Part 12

76 4 0
                                    

Seminggu kemudian, saat menjelang natal (malam natal, 24 Desember 2004).

Gw dan Marvell beribadah bersama di gereja. Awalnya gw malu, gimana enggak? Si Marvell memaksa agar kami memakai kemeja yg sama. Apa maksudnya ini? Apa ia mau agak orang lain mengira kami pacaran? Dasar Marvell bodoh! (-, -“)

Namun karena dia memaksa dengan wajah melasnya, akhirnya gw menyetujui permintaannya meski dengan syarat! Kita duduknya di deretan bangku belakang! titik.

Namun meskipun kami udah duduk di deretan belakang, tetap aja kami jadi tontonan orang! Apalagi saat kami komuni (kami Katholik dan beribadah di gereja Katholik)! Akhhhhh…!!

“Kamu sih…!” Bisik gw sambil manyun kearahnya.
“Syuuutttt…!! Kalau lagi ibadah tuh jangan berisik!” Balasnya sambil pura2 konsentrasi. Padahal dari wajahnya sesekali terlukis senyuman, seperti senyum kemenangan (?).
Alhasil gw hanya manyun2 aja di dalam gereja.

Sepulang dari gereja, kami singgah di emperan toko (saat itu toko udah tutup) tuk membeli beberapa petasan dan kembang api. Seperti anak kecil aja, kami berebut memilih kembang api dan petasan yg akan kami beli (padahal beli dan maennya kan barengan, hahaha…).

“Gw mau yang ini!” Gw merebut petasan yg dia pegang. Gw memang suka petasan yg diaminkan dengan cara dibanting. Apalagi saat itu gw lihat petasan tersebut tinggal 1 pak aja. Kami belanjanya udah larut malam sih.
“Loh, enggak bisa! gw kan udah ngambil dluan!” Dia balik merebutnya lagi.
“Enggak mau! Pokonya itu gw!” Gw coba rampas lagi. Namun dia mengangkatnya tinggi2. Dia lebih tinggi dari gw sih (-, -“)
“Enggak bisaaa…!” Dia sembunyiin petasan tersebut dibalik 

“Yaudah deh, gw yg itu aja…!” Akhirnya gw ngalah sambil mengambil kembang api gede yg bisa menembakkan bunga api beberapa kali ke angkasa. Kebetulan tinggal 1 pak juga.
“Eh, enggak boleh! Gw juga udah lirik yg itu!” Kelihatan dia mau merampas lagi kembang api yg gw pegang. Rafleks gw amanin kembang itu dari dia.
“Eh, curang! Gantian dong gw yg ambil itu! Kan loe udah ngambil itu!” Dia masih aja bersekukuh pengen rebut kembang api tersebut. Dasar maruk!!
“Enggak bisaaa…!! Pak, kembang api ini gw beli ya!! Buruan pak, sebelum direbut bocah enggak waras ini!!” Segera aja gw transaksi dengan bapak penjualnya. Terlihat wajah Marvell yg cemberut. Dasar bocah! (emang gw enggak ya? Hahaha…).
Bapak penjual kembang api hanya tertawa aja melihat ulah labil kami tadi. (-, -“)

Kami kembali ke mobil dan menuju ke rumah. Baru juga 5 menit di jalan, ternyata terlihat lagi 1 lapak penjual kembang api yg ternyata masih membuka lapaknya. Akhirnya kami memborong petasan dan kembang apinya. Kali ini enggak rebutan, soalnya masing2 jenis stoknya lebih dari 1 pak, hehehehe…

*** *** ***

Tanggal 31 Desember 2004.

Paginya gw dibangunin Marvell dengan kecupan hangatnya di kening gw. Gw menggeliat dan membuka mata gw saat bibirnya masih menyentuh kening gw. Kemudian dia mengelus rambut dengan lembut.

“Pagi Rio…” Sapa Marvell masih dengan mengelus rambut gw.
“Pagi Vell… Hmmm…” Gw kucek mata gw yg masih terasa berat dan…

“Auhhh…!!” Gw merasa perih di sekitar anus gw. Seketika gw sadar klo gw masih telanjang dan hanya terbungkus bed-cover doang. Terlintas memori semalam, saat akhirnya gw luluh dan mau juga saat dia ingin mencoba memasukkan’nya’ di ‘dalam’ gw. Dia telah mengambil keperawanan gw (wkwkwkwk…).

Gw sadar, dari dulu sepertinya dia ingin mencoba juga pada gw, tapi selalu gw tolak dan lebih memilih posisi di’atas’.

“Masih perih Rio” Marvell agak khawatir melihat gw yg agak mengeluh perih.
“Iya nih, kayaknya baru terasa sekarang deh perihnya… Lebih perih dari pada saat kamu memasukkannya tuk pertama kali dan setelah kamu keluarkan karena selesai…” Sahut gw mencoba jujur.
“Mau diperiksakan di dokter Rio?” Sarannya. Namun gw segera menolaknya.
“Gila kamu Vell!?” Ntar apa kata dokter saat ditanya penyebabnya apa??” Sungut gw karena kaget. Gila!
“Iya sih, hehehehe…” Dia hanya mengaruk kepala sambil tertawa sejenak.

“Hemmm… Ternyata… Lumayan juga rasanya…” Ucap gw sambil tersenyum malu.
“Maksudnya? Sakitnya lumayan ya?” Kayaknya Marvell enggak ngerti maksud gw tadi (-, -“)

“Aduhhh…!! Sakit dodol!!” Sungutnya saat gw menjitak kepalanya.
“Bodooo…!! Wekkk…!!” Gw cuma candain dia sambil meletin lidah gw ke dia.

“Oh gitu ya??” Komentar Marvell sambil mendekap gw, kemudian…
“Ahhhh….!!! Stop!! Stop!! Marvell!! Hahahahahaha…” Marvell menggelitik pinggang gw dengan nafsu pembalasannya.
“Ampunnnnnnnnn…. Iyaaa…Iyaaaa…Amp­unnnnn…..” Gantian Marvell yg teriak saat gw telah membalik badannya gantian menggelitik pinggangnya sambil menindih badannya. Dia cuma memakai boxer tanpa menggunakan baju.

Tak lama kemudian, gw menghentikan serangan brutal gw, dan… ‘cup!’ Gw cium bibirnya dengan lembut. Gw elus rambutnya, kemudian pipinya, lalu dagunya. Matanya terpejam dengan nafasnya yg mulai terdengar. Saat tangan gw mulai menjalar ke dadanya, gw cium dia lagi dengan lembut. Dan akhirnya, kami melakukannya lagi…….. (eit!! Gw yg ‘masukin’!! Enggak mau ‘dimasukin’ karena masih terasa perih karena semalam :P).

Selesai itu. Setelah istirahat sejenak, kami mandi bareng. Saling menyabuni dan tak lupa berciuman lagi (Suerr!! Kali ini ciuman doang kok!! Hehehe… :P).

… … …

Malamnya tahun baru kami habiskan di rumah keluarga gw yg dari nyokap (adiknya nyokap). Di sana kami maen petasan dan kembang api bareng. Terlihat keceriaan di wajah Marvell. Terlihat kalau dia senang sekali merayakan tahun bareng kali ini. Meskipun enggak barengan keluarganya, tapi tak terlihat sedikitpun wajah murungnya saat itu.

“10… 9… 8… 7…” Terdengar teriakan orang2 serempak yg membuyarkan lamunan gw. Marvell yg saat itu berasa di sebelah gw segera merangkul pundak gw. Gw dan Marvell pun akhirnya ikutan teriak menghitung mundur barengan saudara2 gw.

“6… 5… 4… 3…” Jemarinya yg merangkul pundak gw pun mencengkram lebih ketat. Gw hanya tersenyum aja melihatnya. Diapun terlihat tersenyum ke gw. Kemudian gw melihat ke arah depan lagi.

“2… 1… HAPPY NEW YEARRRR…!!!” Teriak kami serempak!!! Lalu…
‘Tweeeettttt… Tweeeee….!!! Tweeeee……!! Duarrrrrr……!! Syuuuuuuuuuunggggggg­….!! Duarrrrrrrrrrr….!!­!’ Suara terompet, kembang api dan petasan pun menggema di sekeliling kami (& di setiap sudut kota kecil itu).

“Happy new year Vell!” Gw peluk Marvell, gitupun dia..
“Happy new year yank!” Ucapnya keceplosan. Gw kaget.
“Apa…?” Gw berbisik ke arahnya. Mendadak wajahnya memerah.
“Ah… Eh… Enggak… Aku cuma bilang happy new year kok! Hehehehe…” Kilahnya.
Tapi gw enggak menggubrisnya lagi. Biarlah…

Keluarga gw enggak risih saat kami berpelukan. Mereka tahunya kami memang sahabat baik. Memang kami ini sahabat baik (statusnya). Hanya aja, mereka enggak tahu, apa aja yg telah kami lalui bersama.

Setelah mengucapkan selamat tahun baru ke Marvell, tak lupa gw ucapin juga buat keluarga gw. Tante gw, om gw, lalu sepupu2 gw.

‘Ah… Malam tahun baru yg indah’ batin gw sambil tersenyum. Karena saat malam itulah, gw pertama kalinya mendengar dia mengucapkan kata ‘yank’ (sayang), meskipun setelahnya dia telah meralatnya. 

# Sebelum2nya memang pernah panggil sayank juga, tapi hanya tuk menggoda atau lagi jahil 

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang