Love Series :: 5

787 43 4
                                    

"Astaga... kau ini" Yongdae meletakkan mangkuknya, "Memangnya kau berharap aku yang mengganti bajumu?" Gurau sang pria

Ekspresi Liliyana berubah drastis. Ia meraba sekelilingnya- mencari benda-benda yang mungkin saja bisa ia gunakan untuk menghantam Lee Yongdae. "Jangan coba macam-macam denganku, Yongdae!"

"Macam-macam bagaimana, aku sudah melihat semuanya kok" Yongdae menggeser tubuhnya mendekati Liliyana, si gadis beringsut mundur. Mengisyaratkan ketakutan yang mendalam. "Ayo makan!"

"Tidak mau!"
"Aku suapi ya?"
"Menjauh dariku Lee Yongdae!!!!"
"Oh... kau mau disuapi dari mulutku?"

0-0-0-0

Sampai menjelang siang seperti ini, salju belum juga mereda. Langit seoul penuh dengan awan hitam, hanya ada lalu lalang pejalan kaki yang tampak menggunakan puluhan lapis pakaian yang mencoba menerobos jutaan salju dari langit.
Pandangan gadis itu tak beralih sedikitpun, Sesekali tangannya menengadah, merasakan butiran es yang seketika pecah.

Liliyana suka hujan. Tapi ya- lain lagi jika hujan deras dipelatnas, bocor sana-sini. Teringat kejadian manisnya disana, dimana ia semalaman tak tidur menemani Hendra yang dihukum karena ketauan pacaran di jam latihan- sama Liliyana tentunya. Sekali lagi, jaman sudah berubah... Tapi masalah hati beda lagi ya, eh sebentar bukankah ia belum menghubungi ibu'nya di Manado?

Liliyana merogoh saku bajunya- 'Ya Tuhan, kenapa tiba-tiba gue pake daster gini sih?' Gumamnya dalam hati. Daster bermotif pikachu itu tampak pas di tubuhnya, dengan beberapa kancing dibagian atas. Sumpah ya, ini berasa penghinaan, Dengan gerakan tertatih karena Liliyana masih merasakan sedikit pusing dikepalanya, ia berjalan menuju ranjang- Menyingkap bedcover untuk mencari ponsel pintarnya.

"Kau mencari apa, nona?" Tanya seseorang yang baru saja membuka pintu
"Bisa tidak kau berhenti keluar masuk seenaknya? Kau mengagetkanku!!!" Tubuh sang gadis berbalik
"Kau tidak sadar jika ini kamarku?" Yongdae menaikkan sebelah alisnya

Liliyana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Benar, kamar bernuansa putih ini penuh pigura Lee Yongdae. "Tapi kau yang membawaku kesini!"

Yongdae berjalan mendekati Liliyana, sampai akhirnya lelaki itu menempelkan telapak tangannya pada dahi sang gadis, "Kau jutek sekali sih, padahal wajahmu terlihat pucat" lirih Yongdae sok serius, "tunggu... apa arwah sadako masuk ke tubuhmu?"

"APA?" Liliyana menampik tangan Yongdae dengan kasar, "Hentikan semua ini, Yongdae! Dimana ponselku?"

"Ponsel? Itu-" tangannya menunjuk meja nakas dibelakang Liliyana berdiri, "Lagipula kau tak akan bisa menggunakannya disini- sudahlah, jika kau ingin menghubungi ibumu, aku sudah menelpon Tontowi untuk menyampaikannya... jadi lebih baik tunggu besok saja,"

"Owi? Yaampun..." Liliyana memijat pelipisnya pelan, "Beritahu padaku siapa saja yang bersekongkol denganmu?"

"Berse-kongkol? Apa artinya? Praveen belum mengajariku!"
"Sudahlah, aku lelah menghadapimu! Sekarang lebih baik pinjamkan aku bajumu," titah Liliyana mutlak

Yongdae terdiam, menatap gadisnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Surai pendeknya sedikit bergerak karena terpaan angin dingin dari luar, wajahnya pucat namun bibirnya tetap berwarna pink merekah, tubuh idealnya terbalut oleh daster tidur pemberian ibunya, Hah- jika begini Yongdae akan terus menelan ludahnya kepayahan, "memangnya kenapa, Liliyana? Kau terlihat sang manis dengan atau tanpa bajumu" ujar Yongdae dengan senyum tipisnya

"Apa kau bilang? Sudah kuduga kau ini mesum sekali! Cepat berikan aku celana training dan jerseynya!" Sergah Liliyana tak suka
"Tapi, tidak ada yang gratis disini, nona"
"Cepat berikan!"
"Tidak mau!"
"Yasudah aku ambil sendiri!"
"Silahkan saja-"
"Dimana kau meletakkannya!?"
"Kau cukup tenang dan ikuti perintahku,"

Love SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang