Posisi begini, kayanya mending terjebak diruang nostalgia deh. Selain harus meladeni ocehan Jonathan yang tak ada habisnya, gadis bersurai pendek ini juga harus menahan gerah. Gerah yang satu ini ngga bisa diobatin atau dikipas pake kipas cosmos ya- ngga.
Liliyana hanya terus mengangguk lelah. Sesekali tangannya tergerak menyentuh ponselnya, melihat jam yang seakan berjalan begitu lambat.
"Ci Butet tumbenan ngga makan?" Ujar Nafielah tiba-tiba, sontak Liliyana bergeming.
"Hehe, lagi ngga pengen aja sih naf" jawab Liliyana seadanya.
"Yaudah yuk kabur aja, biar mas Owi yang nemenin Jojo... lagian saya liat ada jajanan enak lho ci"Sang atlit XD terdiam, mengarahkan pandangan kesegala arah, Bagaimana mungkin Yongdae menyukainya jika selama bersama Liliyana mereka selalu bertengkar, sedangkan bersama gadis itu? Bahkan pria Korea itu tak ada hentinya menyunggingkan senyum.
Akhirnya Liliyana mengangguk, mengekor dibelakang Nafilah.0-0-0-0
"Naf, lu kenapa sih? Daritadi ninggalin gue mulu... sengaja ya lu?"
Gadis berjilbab itu menggigit bibirnya, "ngga ci, serius deh saya bakal balik kesini lagi kok... yah ci?"
"Yaudah gih sana, 5menit ya, kalo lebih gue pulang"Setelah mengacungkan kedua ibu jarinya- reporter PBSI itu meninggalkan Liliyana, duduk sendiri diantara bangku dijalanan Dongguan.
"Liliyana,"
Suara bariton itu membuat Liliyana bergeming. Bangkit dari kursi dan mencari sipelaku pemanggilnya- Laki laki itu lagi.
"Apalagi?"
"Apalagi? Kau bicara seperti aku telah melakukan banyak hal yang membuatmu tak suka," pria berjaket biru muda itu duduk disamping Liliyana.
"Ya memang begitu kan... sudahlah, sebentar lagi aku harus kembali ke hotel untuk packing, sebaiknya kau pulang... karena aku bukan orang yang bisa meladenimu-"Tubuh atlet putri itu membeku, bibirnya terkatup, mata sipitnya membelalak. Yongdae terus menekan bibirnya, satu tangannya tergerak untuk menahan tubuh Liliyana yang mulai lemas.
Liliyana mulai meragukan kinerja otaknya. Sungguh, ia merasa tak punya kendali sedikitpun atas apa yang dilakukan Yongdae padanya. Dadanya kembang kempis mencari pasokan oksigen-
'BRUK'
"Naf bangun naf!" Suara Tontowi dari sudut pertokoan, sontak kedua insan yang tengah terlibat adegan menyatukan bibir itu tersadar. Liliyana mendorong bahu kekar Yongdae, berlari menuju arah suara Tontowi."Nafielah kenapa wi?"
Pria berkulit sawo matang itu menelan ludahnya, keringatnya mengucur tak beraturan. 'Ya Allah dosa apa gue, Ci Butet pasti marah besar'
"Jawab wi! Jangan bilang lu ngintipin gue ya? Nih Nafielah juga ping-"
"Saya gapapa ci, Kita ngga ngintip sumpah-" racau sang reporter terbata.Darah segar mengucur dari lubang hidung Nafielah, "Saya baru pertama kali secara langsung lihat adegan macem film korea gini ci" gadis itu terbangun, kepalanya ditahan Owi agar tak limbung ke belakang.
Partner Tontowi hanya mendesah kasar, antara malu dan marah menjadi satu. Tapi melihat kondisi Nafielah yang masih terus mimisan, ia sungguh tak tega jika harus marah "Yaudah, pulang ke hotel yuk?"
Tontowi dan Nafielah saling berpandangan, tak lama keduanya kompak menggeleng. "Eum, ini kan masih jam 8 ci... gapapa cici mau kemana dulu gitu, masalah packing tenang aja,duluan ya ci" Tontowi tersenyum kikuk, ia segera membangkitkan Nafielah
0-0-0-0
Pelatnas lagi pelatnas lagi.
Liliyana memijit pelipisnya pelan, masih ada waktu untuk sekedar memejamkan mata sebentar diatas tempat tidur. Jangan tanya apakah Liliyana bisa istirahat didalam pesawat, karena nyatanya kejadian malam tadi tak kunjung hilang dari benaknya.Rasanya wangi mint dari tubuh kekar itu terus terngiang. Bahkan seperti candu yang setiap saat memanggil. Okay, katakanlah ini gila. Tapi itulah kemalangan yang menimpa gadis tomboy ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Series
FanfictionKisah Liliyana dan Lee Yongdae yang selalu punya cara sendiri untuk bisa 'bersama'