Setelah kami klimaks, kami kembali terdiam lagi, dengan nafas kami yg terasa masih tersengal2… Gw segera menuju kamar mandi.
Saat hendak bangkit dari ranjang, Marvell kembali menarik tangan gw dan mengarahkan gw ke dalam pelukannya. Namun masih tanpa adanya dialog dari kami. Kemudian…
“Ri-Rioo…” Akhirnya dia mulai mengucapkan sesuatu dgn agak terbata. Nama gw.
“Eh, i-iya… Vell?” Sahut gw juga dgn agak terbata. Perlahan gw angkat wajah gw dan menatapnya. Akhirnya tatapan mata kami kembali bertemu. Kemudian, tanpa komando, kami serempak mengalihkan tatapan mata kami. Gw melihat kearah jus kami yg belum tersentuh.“Ve-vell, diminum dulu jusnya!” Ucap gw mencoba mencairkan suasana.
“Rio..” Ucapnya lagi tanpa memperdulikan tawaran gw barusan. Tangannya menggenggam tangan gw, kemudian melepasnya lagi.
“Apa kamu…. Menyesal…?” Sambungnya lagi dengan pelan.
Gw terdiam sesaat, kemudian…
“Entahlah Vell…” Sahut gw jujur.Jujur, gw juga bingung dengan perasaan gw saat itu. Gw sangan menikmatinya. Sangat. Namun enggak gw pungkiri, gw masih terasa aneh dengan apa yg terjadi, meski udah untuk yg kedua kalinya. Kami udah melakukan perbuatan gila ‘lagi’. Perbuatan yg layaknya dilakuan oleh mereka yg sebenarnya adalah homosexual. Apakah gw akhirnya resmi menjadi seorang homosexual? Dan dia juga? Tapi bukankah gw masih sangat menyukai cewek? Ya, gw juga juga masih menyukai cewek! Tapi tadi? Akhhhhh…!!!!!!
“Loe masih doyan cewek juga kan Vel” Tanya gw polos. Gw akhirnya berani tuk memandang matanya lagi.
“Ten-tentu saja aku masih doyan cewek…” Jawabnya sambil menoleh ke samping dengan wajahnya yg memerah.
“Terus… Tadi?” Tanya gw lagi.
“Entahlah Rio… Hmmm… Jujur… Pengalaman sejenis ini bukan yg pertama kali aku lakukan” Ungkapnya jujur. Gw kaget, sambil membulatkan mata gw.
“Maksud loe? Loe…?” Gw bertanya dengan heran, namun terpotong oleh kata2nya lagi…“Saat aku liburan di Makassar, aku pernah dilecehkan pembantuku di rumahku yg disana…” Ucapnya memotong pertanyaan gw tadi. Sepertinya dia udah mengerti apa maksud dari pertanyaan yg hendak gw lontarkan tadi.
“Penisku di isep sama dia… Tapi cuma sebatas itu aja… Dia sempat mau meminta lebih, tapi saat itu aku menolak… Dia hendak mau menyodomiku, namun karena aku menolak, dia malah memintaku yg menyodomi dia… Akhirnya aku lakukan aja…” Jelasnya panjang lebar.
“Jujur, setelah itu aku panik. Aku merasa udah melakukan perbuatan yg menyimpang, tapi jujur juga, aku menikmatinya…” Sambung dia lagi sambil menerawang mengingat kenangan pertamanya dalam ‘hubungan sejenisnya’.
“Setelah itu aku membencinya… Sangat membencinya! Aku dengar dari kakakku (kak Rachel), dia udah tidak lagi bekerja di rumah. Dia udah menikah dengan pacar ceweknya…” Sambungnya lagi.“Klo emang loe enggak mau disodomi, napa loe mau agak gw sodomi?” Tanya gw lagi polos dgn memberikan mimik keheranan.
Mendadak wajahnya kembali memerah.
“Aku… Aku penasaran aja awalnya… Kenapa si Mamat (pembantunya) mau dan keenakan saat aku sodomi dulu…” Sahutnya malu2…
“Bukankah sakit rasanya Vell?” Tanya gw lagi penasaran.
“Awalnya sih… Apalagi punya loe kan gede! Tapi lama2 enak kok… Hehehe…” Jawabnya masih dengan wajah yg kemerahan.Kami terdiam lagi sesaat, kemudian…
“Kamu nyesel Rio?” Tanya Marvell lagi kepada gw.
Gw diam sesaat, kemudian…
“Entahlah Vell… Loe cowok pertama buat gw… Loe sahabat gw… Tapi jujur… Gw menikmatinya…” Sahut gw berusaha jujur kepadanya.
“Tapi km masih tetap enggak berubah haluan kan? Maksudku, km tetap masih doyan cewek kan?” Tanya dia lagi panjang-lebar tentang gw.
“Ya iyalah! Gw masih tetap akan doyan cewek dong! Hehehehe…” Jawab gw sambil tertawa lucu. Dia ikutan tertawa.Setelah tawa kami reda…
“Kenapa loe menghindar dari gw?” Tanya gw, mengingat sifatnya yg aneh belakangan ini.
“Gw… Gw malu…” Sahutnya sambil tertunduk.
“Kamu sendiri menghindari aku kan? Kenapa…?” Tanya’nya balik sambil menoleh ke gw. Gantian gw yg tertunduk.
“Gw juga malu Vell… Gw enggak menyangka kita melakukan hal ini… Tapi…”“Tapi kamu enggak jijik kan sama aku? Maksudku… Kita masih boleh tetap berteman kan?” Tanya’nya sambil memotong kata2 gw dengan tiba2. Wajahnya mendadak terlihat sedih.
“Jujur, gw bingung harus menjawab apa… Tapi… Gw menikmatinya…” Sahut gw malu.Wajahnya mendadak terlihat cerah. Terlihat senyum simpulnya. Kemudian dia tertunduk lagi.
“Loe masih tetap mau jadi temanku kan? Maksud gw, kita masih tetap berteman kan? Kamu enggak akan menghindari gw lagi kan???” Tanya dia dengan wajah yg penuh harapan. Tangannya yg merangkul bahu gw bergeser dan menggenggam telapak tangan gw.
“Iya, loe tetap sohib gw yg paling ngeselin!” Jawab gw sambil menowel keningnya.
“Sialan loe! Hahaha…” Sungutnya sambil mengelus keningnya kemudian menggelitik pinggang gw (*dia kembali berkomunikasi ‘loe-gw’). Rasa kaku diantara kami akhirnya mencair. Gunung es yg berdirih kokoh akhirnya sirna. Mencair sekejap.Kami pun kembali bercanda saling menggelitik tubuh lawan. Gw tindih badannya, menatap wajahnya tanpa terasa kaku lagi. Kemudian…
“Lakukan Rio…” Bisiknya…Kini, pertama kalinya buat gw tuk mecium bibirnya terlebih dahulu. Akhirnya kami kembali terbawa arus gairah yg bergejolak. Saling kejar-mengejar dengan nafas memburu kami. Gw udah enggak peduli lagi dengan sejuta tanya yg menggangu. Gw udah enggak peduli lagi….
Kami kembali melakukannya tuk ke-3 kalinya (tuk hari itu ronde ke-2, hehehe…). Dia sempat meminta gw yg disodomi, tapi gw menolak karena merasa belum siap, hehehehe…
*** *** ***
Kami kembali komunikasi seperti biasa. Dia tetap sahabat gw, meski dalam tanda kutip ‘sahabat tapi mesum’, hahahaha… Disekolah, kami kembali semeja dan beraktivitas seperti biasa lagi. Sedangkan dirumah gw maupun dirumahnya? Apa ya kira2???
Sedangkan Stella? Gw pacaran dengan dia sebulan kemudian, namun hanya bertahan 3 minggu. Kemudian gw pacaran lagi dengan adik kelas yg bernama Mawar.
Oh iya, saat jumpa dgn Stella saat lalu (saat gw di tahan Marvell) karena masalah sepele. Pagi lalu dia sms gw, tapi gw enggak sempat baca smsnya karena terfokus dgn sms yg dikirim Marvell. Stella Pengen ngajak gw pulang bareng, tapi gw enggak tahu karena enggak baca smsnya. Dia sempat ngambeg, tapi enggak berangsur lama. Biasalah, ABG! Hehehe…
Sedangkan Marvell? Dia masih tetap aja menikmati gelarnya sebagai ‘Playboy Cap Tikus!’ Hahahaha… Dia masih tetap jadi sohib gw, bahkan semakin kental lagi. Dia sering nginep di rumah gw. Selain karena belajar bareng (kami kelas 3, udah mendekati Ujian Nasional), kami juga belajar ‘mesum’ secara diam2, tanpa sepengetahuan pacar kami, hahaha…
Gw akui, sikapnya yg sebelumnya memang care sama gw, kayaknya semakin lebih. Dia sering memantau kabar gw lebat sms/telp, meskipun siangnya kami sudah ketemu di sekolah. Bahkan tak jarang dia akan ngambek (enggak mau ngomong/cuekkin gw) kalau gw sampai telat membalas smsnya ataupun enggak menerima telponnya. Perhatiannya ke gw semakin lebih.
Gw pun sadar, gw terkadang berlebihan terhadapnya. Entah kenapa, setiap melihatnya jalan dengan ceweknya ataupun salah 1 kecengannya (selingkuhannya) gw selalu merasa sesak.
‘Apakah gw cemburu?’ Entahlah… Tapi gw rasa enggak mungkin. Mungkin aja mood gw yg kebetulan lagi bagus?Gw selalu berbisik dalam hati… ‘Gw dengan Marvell hanya boleh have-fun! Enggak boleh lebih! Enggak!’

KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
NonfiksiKisah nyata yang pernah dialami oleh author.. perjalanan hidup author saat mengenal dan merasakan apa itu cinta dalam dunia pelangi.. Maaf kalau penulisannya kurang begitu memuaskan. Makhlum, ini merupakan cerbung perdana yang pernah dibuat author (...