tiga

402 76 10
                                    

Junmyeon itu laki-laki yang cukup berpengaruh di kampusnya. Entah kenapa dia punya aura yang melekat kuat di dirinya yang membuat orang-orang nggak mau cari masalah dengan anak dari orang nomor empat di negara ini.

Joohyun itu beruntung punya kekasih seperti Junmyeon yang dibanding denganku akan langsung menang tanpa perlu pertimbangan apapun. Kalian mau menilai dari segi apa? Fisik? Pendidikan? Keluarga? Uang? Aku jelas kalah. Namun aku akan menang jika kalian membandingkan siapa yang selalu ada untuk Joohyun. Itu aku.

Bahkan ketika si nomor satu, Junmyeon, ada pun aku akan tetap berada di sekitar Joohyun. Tidak seperti si nomor satu yang sesuka hatinya pergi dan membiarkan si nomor dua menggantikan kewajibannya.

Buktinya adalah sekarang ketika Joohyun memintaku menemaninya. Bukan karena aku prioritas memang, namun untuk kali ini aku tidak peduli. Sudah lama tidak pergi dengan Joohyun, jadi aku akan menikmati kegiatan kami hari ini.

"Taehyung," panggil Joohyun ketika kami sedang menikmati makanan di salah satu restoran Indonesia.

"Kenapa, noona?" tanyaku sembari memotong daging rendang di hadapanku.

"Junmyeon."

Ah, si nomor satu lagi.

"Kenapa?"

Joohyun terlihat ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

Apakah seasing itu aku sekarang hingga kamu tidak lagi memercayakan aku tentang apa yang mengganggumu hari ini?

Aku ... kecewa. Namun pantaskah aku untuk itu?

Aku hanya sekadar sahabat untuknya. Jika dia memiliki suatu masalah, dia memilih kekasih yang tingkatannya berada satu level di atas sahabat, kan?

"Ada apa, noona?" tanyaku satu kali lagi.

Joohyun menggeleng, "Tidak jadi."

Aku mengangguk pelan. Aku berusaha menerima keputusannya untuk tidak bercerita. Aku berusaha menerima sambil mengubur dalam-dalam rasa kecewa yang teramat sangat.

Ingat, Taehyung. Jangan lagi berharap jika tidak ingin kembali dikecewakan oleh kenyataan.

s   e   c   o   n   d

Sampai aku mengantar Joohyun ke rumahnya, Joohyun masih belum membuka mulut tentang hal di restoran tadi.

Hingga makan malam pun masih belum ada kabar darinya. Aku hampir terlelap ketika mendapat telpon dari rumah Joohyun.

"Taehyung?"

Aku kira itu Joohyun, namun bukan. Suara perempuan yang mirip dengan miliknya itu adalah suara ibunya. Seorang wanita yang aku harapkan menjadi ibu mertuaku.

"Iya, Bibi. Kenapa?" tanyaku.

"Bisa kemari sebentar? Sejak pulang tadi Joohyun belum keluar kamar, bibi sangat khawatir," jawab Bibi Bae.

"Ah, iya. Aku ke sana, Bibi," ucapku.

"Terima kasih, Taehyung."

Aku segera pamit kepada ibu untuk pergi sebentar ke rumah Joohyun. Ibu tidak bertanya lebih lanjut karena aku sudah terlalu sering izin untuk ke rumahnya.

Sesampainya aku di rumah Joohyun, aku langsung disambut dengan mimik wajah yang menyiratkan kekhawatiran pada anak semata wayang Bibi Bae.

Setelah mendapat izin untuk ke kamar Joohyun, aku segera mengetuk pintu kamarnya.

Tidak ada jawaban.

Aku mencoba membuka pintu bercat putih itu. Berhasil. Joohyun memang tidak pernah mengunci pintu kamarnya.

"Noona?" panggilku pelan. Aku mengintip ke dalam kamar. Sepi.

Namun mataku menangkap ada seorang gadis yang terlelap di atas tempat tidurnya.

Ah, rupanya Joohyun sudah tidur.

Aku menutup pintu perlahan, berniat ingin langsung mengatakan pada Bibi Bae bahwa Joohyun baik-baik saja.

Namun suara Joohyun menahanku.

"Taehyung."

Aku kembali membuka pintu yang nyaris tertutup. "Kenapa?"

"Masuk," pinta Joohyun dengan suara khas bangun tidur. Tidak, suaranya lebih serak dari biasa.

Aku melangkahkan kaki kananku ke dalam kamar dengan nuansa cream ini. Aku jarang sekali masuk ke kamarnya. Semakin beranjak dewasa semakin membuatku menyadari batas-batas yang tidak boleh aku lalui pada Joohyun, salah satunya adalah memasuki kamarnya.

Selain karena aku tidak mau mengusik privasinya, aku juga tidak sanggup bahkan hanya untuk membayangkan banyaknya foto dirinya bersama dengan Junmyeon dan menutupi foto-foto Joohyun bersamaku.

Namun aku salah. Tidak banyak foto itu, hanya ada tiga di meja belajarnya. Sedangkan di dinding kamar Joohyun masih tergantung foto-fotoku bersamanya sejak kami masih kecil.

Tiba-tiba Joohyun memintaku mendekatinya yang sekarang terduduk di pinggir tempat tidur.

"Ada apa?"

Joohyun memeluk pinggangku erat. Ditenggelamkannya wajahnya di perutku.

"Junmyeon selingkuh, Taehyung."

second choice [kth x bjh] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang