17. Kejadian Tak Terduga

16.9K 510 10
                                    

Part 17
⚠️🔞

Sesampai dirumah, aku langsung berlalu kedapur untuk membereskan belanjaan yang dibeli tadi dan sekalian memasak untuk makan siang. Tak lama dia menyusulku kedapur dan berdiri tepat dibelakangku.

"Ada yang perlu aku bantu?", tanyanya tiba-tiba dan kumenggeleng pelan. "Gak ada, kamu mandi aja sana, uda siang. Apalagi bajumu keringatan tuh, bau tau.", jawabku menggodanya dan dia menatapku tajam. "Yakin bau?" tanyanya tajam dan kumengangguk cepat.

Dia segera mendekatiku dan tiba-tiba memelukku dari belakang menggesek-gesekan keringatnya dibajuku sambil tertawa menang.
"Uda...mas...uda...mas bau tahu.", ucapku terbata-bata dan secara reflek aku mendorongnya yang membuat kepalanya membentur ketembok belakang. Kejadian itu membuatku merasa bersalah, cepat-cepat aku menghampirinya. Dia menatapku sekilas dan berlalu meninggalkanku menuju kamarnya.

Aku menyusulnya dan ternyata dia mengunci pintunya. "Mas, maafkan aku. Aku tak bermaksud untuk mendorong mas tadi. Aku tak sengaja melakukannya.", ucapku menyesel atas apa yang aku lakukan padanya.

"Jika mas maafin aku, aku bakal turutin semua keinginan, mas. Asal jangan soal uang, soalnya aku gak punya." tambahku jujur.

Dia segera membukakan pintu dan menatapku tajam. "Tadi kamu bilang bakal turutin semua keinginanku kan.", tanyanya tajam dan kumengangguk pasti.

"Sekarang aku minta kamu untuk mandiin aku. Soalnya tadi kamu bilang aku bau kan?", lanjutnya dan kumenatapnya tak percaya. "APA?, Mas gak lagi sakit kan?", tanyaku tak percaya dengan menempelkan tanganku kedahinya dan dia pun segera menjauhkan tanganku.

"Apa karna benturan barusan?", tanyaku lagi dan dia menggeleng tajam. "Uda buruan, aku tunggu kamu dikamar mandi ", perintahnya dan berlalu kekamar mandi. Aku masih tak percaya akan permintaannya barusan.

"BURUAN!", teriaknya dari dalam kamar mandi dan aku pun melangkah ragu kekamar mandi. Didalam, aku kaget melihatnya yang hanya mengenakan celana dalam saja yang membuat tubuh berotot dan tonjolan besar dicelana dalam putihnya itu terekspos sempurna.

Dia berdeham, ketika melihatku yang bengong memandangi tubuhnya itu dan bisa kurasakan mukaku memerah, karna malu. "I...ya, mandi sekarang?", ucapku gugup dan dia tersenyum puas karna berhasil mengerjaiku. "Apa ini perlu dibuka?", tanyanya, mencoba melepas celana dalam miliknya dan kumenggeleng cepat. "G...ak u...sah, gi...ni a...ja.", ucapku semakin gugup dan dia menyeringai semakin puas.

Aku pun mulai menyiramkan air ketubuhnya dan tidak lupa aku menggosok badannya dengan sabun. Ini pertama kalinya aku menyentuh dan melihat seluruh tubuhnya. Ada perasaan senang sekaligus gak percaya atas apa yang aku lakukan ini. Meskipun aku tahu dia hanya ingin mengerjaiku dan dia berhasil membuatku gugup setengah mati.

Pikiran licikku terlintas untuk membalasnya. Sengaja aku menyabuni dadanya lebih lama dan merabanya pelan. dia menatapku gugup dan kutersenyum puas.
Kemudian aku berjongkok tepat diselangkangannya dan secara sengaja aku gosok pelan pada paha pangkal atasnya tepat disamping tonjolan besar miliknya yang masih terbungkus celana dalamnya itu.

Semakin lama aku melakukan itu, bisa aku pastikan kalau benda itu terus membesar didalam celana dalamnya. Aku pun secara sengaja, menyentuhkan punggung tanganku pada bendanya itu.

"Uda cukup, kamu keluar. Aku mau mandi sendiri.", usirnya tanpa mau melihatku. "Kan belum selesai, mas.", ucapku menggodanya dan tersenyum senang.

"Gak usa, aku bisa mandi sendiri!", tolaknya dan aku segera keluar sambil tersenyum menang. 'Mau kerjain, mala dikerjain balik.', batinku.

Saat aku ingin membuka pintu kamar mandi, tiba-tiba dia menarikku paksa dan mendekapku kuat. Tiba-tiba dia menciumiku paksa seperti orang keseetanan. "Karna kamu yang membuatku teransang, maka kamu yang harus tanggung jawab.", ucapnya tajam dan kumenatapnya gugup. "Ta...pi...", ucapku belum selesai. Dia langsung menekan kepalaku kebawah tepat diselangkangannya, kemudian dia menurunkan celana dalamnya dan mengeluarkan kontolnya yang sudah menegang itu.

Aku menjauhkan kepalaku dan secara paksa dia menarik kepalaku mendekat. Sehingga kontolnya itu menempel kemulutku.

"Buka Homo!, ini kan yang kamu mau?", ucapnya kasar dan tiba-tiba aku merasa marah dengan perkataannya itu. Aku pun langsung mendorongnya menjauh dan segera keluar dari kamar mandi, tanpa menoleh kearahnya.

Setelah mengusai diriku kembali dan mengganti bajuku yang basah atas ulahnya. Aku kembali kedapur untuk melanjutkan masakku yang tertunda. Selesai masak, aku menyiapkannya diatas meja makan. Taklama, dia keluar dari kamar mandi dan berlalu kekamarnya untuk berpakaian.

Karna kesal menunggunya yang tak kunjung keluar dari kamar. Aku pun segera menyusulnya kekamar dan mengetuk pintunya pelan. Tak lama dia membukakan pintu dan menatapku gugup. "Makan siangnya, sudah siap.", ucapku datar dan dia mengangguk gugup, kemudian mengekoriku kemeja makan.

Dimeja makan, dia duduk didepanku. Aku pun berusaha bersikap wajar kepadanya dengan mengambilkan nasi kepiringnya seperti biasa. Aku menyerahkan piring berisi nasi itu kepadanya dan dia menerimanya dengan gugup tanpa berani menatapku.

Setelah itu kami pun makan, tanpa ada yang bersuara diantara kami, karna aku yang masih kesal dengan perkataannya tadi dan dianya juga mungkin gak berani untuk memulai berbicara.

Selesai makan, aku membereskan piring-piring bekas makan kami dan mencucinya tanpa memandang kearahnya. Dianya masih terdiam dan berjalan keruang tamu.

*********

Next Part 18

Jangan lupa baca part selanjutnya,
Semoga suka😊

Maaf soal typo yang salah,
Terima kasih yang sudah membaca,
Jangan lupa vote & coment👦👮‍♂️

My New Instagram StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang