Part 3

3 0 0
                                    

"Eh, it itu hmm Ve kan lebih senior dari aku jadi tadi aku keceplosan hampir manggil 'Kak' " Jawab Al sembari memperlihatkan giginya.
"Oooouwh, santai aja panggil aja Ve biar lebih akrab, ya kan Ve" Racau Ray sambil memainkan alisnya dan menatap Ve.
"Bisakah saya tahu, apa yang anda pesan?" Tanpa menggubris racauan dari Ray, dia mengulangi pertanyaannya lagi
"Cappucino 3" Jawab Fahri tanpa menunggu jawaban dari yabg lainnya.
"Ada lagi?" Tanya Ve lagi
"Hmm
"Tidak ada" potong Al yang mendengar gumaman dari Ray, jika tidak begitu Be akan terus berada disini sampai cafe itu tutup.
"Apa yang akan kita lakukan disini?" Tanya Al, alis Ray terangkat
"Mendekatinya" Jawab Ray singkat
"Seharusnya aku menolak tadi" Batin Al. Setelah beberapa saat cappucino mereka datang, dan yang mengantarkannya adalah Ve. Ve hanya mengantarkannya dan mengucapkan 'selamat menikmati' seperti yang biasa dilakukan pelayan lainnya. Tapi setelah dia berbalik, tanpa kusadari Ray sudah menggenggam tangan Ve sehingga Ve menghentikan langkahnya.
"Hei tunggu dulu, kita masih banyak pertanyaan untukmu" Ucap Ray
"Maaf, aku sibuk" dengan paksa Ve melepaskan tangannya dari genggaman Ray dan melengos pergi. Ve sempat melirikku dengan mata tajamnya yang membuatku tak berkutik sama sekali.
"A apa yang kau lakukan Ray, kau membuatku dalam masalah besar" Aku berucap tanpa menyadarinya
"Apa maksudmu?" Fahri menyaut
"Mungkin dia cemburu dengan perilakuku tadi" Ucap Ray
"Tentu tidak" Elakku
"Ayolah mengaku saja" Ejek Ray
"Tidak akan bahkan tidak mungkin" Ya, tidak mungkin sama sekali. Aku menyruput cappucinoku dengan kesal, dan meninggalkan mereka.
"Dia marah, kau sih Ray" Ucap Fahri
"Tenang saja, dia cuma perlu menjernihkan pikirannya karena cintanya yang menggebu-gebu" Fahri memutar matanya.
"Kukira kau akan berlata bijak dan benar kali ini" Cibir Fahri, Ray hanya memperlihatkan giginya dan menggaruk tengkuknya.
Al akhirnya dirumah, dia langsung menuju kamarnya dan tengkurap dikasur empuknya
"Ah, aku membuat masalah lagi" teriaknya tertahan, karena wajahnya yang ia tenggelamkan dikasurnya. Al memukul kasurnya tanpa jeda, hingga perlahan pelan dan dia terdiam. Dia akhirnya tertidur karena kelelahan.
Tok tok tok, tidak ada balasan
Tok tok tok, tidak ada pergerakan sama sekali, setelah sekian lama menunggu jawaban akhirnya ia membuka pintu. Terlihat seorang lelaki tertidur lelap diatas ranjangnya, ia perlahan mendekatinya menaruh sesuatu yang dibawanya dari tadi dimeja samping kasur itu. Ia sejenak terdiam menatap lelaki itu, mendekatinya perlahan dan mengelus rambutnya.
"Maaf merahasiakannya, aku yakin kau akan segera mengetahui kenyataannya" Ucapnya dan pergi keluar kamar itu.

Ald tersentak dari tidurnya, ia bermimpi, benarkah itu mimpi? Ald menatap jam dinding di kamarnya, jarum pendeknya menunjukkan angka 6. Ald segera beranjak dari kasur empuknya bersiap untuk mandi. ald menggosokkan handuk yang dibawanya dirambutnya yang basah, ia sempat melihat meja disamping tempat tidurnya. Sejak kapan disana ada makanan? Ald mengangkat bahunya, ia tak terlalu memikirkannya lagipula ia sedang dilanda rasa lapar. Ald tanpa pikir panjang menyantap makanan itu, hingga dengan cepatnya makanan itu habis tak tersisa. Setelahnya, Ald membereskan peralatan makannya dan keluar dari kamarnya untuk membersihkannya. Ia berhenti sejenak saat berada di anak tangga terakhir, itu kakaknya? Sejak kapan ia pulang? Ini baru jam 6 kan? Bukannya kakaknya itu pulang jam 8. Ald kaget saat kakaknya tiba-tiba membalikkan badannya, kakaknya itu lalu mengerutkan keningnya lalu melangkah mendekati Ald yang masih kaku ditempat, mengambil peralatan makan yang dipegang Ald sembari tersenyum.
"Aku tak pernah melarangmu untuk memanggilku kak saat dikampus" ucapnya kemudian. Ald tersadar
"Eh hmm, itu kukira.." ucap Ald tergagap.
"Maaf jika selama ini kamu merasa bersalah" Ald terdiam, kakaknya masih berkutat pada peralatan makannya tadi.
"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf" Ald melihat kakaknya menggelengkan kepalanya. Kini kakaknya berbalik dan mendekatinya lagi
"Bukan kamu yang salah. Kamu bisa memanggilku kak di kampus jika kau mau" Ucapnya sembari mengacak-acak rambut Ald yang masih setengah basah. Ald membatu sesaat. Itu tadi kakaknya? Ald sampai memukul pipinya, berharap itu bukan mimpi.
"Apa kau mengira ini mimpi?" Terdengar suara teriakan dari lantai 2 rumahnya. Ald menoleh dan menunjukkan giginya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Keesokan harinya..
"Pagi kak" Sapa Ald yang baru saja keluar dari kamarnya. Kakaknya hanya tersenyum.
"Ehm..." Ald berdeham menetralkan suaranya. Friska mengerutkan dahinya
"Aku tak keberatan jika kita berangkat bersama" Ucap Friska kemudian
"Eh... hm baiklah" Ucap Ald kaget, bagaimana kakaknya bisa tau apa yang ia pikirkan.
"Hmmm kak, mobil digarasi itu sebenarnya milik siapa?" Tanya Ald tiba-tiba saat keduanya sudah berada di halaman rumah.
"Hmm, milik kakak" Jawab Friska singkat.
"Kenapa kakak tidak pernah memakai mobil itu?" Tanyanya lagi. Friska meringis
"Eh itu... ,nanti juga tahu sendiri" Ucap Friska.
"Apa yang sebenarnya kakak sembunyiin dari aku?" Tanya Ald sambil mengerutkan dahinya.
"Eh, cepetan. Udah siang ini, nanti telat lho" Ucap Friska mengalihkan pembicaraan
"Kak....." Keluh Ald terpotong karena tatapan 'tidak ingin cerita sekarang' dari kakaknya. Ald menghela nafasnya
"Hhhh baiklah. Tapi kakak janji harus cerita lain waktu" Ucap Ald yang sudah berada dia atas motornya
"Hmm, okay" Ucap Friska ragu, ia sudah beranjak menuju motor Ald.
.
.
.
"Hei, Ald" Sapa seorang laki-laki yang langsung merangkul bahunya, Ald memutar matanya
"Udah dapet pasangan?" Tanyanya
"Pasangan? Untuk apa?" Tanya Ald bingung.
"Kamu lupa? Minggu ada acara dirumahku kan?" Ucap Ray. Ald menepuk dahinya
"Ya ampun, aku lupa" Ucap Ald kemudian
"Ray, kalau datang sendiri boleh kan?" Tanya Ald mencoba bernegosiasi dengan Ray. Ray menggeleng keras.
"Tidak boleh, titik" Ucap Ray penuh penekanan.
"Ayolah Ray, Kita sama-sama masih single kan. Jadi, tidak perlu membawa pasangan" Ucap Ald.
"Kita memang single tapi banyak yang minat. Gampang kok, kamu tinggal milih sederetan gadis-gadis yang menunggumu itu. Sadarlah Ald, kamu itu punya banyak penggemar" Ucap Ray.
"Bukan cuma itu masalahnya, aku tidak mungkin datang dengan seorang gadis yang tidak kukenal" Gerutu Ald
"Ya kenalan dulu lah, atau kamu mau aku yang kenalin" Tawar Ray
"Eh, tidak perlu okay, aku bisa cari sendiri" Ucap Ald, jika ia menerima tawaran Ray maka entah mau ditaruh dimana harga dirinya itu karena ia tidak akan percaya Ray tentang masalah gadis. Ve berjalan melewati mereka dengan santainya.
"Eh Ve, hari minggu ada acara nggak?" Tanya Ray, ia menggenggam tangan Ve agar Ve berhenti sejenak. Ve mengangkat bahunya
"Bisa keluar sama aku nggak?" Tanya Ray
"Oh maaf, aku udah ada janji sama Ald buat kepesta kamu" Ucap Ve santai

Bersambung
Kritik dan saran diperlukan
Maaf ngaret. Soalnya tergantung mood

#Ivy Fortyne Valerie

LatentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang