditemani soda susu.
“Tempat ini romantis sekali ya?” seru Vera sembari melihat pemandangan sekelilingnya.
“Seperti yang aku bilang tadi kan?”
“Iya.”
“Aku senang sekali bisa mengajakmu makan malam ini?”
“Aku juga senang bisa diajak makan malam.”
“Aku....”
Zylon memegang tangan Vera. Vera hanya terdiam tapi tidak mencoba melepaskan gengaman tangan Zylon. Deru nafas dan detak jantung Vera semakin terasa cepat sekali. Ia menunduk dan mukanya memerah.
“Aku sudah bilang kan kalau hari kamu cantik sekali?”
“Sudah berkali-kali.”
Zylon mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku jadi ingin melihatmu setiap hari.”
“Tiap hari?”
“Aku juga ingin ngobrol denganmu setiap hari.”
“Nanti bosen lagi?”
Zylon mengeleng, ia tersenyum manis sekali.
“Maksudku....”kata Zylon penuh perasaan, ”aku ingin kamu jadi pacarku?”
-----------------------------------------------------
Hening.....
Hanya terdengar sayup-sayup suara detak jantung Vera....
Dan terlihat muka Vera memerah....
-----------------------------------------------------
“Jangan bercanda dong!!!”
“Aku tidak sedang bercanda.”
“Kamu serius?”
Zylon mengangguk.
“Kamu mau aku jadi pacarmu?”
“Iya.”
Vera terdiam dan tertunduk.
Ia benar-benar tidak kuasa menatap mata Zylon yang lembut itu.
“Aku mengerti ini terasa terlalu cepat,” kata Zylon lagi, “”tetapi aku serius. Aku ingin menjalin sebuah hubungan yang serius denganmu Ver.”
“Apa kamu tidak merasa ini terlalu cepat, misalnya?”
Zylon berdiri. Lalu melangkah keluar meja.
Vera juga diajak keluar meja.
Mereka berdiri saling berhadapan.
“Ver,” kata Zylon, “begini saja. Jika kamu menerimaku, datanglah memelukku. Jika tidak kamu boleh kembali duduk!”
“Appa???”
“Aku hitung sampai tiga. Kamu tetap boleh menolakku kok. Aku siap menerima keputusanmu.”
Zylon menutup matanya, sambil mulai berhitung.
Vera kalang kabut.
Hitungan pertama saja, Vera langsung memeluk Zylon erat.
Zylon tersenyum lebar.
“Terima kasih Ver.”
“Sama-sama.”
Saat itu juga Vera masih tetap memeluknya. Tidak sengaja Vera membuka matanya dan melihat seorang pria di ujung restoran ini.
Pria itu terlihat terpukul, entah kenapa?
Pria itu adalah pria yang mengikutinya dari semalam.
Pria itu adalah Jerry Alexander.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You With Time Machine...
RomanceKisah cinta yang tidak terbatas ruang dan waktu... Vera berjanji pada Jerry yang berbeda 20 tahun lebih kecil darinya, kalau Jerry bisa membuat mesin waktu 20 tahun lagi lalu kembali ke masa Vera, Vera akan menjadi pacarnya. Tetapi 14 hari setelah j...