satu

976 105 6
                                    

Namaku Kim Taehyung. Seseorang berumur 17 tahun, bersekolah di salah satu sekolah menengah favorit di kotaku.

Lahir sebagai laki-laki tampan itu tidaklah mudah. Kau akan dikelilingi oleh banyak perempuan-perempuan genit yang sangat menyebalkan. Namun aku beruntung memiliki satu sahabat yang dekat denganku bukan karena fisik yang aku punya, dia tulus semenjak aku masih kecil.

Namanya Irene Bae, namun aku biasa memanggil nama kecilnya. Bae Joohyun, itu lebih bagus dibanding nama panggilannya yang sekarang. Dan biarkan aku saja yang memanggilnya seperti itu, rasanya itulah panggilan khusus dariku untuknya.

Dia cantik? Sangat, aku belum menemukan perempuan selain keluargaku yang lebih cantik darinya. Karena secantik apapun dia, aku akan tetap menganggap ibuku lah yang tercantik.

Namun aku dekat dengannya bukan karena wajah yang ia punya, namun karena ketulusan yang ia berikan padaku sejak awal mataku menatap matanya.

"Taehyung oppa! Cepat turun, ibu sudah menunggumu!"

Dia adikku, gadis berumur 16 tahun, tepat satu tahun di bawahku. Sebenarnya ia memiliki suara yang lembut dan merdu, namun aku menganggap dia adalah adik kecil bersuara cempreng.

"Tunggu sebentar!" Aku balas berteriak.

"Yak, cepatlah!"

"Sabar sebentar, Kim Sejeong!" Aku bergegas turun, tidak tahan dengan teriakannya yang memanggilku.

Begitu aku sampai di ruang makan, adikku itu tersenyum hingga matanya menghilang.

"Maaf, Oppa. Aku hanya tidak ingin terlambat hari ini," ujar Sejeong.

"Hm," aku hanya mengangguk.

"Cepat habiskan sarapan kalian, ayah tidak mau terlambat hari ini," ujar ayahku. Ayah memang seseorang yang sangat disiplin, terutama soal waktu.

"Iya, Ayah," balasku dan Sejeong bersamaan.

Aku menghabiskan nasi goreng kimchi-ku dengan cepat, tidak ingin terkena omelan dari ayah.

"Kami berangkat, Ibu." Aku pamit pada ibu, diikuti dengan Sejeong.

"Iya, belajar yang benar!"

"Baik, Ibu!"

s   e   c   o   n   d

"Taehyung!"

Aku menoleh dan mendapatkan salah seorang temanku saat kelas sepuluh.

"Oppa pergi dulu, Sejeong! Kamu bisa mencari kelasmu sendiri, kan?" ujarku pada Sejeong.

"Iya, Oppa!" Sejeong mengangguk dengan penuh semangat. Adikku ini memang benar-benar mencintai sekolah. "Bye bye!"

Aku membalas lambaian tangannya.

"Siapa dia, Tae?" tanya temanku yang tadi baru saja memanggil. Hoseok, itu namanya.

"Adikku," jawabku.

"Benarkah? Adikmu cantik sekali, Tae." Hoseok memuji adikku dengan matanya yang berbinar.

"Jangan menggoda adikku, Hoseok!" Aku memeringatinya.

"Iya iya, aku tidak akan berani bermacam-macam dengan adik dari seorang singa galak sepertimu," ujar Hoseok.

"Apa? Aku beri tahu ya, tidak ada singa setampan aku!"

"Bahkan seekor singa jauh lebih tampan darimu, Taehyung. Kau memiliki cermin di rumah, sering-seringlah memerhatikannya!" Hoseok tersenyum mengejekku.

"Sudah terlalu sering aku mengagumi cermin, Hoseok. Berkat benda ajaib itu, aku bisa melihat karya Tuhan sepertiku ini," ujarku percaya diri. Aku bukanlah tipe orang yang terlalu narsis, aku hanya bersikap seperti ini untuk menggoda teman-teman terdekatku.

Tidak terkecuali pada Joohyun.

"Aish, iya deh, terserah dirimu saja, Taehyung!" Hoseok menjitak dahiku yang tertutup poni. "Sudahlah, aku ingin mencari kelasku terlebih dahulu!" Laki-laki itu berjalan mendahului aku menuju papan pengumuman pembagian kelas.

"Aku rasa kita tidak sekelas lagi, Tae," ujar Hoseok begitu ia selesai mencari namanya di antara nama-nama murid satu angkatanku.

"Kamu masuk kelas berapa, Hoseok?" tanyaku, mataku masih menyapu seluruh nama yang tertera di papan.

"XI - 1," jawab Hoseok.

"Benarkah? Wah, kau enak sekali bisa satu kelas dengan Namjoon," ujarku agak iri. "Ah, ini dia! Aku masuk kelas XI - 2."

"Kalau begitu, selamat beradaptasi kembali, Kim Taehyung!" Hoseok melambaikan tangannya padaku.

Ini yang aku tidak suka dari kenaikan kelas. Aku tidak suka beradaptasi dari awal!

Enak sekali Hoseok itu, ia sekelas dengan salah satu murid terpintar yang juga cukup akrab dengannya.

Aku mencari tempat di mana kelasku berada. Seingatku semua kelas sebelas berada di lantai dua.

Ah, ini dia!

Aku memasuki kelasku dengan mataku yang memandang seluruh penjuru kelas. Mencari satu dua orang yang kira-kira aku kenal.

"Taehyung!"

Siapa?

Aku mencari orang yang memanggilku itu.

"Park Jimin?"

Akhirnya aku menemukan orang yang benar-benar aku kenal. Sahabatku sejak sekolah menengah pertama, satu-satunya orang yang dapat aku percayai tentang perasaanku pada Joohyun.

Joohyun sekarang sudah menjadi murid baru di salah satu universitas yang sangat ia impikan. Semoga seniornya di sana tidak kejam mengerjainya.

Joohyun sedang apa ya? Apa ia juga memikirkan aku?

second choice [kth x bjh] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang