Jimin terdiam ketika aku selesai bercerita tentang Joohyun. Bukannya bermaksud menceritakan rahasia Joohyun pada Jimin (yah, kemarin Joohyun mengatakan untuk tidak menceritakannya pada orang lain), namun aku tidak tahu harus berbuat apa pada Joohyun jika bukan atas saran Jimin.
Kemarin malam, setelah berusaha menenangkan Joohyun sampai ia kembali tidur, aku segera pulang. Tidaklah menyenangkan melihat orang yang kamu sayangi menangis di hadapanmu dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa.
Joohyun bilang, tadi siang dia mengajakku pergi bukan karena Junmyeon tidak bisa. Joohyun tidak pernah bertanya, dia hanya tahu kemarin Junmyeon pergi bersama perempuan itu. Joohyun ingin melupakan hal itu. Dan cara yang dia pilih adalah 'melampiaskan'nya denganku.
"Bagus dong," celetuk Jimin.
"Apanya yang bagus? Kamu nggak kasihan sama Joohyun noona?" tanyaku kesal.
"Kalau Junmyeon itu benar-benar selingkuh, bukankah baiknya Irene noona memutuskannya saja? Kalau begitu, kamu bisa mendekatinya, kan?" usul Jimin.
"Masalah ini tidak semudah itu untuk diselesaikan," tolakku. "Akan terasa aneh jika aku langsung mendekatinya. Bisa-bisa Joohyun noona berpikir aku mengambil kesempatan dalam kesempitan."
"Bukankah memang benar begitu? Kamu memang mengambil kesempatan dalam kesempitan, kan?" balas Jimin.
Aku terdiam. Rupanya bertanya pada Jimin tidak ada gunanya juga.
"Sekarang begini, Kim Taehyung. Kamu ingin Irene noona bahagia atau tidak?"
Aku mengangguk.
"Kamu ingin jadian dengan Irene noona atau tidak?"
Aku kembali mengangguk.
"Berusahalah untuk merebut hatinya, Taehyung," ucap Jimin.
"Merebut hatinya bagaimana?" tanyaku bingung.
Dapat aku dengar suara dengusan Jimin. "Aku mengerti kenapa Irene noona tidak pernah menganggapmu lebih dari seorang adik," ucap Jimin.
"Kenapa kamu bisa seenaknya bilang seperti itu, Park Jimin?" tanyaku kesal. Seenaknya saja dia bicara.
"Karena aku tahu aku benar, Kim Taehyung," jawab Jimjn dengan wajah sok tahu yang sukses membuatku ingin melempar ponselku ke wajahnya. Namun sayangnya ponsel ini terlalu mahal untuk mengenai wajah menyebalkannya itu.
"Buktikan bahwa ucapanmu itu benar," tantangku.
"Yang pertama. Kamu akan selalu menunjukkan sikap manjamu pada Irene noona. Kamu akan bersikap seperti anak kecil," ucap Jimin. "Bukannya merasa dilindungi olehmu, aku yakin Irene noona lebih merasa melindungimu."
Aku diam, tidak bisa mengelak poin pertama.
Jimin kembali mengeluarkan wajah menyebalkannya itu ketika aku tidak bisa membalas ucapannya.
"Poin kedua," perintahku. "Cepatlah, jangan mengarang terlalu lama."
Jimin terkekeh. "Kamu tidak mengerti bagaimana caranya memperlakukan perempuan dengan baik, Taehyung," ucap Jimin. "Contohnya saja sekarang, kamu memerlukan bantuanku padahal aku yakin Irene noona ingin hanya kamu yang mengetahui dan membantunya menghadapi Junmyeon."
Aku lagi-lagi terdiam. Memangnya selama ini aku memperlakukan Joohyun noona sebagai apa?
"Kenapa?" tanya Jimin.
"Kenapa apa?"
"Kenapa wajahmu seperti tidak terima dengan fakta itu?" tanya Jimin lagi.
"Karena aku merasa aku memperlakukan Joohyun noona sebagai perempuan," jawabku.
"Kakak perempuan jika kamu ingin tahu lebih tepatnya," ucap Jimin.
"Aih, terserah kamu saja lah!" omelku. Bicara padanya tidak membantuku menyelesaikan masalah. Buang-buang waktu saja.
"Jadi kamu menerima poin kedua juga, hm?" tanya Jimin menggodaku.
"Terserah!" Aku memilih untuk tidak membantah ataupun menyetujuinya. "Sekarang berikan aku poin ketiga!"
Jimin terkekeh lagi. "Kau saja tidak bisa mengelak untuk poin pertama dan kedua, untuk apa aku membuat poin ketiga?" tanya Jimin. "Aku tidak mau mengeluarkan energi dalam otakku hanya untuk mengarang hal yang ternyata sesuai dengan kenyataan."
Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
"Oke, terserah kamu saja," ucapku mengalah, atau sebenarnya aku memang sudah kalah?
Jimin mengangguk-angguk, puas dengan responku yang pasti menurutnya aku menuruti omongannya.
"Sekarang beritahu aku apa yang harus aku lakukan," ucapku meminta.
"Simpel saja sih," balas Jimin. "Bantu dia move on."
"Bagaimana?"
"Buat dia lupa akan Junmyeon," jawab Jimin.
"Aku harus membuat Joohyun noona amnesia?"
Jimin mencibir, "Cowok seperti ini mau mendapatkan gadis seperti Irene noona? Ck ck ck, sulit untuk aku percaya," ucapnya.
"Kau mau membantuku tidak sih?" tanyaku mengomel.
"Lakukan hal yang ia sukai, Taehyung. Ajak ia pergi ke tempat kalian biasa pergi, tempat masa kecil kalian, ajak ia lakukan hobinya bersamamu. Lakukan semua yang bisa kamu lakulan dan kamu yakin Junmyeon tidak pernah melakukan hal itu untuk Irene noona," jawab Jimin. "Aku yakin kamu memiliki banyak hal yang aku maksud itu, Taehyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
second choice [kth x bjh] ✔
Fanfic"i know its stupid, but i like how i'm your second choice"