Part 01

611 12 3
                                    

Oktober 2003…

‘Bukk!!’ Tiba-tiba kepala gw terasa seperti kejatuhan barbel 5kg. Karena tak bisa menahan keseimbangan, gw pun terpental kebelakang, jatuh terduduk, nyaris terbaring di lapangan. Nyeri sekali rasanya. Gimana enggak nyeri? Bola basket terlontar tepat mengenai kepalaku. Perih sekali rasanya. Jadinya gw terduduk di tengah lapangan sambil terus mengusap kepala.

“Loe gak apa-apa bro?” Seseorang cepat menghampiri gw dgn suara paniknya. “Sakit banget ya? Sorry, gw enggak sengaja.” Lanjutnya. Dia segera berjongkok di samping gw. Tangannya ikutan meraba kepalaku yang terbentur.

“Aduh, sakit tolol!” Umpat gw karena tangannya mengenai memar yg ada di kepala gw. “Duh, semoga enggak benjol ntar.” Lanjut gw dengan nada yang kembali memelas.

“Aduh, sorry.. sorry..” Tanggapnya dengan masih merasa bersalah.

“Loe enggak kenapa-kenapa?”
“Rio, ngana nyanda apa-apa kwa”
“Rio… bla… bla… bla…….” Belum juga sempat menjawab pertanyaan dari Marvell tadi, kini gw udah dihujani pertanyaan dari teman-teman lainnya.

“Enggak apa-apa kok guys! Cuma nyeri & sedikit pusing aja…” Jawab gw tuk meredakan kepanikan mereka (termasuk Marvell). Sebenarnya gw juga malu. Gimana enggak? bisa-bisanya pakai acara bengong saat sedang maen bakset. Huft!!!

Segera gw bangkit dengan perlahan sambil masih dengan memegang bagian kepala yang nyeri.
“Sini gw bantu!” Tanggap Marvell sambil memapah gw ke pinggir lapangan.

*** *** ***

‘Tettt… Tettt… Teeeettttttttttttt..­.’ Bel pulang berkumandang. Dengan segera gw menyimpan semua peralatan sekolahku ke dalam tas.

“Riooo…” Panggil seseorang ketika gw keluar dari pintu kelas.
Stella, anak kelas 3B (saat itu masih blom disebut kelas IX).
“Eh, Stella.. Ada apa Stell?” Sahut gw sambil mengembangkan senyum kepadanya.

“Eh, gi-gini Rio…… Hmmm…” Sahutnya dengan agak terbata-bata. Terlihat wajahnya yang mulai merona.
“Gu-gue boleh……” Lanjutnya lagi, namun masih terputus-putus karena kelihatan seperti gugup.
“iya…?” Sambung gwdengan sedikit heran dan penasaran.
“Eh enggak, gue cuma mau bilang ‘met siang Rio!’…” Sambungnya dengan agak cepat kemudian ngacir begitu aja. Aneh…

“Eh, Stellaaaa…” Panggil gw agak kencang.
Untung aja masih sempat terdengar olehnya. Segera dia berhenti, kemudian berbalik ke arah gw. Gw pun melangkah mendekatinya.

“Eh, i-iya Rio..?” Jawabnya masih agak terbata-bata.
Terlihat wajahnya yang semakin kemerahan.
“Mau balik barengan gw enggak?” Kata gw sambil melihat wajahnya.
Seketika di wajahnya terlukis senyuman kegirangan yang hampir tak tertahankan. Seketika pula, dia berusaha memberikan senyuman standartnya (namun wajahnya masih tetap kelihatan memerah).
“Iya Rio, asal enggak merepotkan loe aja” Sahutnya.
“Enggak merepotkan kok.. Ayukk?..” Ajak gw lagi.
“Yaaa…”

Saat mendekati lorong kelas 2, terlihat Marvell sedang menggoda Lily, siswi kelas 2. ‘Hahahaha… Marvell-marvell…. Enggak kapok2 juga…’ Batin gw sambil menggelengkan sambil dan tersenyum sendiri.

“Ada apa Rio?” Komentar Stella saat melihat gw senyum-senyum sendiri.
“Eh, enggak.. Tuh lihat Marvell, beraksi lagi tuh dia! hehehe…” Jawab gw sekenanya.
“Oh.. hehehe…”

Gw dan Stella menuju rumah gw dulu (jalan kaki) tuk ngambil motor gw. Sekolah kami enggak mengizinkan siswanya menggunakan kendaraan pribadi. Makhlum, SMP.

*** *** ***

Gw dengan Marvell memang sudah akrab sejak kelas 1 SMP. Sebenarnya kami sudah kenal sejak kelas 5 SD dan sekelas dulunya. Namun saat di SD kami bermusuhan (tak jarang saling tonjok-tonjokan). Dulunya dia siswa pindahan dari Makassar yg pindah ke kota ini. Hari pertama saat kemunculannya di kelas udah membuat gw enggak respect. Bisa dibayangkan, hari-hari berikutnya mulailah cek-cok diantara kami (sebenarnya yg mulai dluan tuh gw, karena sengaja buang komiknya d selokan). Makhlum, kenakalan saat bocah, hehehe…

Kami sendiri mulai berdamai semenjak sekelompok saat MOS di SMP. Sejak itulah kami berangsur-angsur menjadi teman baik hingga sekarang. Setelah dikenal lebih jauh, ternyata anaknya asyik dan ramah, meski terkadang terkesan jahil dan tergolong playboy.

Playboy? Yeah, wajahnya termasuk diatas rata2. Dengan wajah dan kulit yg putih, berwajah oriental, anak team basket sekolah pula. Diapun selalu menjaga penampilannya sebaik mungkin. Tak heranlah klo Marvell sering jadi perhatian dari banyak orang di sekolah dan lingkungannya, terlebih dari kaum hawa. Apalagi klo lagi tersenyum, tergolong maut dah! hehehe… (*senyumannya selalu terkenang hingga saat ini). Anaknya juga tergolong ramah dan mudah bergaul dengan semua orang.

* Klo tentang gw? Teman2 bisa tanyakan sendiri, hehehehe…).

Karena rumah gw deket dengan sekolah, dia selalu ke rumah gw pagi2 tuk menitipkan motornya di rumah. Baru deh gw, Marvell dan Oky jalan kaki barengan ke sekolah.

Oky? Oky adik gw yg masih kelas 1 SMP (1 sekolah juga). Anaknya kadang kalem, kadang tengil. Tergantung situasi. Selain Oky, gw masih punya 1 kakak perempuan (paling tua) dan 1 kakak laki2. Kak Brenda & kak Steve. Saat itu mereka udah kuliah di Jogja.

Paling cuma 5 menit jalan kaki udah sampai di sekolah. Pulangnya sih selalu bareng juga, namun enggak selalu cuma berdua pulangnya. Seringnya bertiga dengan cewek gebetannya (& sering berlainan orang pula), hahahaha… Dasar playboy cap tikus! Sedangkan Oky? Seringnya keluyuran dulu (-, -“)

Karena tabiat playboynya Marvell, tak jarang gw juga ikut terbawa2 dalam masalahnya. Cewek2nya sering ngadu dan tak jarang ngomel2 ke gw. Secara gw kan sahabatnya Marvell, tentunya mereka beranggapan klo gw banyak tau soal dia. Hadeh…

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang