Love Series :: 9

487 31 9
                                    

"Kau tak latihan?" Suara bass itu memecah keheningan diantara kedua manusia berlawanan jenis itu.

Liliyana kembali menyentuh gelas susunya, Berniat meneguk cairan berwarna putih itu sebelum sebuah tangan kekar menyambar gelasnya tanpa perasaan, "Yongdae!" Teriaknya gusar

Pria korea itu tersenyum menggoda, lalu meneguk susu putih milik Liliyana dengan ekspresi penuh kemenangan.
'Glup'
Liliyana menelan ludahnya pasrah.

Harus terjebak dalam sebuah sesi sarapan pagi bersama orang yang tadi malam telah-

"Kau terlihat begitu menggemaskan..." Yongdae menyentuh helaian surai hitam Liliyana yang menutupi sebagian kelopak matanya. Tidak berhenti disitu, Ia turun menuju pipi tembam Liliyana, mengusapnya secara perlahan, "Bagaimana aku bisa tergila-gila padamu, Liliyana" suara Yongdae sedikit lirih, namun dapat didengar jelas oleh Liliyana yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya.

Pandangan keduanya bertemu, "Bisa kau menyingkir?" Ujar Liliyana parau

Sang pria menggeleng, ia malah menyentuh hidung Liliyana dengan hidungnya sendiri, "Okay, aku anggap kau tidak ada latihan hari ini..." bisik Yongdae, pria bermarga Lee itu turun pada bibir Liliyana yang bergetar. Ya- sebuah fakta baru, Yongdae tidak hanya expert dalam bulutangkis- tetapi juga dalam hal mencium Liliyana.

Sejenak. Mungkin hampir 10 detik- Yongdae menyesap setiap inchi bibir 'kekasih'nya. Liliyana hanya dapat berdecak sebal dalam hati, Demi Apapun... dia belum menyikat giginya pagi ini!

0-0-0-0

Setelah kejadian semalam- plus sarapan berbonus ciuman pagi tadi, Liliyana masih saja memerah. Lidahnya tiba-tiba kelu, bahkan untuk sekedar mengikat tali sepatunya saja- gadis berdarah Manado itu masih belum berhasil. Jika ini mimpi, maka ia ingin segera bangun!

"Sejak kapan kau melupakan bagaimana cara menyimpul tali sepatu?"

'Sejak kau menciumku tadi pagi!' Seru Liliyana dari dalam hatinya. Ia berusaha tak memperdulikan Yongdae yang kini mulai berjongkok didepan sepatunya, membuat simpul yang persis seperti pada sepatunya.

"Ayo.." Tangan kekar itu menggapai jari jemari pendek milik Liliyana.

Rumah Kalista berada di sebuah kompleks perumahan dengan fasilitas lengkap disana. Sarana olahraga hingga kebutuhan keluarga lainnya. Ini menjadi kali pertama Liliyana keluar dari rumah kakaknya, walau hanya sekedar bersepeda disekitaran taman kompleks BSD. Liliyana membuka sedikit gerbang pintu rumah sang kakak. Membiarkan Yongdae menuntun sepeda milik kakak iparnya keluar rumah.

"Sayang sekali sepedanya hanya ada satu.." keluh Yongdae seraya menarik standar sepedanya

"Kita.. bisa pakai berdua 'kan?" Kembali, Liliyana merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya kalimat itu keluar dari mulutnya?

Yongdae menatap heran raut wajah gadis yang beberapa jam lalu resmi menjadi kekasihnya, "Kau serius?"

0-0-0-0

Satu hal lagi yang Liliyana lupakan. Kompleks ini akan selalu ramai dipenuhi kegiatan para penghuni. Ia masih menunduk malu, serta tak lupa berpegangan kuat pada kedua bahu kekasihnya- eh? Kekasihnya?

"Ingat tidak? Saat aku menculikmu ke korea?" Ujar Yongdae sembari mengayuh sepedanya. Pria berusia 30tahun itu tiba tiba menarik tangan Liliyana, mencium punggung tangannya hingga posisi gadis itu memeluknya telak dari belakang.

"Y-Yong.. dae" Liliyana terkejut, "Jangan membuatku malu," lirihnya

"Kau ingat tidak?"

"Ingat... aku masih tidak percaya kau dilahirkan oleh orangtua yang luar biasa baiknya- mengingat sikapmu yang suka semaunya" jawab Liliyana seadanya dan untuk pertama kalinya, gadis itu menyentuh surai pendek Yongdae.

Si pria Korea tertawa, "Tapi kau suka 'kan?" Godanya

"Oia, bagaimana ibu dan ayahmu? Baik?" Tanya Liliyana- Yongdae mengayuh sepedanya terlampau lambat, hingga keduanya bisa sembari mengobrol sedikit.

"Baik, mereka ingin segera bertemu denganmu lagi, kau calon menantu yang manis- katanya, padahal mereka belum tau bagaimana mengerikannya seorang Liliyana... tadi malam, kau hampir saja membunuhku!"

Liliyana terkekeh mendengar penuturan jujur seorang Lee Yongdae. Bersama Yongdae, ia merasa jauh lebih jujur pada dirinya sendiri. Setidaknya sekarang ini ia tidak 'mengejar' melainkan 'dikejar'. Ia tidak lagi mencintai suami orang-

Ups! 'Mampus gue, Ahsan kan juga tinggal disini, bisa dicengin nih-'
Terlambat, Liliyana baru ingat jika rumah Ahsan- partner Hendra hanya berjarak 2 blok dari rumah milik kakaknya. Barusaja ia ingin bersyukur bisa bebas dari Widya dan Nafielah, kini malah harus dihadapkan dengan Ahsan.

"Ehm.. kita pulang ya? Putar balik," titah Liliyana

Yongdae mengernyitkan wajahnya kebingungan, "Maksudmu?" Ia menoleh kebelakang

"Yongdae Awas!"

'BRAKK'
0-0-0-0

"Ayah!" Gadis kecil itu berteriak memanggil ayahnya

"Chayra?" Sang ayah berlari tergopoh-gopoh dari taman rumahnya.

Mata sepasang ayah dan anak itu sontak melotot tatkala menyadari siapa kedua orang yang kini terjatuh dengan tidak elitnya didepan rumah mereka. Itu Liliyana... dan seorang Pria yang sedang 'mencium' kasarnya aspal di depan rumah mereka.

"Ci Butet?"
"Aunty!"

Liliyana refleks membuang muka. Yongdae berusaha bangkit dan membersihkan pasir yang menempel pada dirinya.

"Sayang- kau perlu bantuan ku untuk bangun?"

Sang gadis hanya mampu termangu. Menatap kosong wajah polos Yongdae -Tatapan bingung Ahsan- Hingga Chayra yang berjalan mendekatinya.

Kalau bisa menghilang, Liliyana ingin menghilang sekarang juga! Persetan dengan Yongdae! Ia lebih baik menghadapi Nafielah, Widya, atau bahkan Greysia atau Owi dibanding Ahsan. Ahsan berhubungan erat  dengan Hendra, dan Liliyana ingin menjauh dari segala hal yang berhubungan dengan sang mantan. Terlebih, Ahsan tau persis bagaimana kekeuhnya Liliyana menolak pria Korea yang kini berada disampingnya. Apalagi yang mampu ia jadikan alasan?

'TINN'
'TINN'

Suara klakson mobil mengalihkan perhatian keempat orang itu. Mereka memperhatikan sebuah mobil SUV berwarna hitam yang mulai masuk area parkir milik rumah Ahsan.

"Ko Hendra?"

0-0-0-0

Fix! Ini bagai ujian terberat selama 8jam Liliyana menjalani hubungannya dengan Yongdae. Kenapa Hendra???

Yongdae masih dengan wajah percaya dirinya, menggenggam erat tangan Liliyana. Pria pemilik bibir dimple itu masih mengulum senyum. Bak abege yang baru kasmaran.

"Diminum dulu ci, koh.." Ahsan meletakkan gelas-gelas berisi teh diatas meja.

....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang