Vera Febiana

7K 367 10
                                    

Perkenalkan aku.

Vera Febiana.

Anak tunggal dan satu-satunya dari kedua orang tuaku.

Tetapi ayahku sudah terlebih dahulu meninggalkan kami waktu aku berumur lima tahun. Dan sejak itulah, ibuku yang berjuang sekuat tenaga untuk membesarkanku. Mengantikan peran ayahku, sekaligus tetap memegang peran ibu rumah tangga.

Minggu lalu aku baru saja merayakan ulang tahunku yang ke 25. Umur di mana seorang gadis bisa dikatakan cukup dewasa dan siap untuk berumah tangga. Itu kata ibuku. Tapi menurutku sendiri, aku belum siap untuk itu.

Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa. Tidak terlalu terkenal, tetapi aku merasa nyaman untuk bekerja di sana. Apalagi gajiku lumayan tinggi, menimbang aku seorang sarjana bidang ekonomi.

Cukup untuk perkenalanku.

Aku tidak tahu mengapa aku harus memulai menulis sebuah buku diary?

Tetapi ada sebuah alasan yang cukup kuat dari dalam diriku yang mengatakan aku harus memulai membuat buku diary. Walau aku tidak bisa menjelaskan apa itu?

Untuk sementara aku berpikir ini adalah ide dari bibiku.

Reva Alexa.

Dia adalah seorang penulis novel terkenal di Inggris.

Dia adalah sepupu ayahku.

Jujur saja aku sendiri belum pernah bertemu muka dengannya. Karena menurut ibuku, bibi Reva sudah pindah kewarganegaran semenjak aku masih berumur sebelas tahun. Jadi dia tidak pernah lagi datang ke Indonesia.

Aku baru mengontaknya setahun yang lalu.

Itu pun setelah aku membaca salah satu novelnya yang baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

Aku suka novel buatannya.

Cerita cinta yang menghanyutkan.

Dan mungkin itu alasan utama yang memotivasiku untuk juga mengikuti jejaknya, yaitu membuat novel.

Aku terinsipasi.

Maka aku mencari tahu tentang dirinya.

Dan siapa yang menyangka, ternyata dia itu bibiku.

Reva Alexa itu bibiku.

Aku senang, lalu mengiriminya email.

Dia merespon dengan baik, bahasa Indonesianya pun masih baik.

Semenjak itulah aku terus menerus menghubunginya.

Dear Vera,

 

Selamat ulang tahun ya Vera.

Semoga segala yang terbaik ada padamu.

Bagaimana dengan novel terbaru bibi yang bibi kirimkan?

Bagus tidak?

Anggap saja itu kado ulang tahun dari bibimu ini.

Vera, bibi sudah membaca bab awal yang kamu buat sayang, sudah lebih baik dari yang pernah kamu kirimkan dahulu. Walau ada sedikit lagi yang harus di revisi. Tapi bibi senang dan puas dengan perkembanganmu itu. Bibi harap kamu terus menulis.

Oh ya, bibi jadi teringat waktu bibi masih seumurmu. Bibi membuat buku diary. Nah, bibi rasa kamu harus mencoba membuatnya, karena dengan menulis buku tersebut kamu dapat mengasah narasimu yang sudah semakin baik itu.

Bibi sudah mengirimkan hasil edit yang bibi lakukan terhadap cerita buatanmu dan bibi sudah mencantumkan beberapa catatan kecil untukmu di sana.

Jaga kesehatanmu ya, jangan telat makan.

Dan jangan lupa juga minum obat maagmu ya sayang.

 

Your Beloved Auntie.

 

Reva Alexa.

Itu adalah email terakhir yang aku terima seminggu lalu. Dan aku pun memutuskan untuk membuat buku diary.

Mulai hari ini.

Dear Viary, (nama buku diaryku)

 

Hari ini 19 Desember 2006.

Aku Vera Febiana.

Bingung, apa yang harus aku tuliskan di sini?

Mungkin beberapa hal yang menarik hari ini saja yang aku tuliskan di sini. Misalnya, tentang tadi pagi.

Ibu memasak perkedel kentang.

Hmmm....

Perkedel kornet kentang.

Itu merupakan hal paling menarik buatku. Karena masakan itu adalah masakan kesukaanku dan ayahku. Itu kata ibuku. Aku sebenarnya tidak mau membiarkan ibuku memasak perkedel kornet kentang hari ini, karena setiap kali ia memasaknya. Ia akan teringat akan ayahku. Ia akan menangis dan aku tidak tega melihat itu.

Lalu, hari ini aku jadi teringat dengan Jerry.

Ia anak dari tetanggaku.

Umurnya 5 tahun.

Aku suka sekali mengelus kepalanya.

Dia juga sepertinya suka dielus kepalanya.

Hari ini ia mengatakan hal yang lucu padaku.

Ia bilang, ia suka padaku. Dan ia mau jadi pacarku.

Aku mengatakan padanya kalau umur kita berbeda sekali, bahkan jauh sekali. Tetapi ia mengatakan mau menciptakan mesin waktu untuk menjadi pacarku. Buatku, itu hal yang paling manis dan romantis yang kudengar dari mulut seorang anak kecil.

Kalau saja, ada seorang cowok yang mampu melakukan hal manis seperti hal itu. Aku mungkin akan jatuh cinta padanya.

Mungkin sebagai permulaan.

Hari ini itu saja yang aku ingin tuliskan.

 

Tulisan itu aku tulis di halaman pertama buku diaryku yang berwarna pink tua, dan aku menuliskannya dengan pulpen berwarna biru.

Loving You With Time Machine...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang