Suasana koridor apartemen dilantai 11 terlihat sepi. Maklum saja- hampir semua orang sedang berkumpul untuk gala dinner sudirman cup dibawah."Ci... lucu loh owi didandanin pake kostum wayang gitu" gumam Debby seraya tertawa
"Bukan cuma owi kali deb, atlit negara lain juga ada... eh, koh hendra juga didandanin" suara khas Greysia menyahut Debby
"Etdah... pake ngobrol. Cepetan yuk, lagian laper banget belum makan dari tadi siang" liliyana merangkul kedua sahabatnya itu.0-0-0-0
Untung saja- acara gala dinner ini tidak terlalu terbuka untuk umum, jadi hanya para tamu undangan, atlet, staff, dan wartawan internal saja yang hadir. Lighting disini dibiarkan sedikit redup, demi menunjang penampilan para pria (penghibur?) yang kini tengah berbaris rapih diatas stage.
Liliyana menyenderkan tubuhnya pada dinding sudut ruangan yang sedikit remang. Ditangannya ada segelas air putih, matanya sedikit terpejam. Entah ini introvert atau bukan... tapi gadis berdarah manado ini sedikit asing dengan keramaian. Rasanya begitu melelahkan jika harus ikut berbaur dengan banyak orang- ya walaupun jika bertanding ia harus mengesampingkan hal itu. Debby, Nitya, Greys, dan lainnya tengah duduk berkumpul- disalah satu roundtable. Sebenarnya Liliyana sudah mencoba untuk berbaur dengan yang lain... tapi Ia rasa semuanya sudah cukup.
Sesekali gadis itu menahan tawa melihat pasangan ganda campurannya, Owi yang tampak lugu diantara para atlit pemakai kostum gatot kaca lainnya. Dan ya, Hendra Setiawan... seseorang yang mampu membuat kedua pipinya bersemu merah seperti kepiting rebus. Bicara soal Hendra, mungkin lagu dari Raisa mampu mendeskripsikan pria yang telah beristri itu... Ya! Mantan Terindah. Liliyana menggelengkan wajahnya seketika- flashback atau mengenang masalalu bukan suatu hal baik yang dilakukan sebelum pertandingan- yang ada dia akan semalam suntuk bermellow-mellow dengan Debby.
"Ci?"
"Hmmm"
"Ci,"
"Iya..."
"Ini Jojo, ci..."
"Hah? Iya jo... kenapa?"
"Cici kenapa sendirian?"
"Gapapa jo, gue lagi pengen sendiri aja hehe... mana rombongan lu?"
"Lagi ngobrol... ci, boleh minta foto ga?" Ujar si junior malu-malu
Liliyana mengernyitkan dahinya bingung, "eh.. boleh" senyum mengembang dibibirnya- berasa artis!
"makasih ya ci, semangat juga besok tandingnya" perkataan Jonathan dibalas anggukan oleh Liliyana. Selebihnya gadis berusia 30tahun itu kembali menunduk, menatap kosong segelas air ditangannya.0-0-0-0
Senyuman manis terukir diwajah Liliyana. Langkahnya semakin dekat dengan lelaki pujaan hatinya itu. Setelah melarikan diri dari gala dinner- Liliyana memilih menenangkan diri diarea swimming pool yang ada di hotel senayan ini. Dan kebetulan, ia melihat Hendra yang tengah memainkan handphonenya disalah satu bangku disamping kolam. Kesempatan bagus!
.
.
.
"Akhirnya kamu datang san..."
"Iya hen, untungnya anak anak mau dititipin di rumah itine... hehe"Bagai diserang ribuan shuttlecock dari pasangan china, Tubuh itu terasa kaku, untung saja jarak tubuhnya belum terlalu dekat dengan Hendra. Ia menarik nafasnya pelan, mata sipitnya sedikit mengerjap. Tidak seharusnya ia ada disini- tidak! Tidak! Seharusnya!
Langkah liliyana tertuju pada lift, sepanjang jalan ia terus menundukkan wajahnya,sampai ia tidak sadar telah memakai lift bersama siapa.
"Sakit hati membuat wajahmu lebih menggemaskan, nona"
Liliyana mengusap tekuknya- merasa ada hembusan makhluk lain yang mulai mengusik. Hampir saja tumbuhnya limbung kebelakang, untungnya 'makhluk itu' dengan sigap menangkapnya. Sejenak mereka terdiam dalam posisi super cetar itu kalo kata Nafilah. Sepasang mata itu mulai saling menyelami~ sebelum...
"Dududududu~" senandung Praveen menghentikan adegan sepasang manusia lintas negara itu.
Yongdae menatap tak percaya Praveen yang kini tengah berada diambang pintu lift- seharian ini ia mencari keberadaan si tinggi itu, dan sekarang dia malah muncul pada saat seperti ini?
Dalam rengkuhan halus sang pangeran- Liliyana mulai menggelengkan kepalanya, berusaha terlepas dari kungkungan Yongdae.
"Eits... maap, gue ga ikut-ikut ya ci... lantai 11 sepi kok, kalian kesana aja ya!" Ucapan diiringi senyum lima jari khas Ucok terdengar syahdu ditelinga Yongdae- namun begitu menakutkan ditelinga Liliyana. Lift kembali tertutup, seiring dengan hilangnya tubuh Praveen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Series
FanfictionKisah Liliyana dan Lee Yongdae yang selalu punya cara sendiri untuk bisa 'bersama'